Otomotif

Ekspor 3 Juta Mobil, Toyota Bisa Jadi Sahabat Petani Karet Sumsel?

kemenperin/ilustrasi

DUNIA otomotif ada yang namanya “tonggak sejarah”, maka Toyota Indonesia baru saja menancapkan tonggak itu, bukan di tanah liat, tapi di jalan ekspor dunia, karena tiga juta unit mobil sudah meluncur dari pabrik Karawang ke lebih dari 100 negara. Coba bayangkan, tiga juta mobil itu kalau disusun dari Palembang sampai Lubuk Linggau Sumatera Selatan, bisa bikin jalanan kayak showroom berjalan.

Tapi di balik suara tepuk tangan dan seremoni ekspor, muncul satu pertanyaan kecil tapi penting, apakah petani karet di Sumatera Selatan juga ikut ngerasain manisnya capaian ini, atau cuma nonton dari pinggir kebun?

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita sampai angkat topi, katanya, “Keberhasilan menembus ekspor tiga juta unit ini adalah tonggak penting yang menunjukkan bahwa struktur industri kita semakin kuat dan adaptif terhadap dinamika ekonomi global”. (Keterangan resmi Kemenperin, 10 Oktober 2025)

Nah, setelah dengar itu, muncul satu pertanyaan yang agak nakal tapi Nasionalis, apakah getah dari kebun karet Sumsel juga ikut nyumbang tenaga di tiga juta mobil Toyota itu, atau cuma jadi penonton sambil nyeduh kopi di pondok?.

Sumatera Selatan ini kan gudangnya karet, dari Musi Banyuasin sampai Lahat, getahnya ngalir saban pagi, tapi harganya sering bikin petani garuk kepala, bukan karena ketombean, tapi karena mikirin harga Rp8 ribu per kilo.

Padahal, kalau mobil tanpa karet, itu kayak pempek tanpa cuko jadi hambar dan nggak jalan, sebab ban, seal, dashboard, jok, sampai tatakan pedal gas… semua butuh si putih lengket yang sering dicemooh itu.

Toyota sendiri ngaku sudah bekerja sama dengan lebih dari 700 pemasok lokal dan menyerap lebih dari 360 ribu tenaga kerja. Tapi belum pernah disebut berapa yang berasal dari Sumatera Selatan, padahal daerah ini salah satu penghasil karet terbesar di Indonesia.

Menperin juga menegaskan, industri otomotif punya multiplier effect besar pasalnya pada 2024 saja, nilai tambah bruto industri kendaraan bermotor mencapai Rp180 triliun, dan bisa memberi efek domino sebesar Rp804 triliun ke sektor lain, termasuk baja, plastik, logam, dan tentu saja karet.

“Industri otomotif bukan hanya memproduksi kendaraan, tetapi juga menggerakkan ekosistem industri pendukung seperti baja, karet, plastik, logam, hingga transportasi dan logistik,” ujar Menperin.

Jadi, di sinilah peluang Sumsel ngintip dari balik kebun, kalau rantai pasok Toyota bisa nyentuh pemasok karet dari Sumsel, itu bukan cuma ekspor mobil, namun juga ekspor harapan dari kebun rakyat.

Ngerem Polusi

Presiden Toyota Motor Corporation, Koji Sato, juga kasih sinyal hijau bahwa Indonesia bakal dikasih peran penting ke depan. “Kami akan memperkuat peran Indonesia sebagai pusat Research and Development (R&D) dan ekspor untuk Global South. Bersama para mitra, kami berupaya menciptakan kendaraan yang semakin berkualitas untuk masyarakat Indonesia dan kemajuan bangsa ini”.

Apalagi jika, R&D-nya diperkuat, siapa tahu nanti bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal bahan baku berkelanjutan bahkan Toyota bisa jadi pelopor mobil ramah lingkungan dari akar hingga aspal, termasuk akar karet dari kebun rakyat Sumsel.

Secara struktur industri, Toyota sudah punya ekosistem lokal yang kuat, tapi belum merata secara geografis, dominan masih di Jawa Barat dan sekitarnya, padahal kalau mau ikut mendorong pemerataan industri hijau, perlu menggandeng wilayah seperti Sumsel yang punya bahan baku alami dan SDM melimpah.

Kata pepatah ekonomi “kalau mau ekonomi hijau, jangan cuma tanam pohon, tapi juga tanam kemitraan”,  tentunya, kerja sama Toyota dan Kemenperin ke depan mestinya bisa menyentuh akar industri, termasuk petani karet yang selama ini cuma kebagian bau getahnya, bukan nilainya.

Ekspor tiga juta unit Toyota jelas prestasi yang harus diapresiasi, tapi biar tambah manis, jangan lupa di balik ban mobil yang meluncur ke 100 negara itu, ada harapan supaya suatu hari nanti ban itu juga bisa beraroma Musi.

Oleh sebab itu, jika itu terjadi, maka petani di Sekayu, Prabumulih, dan Lahat dan daerah penghasil karet di Sumatera Selatan yang lainnya bisa bilang dengan bangga “Getah kami nggak cuma buat sandal jepit, tapi juga buat mobil ekspor kelas dunia!”.

Toyota boleh saja jadi raksasa otomotif, tapi jangan lupa setiap raksasa tetap butuh alas kaki dan siapa tahu, alas kaki itu suatu hari nanti terbuat dari karet Sumatera Selatan.
Kalau itu terwujud, ekspor tiga juta mobil bukan cuma rekor industri, tapi juga kemenangan kebun rakyat.[***]

Terpopuler

To Top