Pendidikan

“Narkoba vs Pempek, Mana yang Lebih Nagih?”

ist

PASTI kita pernah membaca pepatah ini,  “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”, namun di Sumatera Selatan pepatahnya itu bisa di-upgrade lebih menarik lagi  menjadi “Sekali nyicip pempek, dua tiga kapal selam ikut tenggelam”, he..he.

Bedanya, kalau pempek bikin kenyang dan bahagia, narkoba justru bikin sengsara, perut kempes, dompet jebol dan terkuras, mirisnya lagi masa depan pengguna bubar jalan, bahkan bisa-bisa jadi pecandu di depan namanya dapat titel  almarhum/mah…

Beberapa waktu lalu, Gubernur Sumsel, Herman Deru, ketemu sama Kepala BNNP Sumsel, Brigjen Pol. Hisar Siallagan. Pertemuan ini serius, bahas narkoba, tapi coba bayangkan kalau gaya bahasanya kayak nongkrong di warung kopi. “Bro, narkoba ini udah kayak cabe rawit campur micin, kecil-kecil, tapi bikin ketagihan, kalau dibiarkan, generasi kita bisa salah bumbu semua!, kacau dan masuk angin semua”.

Ancaman narkoba memang bikin kepala cenat-cenut, ibarat main mobile legends, musuhnya nggak cuma satu hero, tapi full squad, plus buff lord, sementara kita kadang masih sibuk ribut soal sinyal lemot.

Di sisi lain, masyarakat suka berpikir “Ah, urusan narkoba kan kerjaan polisi,” padahal salah besar, lur…. narkoba ini bukan cuma jadi masalah aparat, tapi masalah semua orang. Sama kayak nyamuk, dia nggak pilih-pilih darah, anak pejabat, anak petani, anak sultan, atau anak kos yang tiap malam makan mi instan, semua bisa jadi target.

Pak Gubernur ngomong, pemberantasan narkoba jangan cuma di hilir alias nangkep bandar, harus juga di hulu, yakni pencegahan, edukasi, kampanye, sampai ke sekolah dan kampus.

Nah, kalau mau gampang ngerti, bayangin bikin pempek, kalau salah di adonan (hulunya), hasilnya bisa keras kayak ban dalam, sama juga, kalau pendidikan anak-anak diabaikan, di hilirnya tinggal panen masalah, yakni generasi lost, masa depan gelap gulita, orang tua kusut.

Sekarang coba kita ngaca sebentar ya… kadang program anti narkoba cuma rame di spanduk dan baliho, “katakan tidak pada narkoba” tulisannya besar-besar. Tapi habis itu?, ya sudah, baliho pudar, narkoba tetap berkeliaran.

Lucunya lagi, kadang kampanye anti narkoba malah mirip konser dangdut, ada panggung, ada artis, ada lomba joget, tapi pesan intinya entah ke mana. Niatnya edukasi, tapi yang diingat penonton malah “eh…. kemarin goyangnya keren ya”.

Oleh karena itu,  jangan sampai perang lawan narkoba hanya menjadi ajang seremoni, anak muda nggak butuh pidato panjang, mereka butuh konten relatable. Coba bikin kampanye lewat TikTok atau Instagram dengan gaya yang kekinian bahkan jika ada konten “Bandar narkoba vs emak-emak komplek”  pasti dijamin lebih viral daripada drama perselingkuhan seleb.

Solusinya, setidaknya masuk ke sekolah dan kampus, misalnya bikin kurikulum kreatif yang bikin menarik anak-anak soal bahaya narkoba, bukan sekadar ceramah, tapi pake game, drama, atau stand-up comedy.

Penuh godaan

Selain itu, juga  libatkan komunitas lokal [kalau sudah ada syukur Alhamdullilah], dari ustaz, pendeta, guru ngaji, sampai Ketua RT, semua bisa jadi influencer anti narkoba.

Bikin juga konten digital positif, misalnya saat ini anak muda lebih sering scroll TikTok daripada baca koran, jadi, lawan propaganda narkoba dengan meme, parodi, dan video singkat yang nyentil tapi ngena.

Terakhir rehabilitasi yang ramah, maksudnya jangan perlakukan korban narkoba kayak kriminal kelas berat, mereka butuh dipulihkan, bukan dijadikan bahan olok-olok.

Jadi, intinya, kita semua tahu, hidup itu penuh godaan, ada yang nagih rebahan, ada yang nagih cicilan, ada juga yang nagih gebetan [tapi gebetannya nagih yang lain]. Nah, kalau udah ketemu narkoba, nagihnya nggak ketolongan lagi, ampun dech…..,karena lebih baik nagih pempek kapal selam seporsi, daripada nagih barang haram yang bikin masa depan karam.

Akhirnya dongeng ngalur ngidul ini, yakni perang melawan narkoba bukan cuma soal aparat dan pejabat, itu semua tanggung jawab kita bersama, dari dapur rumah sampai ruang kelas, dari grup WA keluarga sampai konten viral di medsos. Kalau Pemprov dan BNNP udah siap sinergi, kita sebagai warga jangan cuma tepuk tangan, semestinya ikut jaga diri dong , jaga anak-anak, dan jaga lingkungan.

Akhir kata, narkoba itu ibarat mantan toxic, keliatannya manis di awal, tapi ujung-ujungnya bikin hancur lebur, makanya jangan jadi pasien dari benda ini,  jadi, jika ada yang nawarin? lebih baik senyumin aja, terus bilang begini “Sorry bos, aku lebih pilih pempek, nagih sih, tapi halal, kenyang, dan nggak bikin masa depan ambyar”.[***]

Terpopuler

To Top