KALAU ada pepatah lama bilang “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, maka di era sekarang perlu ditambah embel-embel, “bersinergi dengan bank, kita bisa makin cuan”. Begitu kira-kira semangat yang muncul ketika Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, menerima tamu istimewa, RCEO Bank Mandiri Regional II, Ade Arief Mochtar, di ruang tamu yang tentu lebih sejuk daripada dompet akhir bulan.
Pertemuan ini awalnya tampak sederhana, sekadar silaturahmi, tapi jangan salah!, Silaturahmi itu, seperti colokan listrik di kos-kosan kelihatannya sepele, tapi kalau nggak ada, semua alat mati. Nah, dalam konteks pembangunan daerah, komunikasi antara pemerintah dan bank jadi colokan vital supaya listrik ekonomi terus menyala terang.
Boleh kita bicara serius sedikit (jangan kebanyakan, nanti pusing), Bank Mandiri Regional II punya peran strategis bukan hanya untuk menghimpun dana tabungan emak-emak arisan, tapi juga sebagai penyedia modal kerja, pembiayaan UMKM, hingga dorongan digitalisasi transaksi.
Bayangkan UMKM di Palembang yang jualan pempek, kalau tanpa dukungan bank, modal mereka cuma sebatas minyak goreng dua liter dan ikan tenggiri satu kilo. Tapi dengan kredit modal kerja, si pedagang bisa buka cabang baru, bikin aplikasi pemesanan, bahkan ekspor pempek ke luar negeri. Inilah yang disebut efek domino, dari dapur kecil, bisa menggerakkan ekonomi global.
Ade Arief Mochtar, sang RCEO anyar, paham betul bahwa Sumsel punya potensi emas, dari sektor energi, perkebunan, pariwisata, hingga kuliner yang bikin lidah nagih.
Kalau semua potensi itu digarap dengan dukungan finansial dan layanan digital Mandiri, jangan heran kalau Sumsel bukan hanya dikenal karena Jembatan Ampera, tapi juga sebagai pusat inovasi ekonomi regional.
Di sisi lain, Gubernur Herman Deru menaruh harapan besar pada Bank Mandiri, katanya, “ayo dong, jangan cuma jadi tempat setor uang gaji PNS, tapi juga jadi mitra strategis pembangunan”.
Analogi gampangnya, Pemprov itu ibarat tukang kebun yang punya tanah subur, sementara Mandiri adalah selang air, kalau dua-duanya nyambung, bunga pembangunan bisa mekar indah.
Sinergi ini bukan cuma soal angka-angka di laporan tahunan, namun soal bagaimana bank dan pemerintah bergandengan tangan mendukung program prioritas, yakni pembangunan infrastruktur, peningkatan UMKM, serta pelayanan publik yang lebih modern.
Oleh karena itu, ekonomi tanpa humor itu kayak pempek tanpa cuko dan tetap bisa dimakan, tapi hambar, coba seandainya, kalau Pemprov Sumsel jalan sendiri tanpa dukungan bank, kayak orang mau makan tekwan tapi kuahnya nggak ada. Ngambang-ngambang aja, nggak bisa ditelan, sebaliknya, bank tanpa pemerintah?. Ya kayak punya ATM tapi listriknya mati, nggak ada yang bisa ditarik.
Pondasi awal
Kerja sama ini sebenarnya bisa dianalogikan juga kayak pasangan pengantin baru, kalau rukun, rumah tangga harmonis, anak cucu bahagia. Tapi kalau nggak sinkron?, baru seminggu sudah ribut soal siapa yang buang sampah sembarangan. Jadi, komunikasi itu penting, baik di rumah tangga maupun di ruang tamu gubernur.
Mari kita tarik napas dan sedikit serius (biar kelihatan intelek), sinergi pemerintah dan bank berdampak besar pada pertumbuhan UMKM maksudnya UMKM adalah tulang punggung ekonomi dan Bank Mandiri bisa memberi akses modal, sementara pemerintah memfasilitasi pelatihan dan pasar.
Selain itu menjadi transformasi digital, yakni layanan digital perbankan bisa mempercepat transaksi dan menekan biaya, ini sangat relevan untuk daerah yang ingin efisien.
Dan stabilitas ekonomi daerah, ialah dengan dukungan pembiayaan, proyek infrastruktur bisa jalan mulus, ekonomi bergerak, dan daya beli masyarakat meningkat.
Kalau tiga poin ini jalan, Sumsel bisa jadi magnet investasi, investor luar negeri akan berkata, “Wow, Sumsel bukan cuma soal pempek, tapi juga soal masa depan ekonomi”.
Dari cerita ini, setidaknya kemandirian ekonomi tidak lahir dari satu pihak saja, seperti pepatah Jawa bilang, “guyub rukun agawe santosa”, maksudnya kebersamaanlah yang bikin kuat.
Sebab, Bank Mandiri mungkin punya modal dan teknologi, tapi tanpa kebijakan pemerintah yang pro-rakyat, hasilnya bisa timpang. Sebaliknya, pemerintah punya program hebat, tapi tanpa dukungan finansial, ya hanya jadi wacana manis di pidato.
Pertemuan antara Gubernur Sumsel H. Herman Deru dan RCEO Bank Mandiri Regional II Ade Arief Mochtar bukan sekadar basa-basi silaturahmi, ini adalah pondasi awal bagi kolaborasi besar yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
Kalau bank dan pemerintah terus bersinergi, masyarakat Sumsel bukan hanya akan makin sejahtera, tapi juga makin mandiri sesuai nama banknya. Dari obrolan ringan di ruang tamu, bisa lahir gagasan yang menggerakkan ekonomi ribuan kepala keluarga, ingat, hidup itu seperti pempek, enak kalau ada cuko, tapi jangan kebanyakan, nanti batuk, sinergi juga begitu, harus pas takarannya, biar hasilnya mantap jiwa.[***]