Pendidikan

Tawa Anak Tukar Botol dengan Susu di PAUD Ceria

ist

PAGI yang tak terlalu panas, di Sungai Pedado, Palembang, tawa anak-anak pecah, seperti kembang api yang meletus di langit malam. Mereka berlarian ke halaman PAUD KB Ceria sambil menenteng botol plastik bekas, bukan untuk dijual ke tukang loak, bukan pula untuk dilempar ke sungai, melainkan untuk ditukar dengan sayur-mayur, susu, tempe, hingga telur.

Sistemnya sederhana, tapi idenya brilian barter plastik dengan pangan sehat, program ini lahir dari inovasi PAUD Ceria bersama Bunda PAUD Kota Palembang, Dewi Sastrani.

Bukannya mahal-mahal bikin program, mereka justru mengajarkan anak-anak bahwa sampah plastik punya nilai, asalkan diolah dengan cara cerdas. Kata orang tua dulu, sampah bagi yang malas, emas bagi yang cerdas.

Coba misalnya, seorang bocah mungil menyerahkan dua botol plastik, lalu dengan wajah serius bertanya “Bu, bisa tukar ayam goreng crispy nggak?”, sang guru tersenyum dan menjawab “Nak, ini pasar sehat, bukan restoran cepat saji”, semua pun tertawa.

Itulah suasana yang bikin Pasar Sehat jadi bukan sekadar kegiatan, tapi pengalaman berharga. Anak-anak belajar matematika sederhana (berapa botol ditukar berapa sayur), belajar biologi (mana yang sehat buat tubuh), bahkan belajar ekonomi dasar. Kalau bahasa kerennya edutainment pendidikan plus hiburan.

Tak hanya anak-anak yang tertawa, ibu-ibu di sekitar PAUD juga kebagian rezeki, dengan tangan cekatan, mereka mengubah kain perca sisa jahitan menjadi keset kaki. Harganya hanya Rp20 ribu sampai Rp25 ribu, tapi nilainya tak ternilai.
Seorang ibu sambil bercanda berkata “Keset ini kalau diinjak suami sepulang kerja, bukan hanya debu yang hilang, tapi juga penat”
Disambut tawa ibu-ibu lain yang sibuk merapikan hasil karya.

Inilah bukti pendidikan anak tak bisa dilepaskan dari ekonomi keluarga. Kalau anak-anak belajar hidup sehat, ibu-ibu belajar mandiri secara finansial, seperti pepatah lama, “serampang dua mata, sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui”.

Kalau ditelisik lebih dalam, program ini sebenarnya bentuk pendidikan holistik. Ada tiga dimensi, yakni antara lain, pertama, lingkungan (anak belajar mengurangi sampah plastik), ke dua, kesehatan, hasil barter berupa pangan bergizi, ke tiga, ekonomi, ibu-ibu kreatif mendapat penghasilan tambahan.

Bandingkan dengan model pendidikan yang hanya menjejali anak dengan hafalan. Di sini, anak-anak justru diajak “belajar dari pasar, bukan sekadar dari papan tulis”, bukankah hidup memang sekolah terbesar?

Suasana Pasar Sehat penuh dengan banyolan, seorang bocah dengan polos bertanya, “Kalau tukar galon kosong, bisa dapat motor?” Gurunya menjawab, “bisa, kalau motornya mainan plastik juga”, tawa pun meledak.

Humor-humor kecil itu bukan sekadar hiburan, ia jadi vitamin pembelajaran, anak-anak lebih mudah menyerap pesan kalau disampaikan dengan candaan. Kata orang bijak, “tertawa itu ibadah, tapi kalau ketawa sambil belajar, pahalanya dobel”.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa pendidikan tak harus mahal, tak harus selalu di ruang kelas. Pendidikan bisa hadir di pasar sederhana, di keset kain perca, di tawa anak-anak yang polos. Nilai utamanya adalah membentuk karakter, peduli lingkungan, hidup sehat, dan menghargai kerja keras orang tua.

Mungkin benar kata pepatah Jawa, “ngelmu iku kalakone kanthi laku”- ilmu itu tercapai lewat praktik, dan di PAUD Ceria, praktik itulah yang ditanamkan.

Kunjungan Dewi Sastrani ke PAUD KB Ceria bukan sekadar acara seremonial. Ia jadi bukti inovasi kecil bisa punya dampak besar. Tawa anak-anak saat menukar botol dengan susu adalah simbol harapan, pendidikan masa depan bukan hanya mencetak anak pintar, tapi juga anak peduli, sehat, dan berdaya.

Kalau program ini direplikasi di PAUD lain, bayangkan betapa banyak sampah plastik bisa disulap jadi pangan sehat, betapa banyak ibu bisa tersenyum karena ekonomi keluarga terbantu.

Pada akhirnya, cerita ini mengingatkan kita pada pepatah lama “dari hal kecil datanglah perubahan besar”, dari botol plastik seharga nol rupiah, lahirlah pelajaran hidup yang tak ternilai, dan dari tawa anak-anak PAUD Ceria, lahirlah inspirasi yang bisa membuat Palembang, bahkan Indonesia, lebih ceria.[***]

Terpopuler

To Top