SEANDAINYA seorang mahasiswa ekonomi sedang mengutak-atik neraca keuangan di laptopnya sambil minum kopi sachet murahan di kos. Tiba-tiba, dia membaca berita “Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, dianugerahi Bintang Mahaputera Utama”. Seketika, dia berhenti mengetik, menatap layar, dan bergumam “Wah, kalau Pak Perry saja bisa dapat bintang karena urusan makroprudensial, aku juga bisa lah suatu hari bikin kebijakan yang bikin rakyat tersenyum dan bank-bank tetap aman”.
Ini bukan sekadar cerita tentang penghargaan, tapi tentang inspirasi nyata bagi generasi finansial muda, mahasiswa ekonomi, banker muda, atau pelaku fintech yang baru mulai menapaki dunia keuangan.
Perry Warjiyo dikenal bukan hanya karena kebijakannya menjaga inflasi atau stabilitas rupiah, tapi juga karena mendorong riset dan literasi keuangan. Bayangkan kalau dunia perbankan seperti hutan belantara, banyak yang takut masuk karena rumitnya istilah dan risiko yang tinggi. Nah, Perry menyediakan peta laporan riset, data transparan, dan program edukasi untuk menuntun generasi muda agar bisa menavigasi hutan itu tanpa tersesat.
Lewat berbagai program anak muda BI, seperti magang, kompetisi inovasi fintech, dan workshop literasi keuangan, Perry membuka pintu bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi penonton di dunia moneter, tapi pemain aktif. Dia seperti guru besar yang sekaligus mentor kadang serius menjelaskan neraca, kadang menyelipkan humor agar muridnya tidak ngantuk.
Sering kita dengar istilah financial literacy, terdengar berat seperti soal ujian makroekonomi, tapi Perry membuktikan edukasi finansial bisa dikemas santai dan kocak. Misalnya, dia pernah mencontohkan risiko inflasi dengan analogi harga cabe rawit di pasar kalau tidak hati-hati, dompet bisa “kepedesan” sebelum gaji bulan depan tiba. Humor ini penting, karena di dunia nyata, banyak generasi muda yang takut investasi atau menabung.
Penghargaan Bintang Mahaputera untuk Perry Warjiyo bukan sekadar hiasan di dada. Bagi generasi muda, itu adalah simbol dedikasi dan konsistensi, kalau setiap anak muda yang punya ide brilian di bidang fintech bisa mendapatkan pengakuan seperti ini, pasti lebih banyak inovasi yang lahir untuk memajukan ekonomi bangsa.
Dalam dunia startup atau fintech, kadang ide bagus tersandung regulasi atau minimnya pengalaman. Di sinilah inspirasi Perry muncul kerja keras, riset, inovasi, dan kepemimpinan yang mengayomi. Kalau dia bisa menjaga stabilitas ekonomi nasional sambil mendorong literasi keuangan, generasi muda pun bisa menemukan cara mereka sendiri untuk berdampak.
Ada pepatah lama “Uang datang dan pergi, tapi ilmu dan reputasi bertahan”. Perry Warjiyo membuktikan hal itu, penghargaan ini menegaskan bukan hanya jumlah rupiah yang penting, tapi kontribusi yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
Bagi generasi muda, ini pelajaran penting fokus pada dampak jangka panjang, bukan cuma sekadar mengejar keuntungan instan. Misalnya, membangun fintech untuk mempermudah UMKM, menciptakan edukasi digital bagi mahasiswa, atau meneliti solusi pembayaran inovatif. Semua itu, kalau dilakukan konsisten, bisa memberi “bintang” versi mereka sendiri di dunia nyata.
Misalnya mahasiswa ekonomi yang awalnya cuma bisa analisis teori di kos, terinspirasi kisah Perry, kemudian mendirikan startup fintech untuk mempermudah ribuan orang membayar listrik atau membeli sembako tanpa antre lama.
Semua itu bermula dari pemahaman literasi keuangan, keberanian mencoba, dan teladan dari sosok yang telah berjuang di level nasional.
Perry Warjiyo membuktikan penghargaan, inovasi, dan edukasi bisa berjalan beriringan, tidak harus menunggu puluhan tahun untuk diakui. Yang penting, kerja keras, kreativitas, dan dedikasi.
Pada akhirnya, Bintang Mahaputera yang disematkan untuk Perry Warjiyo adalah pengingat kerja keras, inovasi, dan literasi adalah modal utama untuk membangun ekonomi bangsa. Bagi generasi muda, inspirasi ini bukan sekadar motivasi kosong, tapi peta perjalanan dari riset kecil di kampus, hingga kebijakan yang berdampak nasional.
Seperti kata pepatah “Setinggi-tingginya bintang di langit, semua dimulai dari langkah kecil di bumi”. Jadi, jangan takut mencoba, belajar, dan berinovasi. Siapa tahu, suatu hari, generasi finansial muda hari ini yang duduk di kos sambil ngoprek Excel akan menjadi Perry Warjiyo versi mereka sendiri membawa stabilitas, inovasi, dan tentu saja… sedikit humor di dunia serius yang bernama keuangan.[***]