Properti

Setiap Rumah yang Berdiri Sebagai Mesin Ekonomi Mini & Memutar Roda UMKM Lokal

ist/pkp.go.id

KALAU membicarakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal terakhir yang mencapai 5,12%, jangan cuma mikir angka-angka di layar TV atau laporan statistik. Coba pikirkan seandainya pertumbuhan itu kayak mobil balap F1 yang melesat, tapi mesinnya bukan cuma bahan bakar, ada juga kru, ban cadangan, bahkan tukang cuci helm pembalap. Di dunia nyata, salah satu “mesin” paling handal adalah sektor properti, dan di balik setiap rumah berdiri, ada UMKM lokal yang kerja keras tapi jarang dapat spotlight.

Pembiayaan perumahan, misalnya lewat program seperti KMU MerDeKa, bukan cuma soal rumah atau apartemen yang berdiri rapi di komplek. Ini soal bagaimana ekonomi bergerak dari hulu ke hilir, tukang bata dapat pesanan, tukang cat nyaris nggak pernah tidur, arsitek sibuk mengutak-atik desain, pedagang material lokal tersenyum melihat penjualan naik. Kalau mau dibayangin, setiap rumah yang berdiri itu bukan cuma tempat tinggal, tapi mesin ekonomi mini yang memutar roda UMKM lokal. Kalau rumahnya nyaman, roda UMKM bisa muter lancar, kalau rumahnya macet di perizinan, roda UMKM jadi selip kayak ban motor di lumpur.

Pemerintah terus mendorong sektor perumahan lewat regulasi dan stimulus pembiayaan, dan bank swasta seperti BCA hadir untuk menjadi oli yang bikin mesin ekonomi itu tetap mulus. Dengan bunga kompetitif dan tenor panjang, UMKM bisa mengatur modal kerja dan investasi tanpa tersedak. Bayangin tukang bata yang tiap bulan pusing mikirin bahan, sekarang bisa fokus kerja, sambil sesekali ngelawak sama tetangga “Kalau bata bisa tersusun rapi, hidup pun bisa tersusun rapi.”

Di sisi lain, properti juga memengaruhi konsumsi masyarakat, rumah yang dibangun berarti butuh furniture, cat, pipa, listrik, dan dekorasi ala influencer TikTok, semua ini membuka peluang bagi UMKM untuk ikut nimbrung di rantai nilai ekonomi, dari skala kecil hingga besar. Bahkan usaha kecil yang selama ini cuma jualan cat tembok bisa ikut proyek renovasi rumah dan ikut menikmati “efek domino” pertumbuhan ekonomi.

Moralnya jelas, membangun rumah itu bukan sekadar menumpuk bata, tapi menyulut ekonomi lokal. Setiap proyek properti adalah laboratorium bagi UMKM untuk belajar manajemen, kreativitas, dan efisiensi. Kalau rumahnya selesai tepat waktu dan kualitas oke, semua pihak senang; kalau molor, tukang bata ngedumel, tukang cat marah, arsitek pusing, pedagang material bingung stok menumpuk. Begitu siklusnya, roda ekonomi muter, kadang lancar, kadang ngesot, tapi selalu bergerak.

Pembiayaan properti itu bukan hanya urusan rumah, tapi urusan memutar roda ekonomi dari hulu ke hilir, sekaligus mendukung UMKM lokal untuk tumbuh. Dengan program seperti KMU MerDeKa, ekosistem ini bisa lebih efisien, lancar, dan, ya…. sedikit lebih kocak karena semua pihak bisa tertawa melihat bata, cat, dan material “berjoget” di tangan UMKM. Setiap investasi di properti bukan sekadar rumah, tapi investasi di mesin ekonomi mini yang memberi peluang bagi banyak orang untuk ikut senyum dan untung.[***]

Terpopuler

To Top