KEBAKARAN hutan itu kayak mantan toxic susah hilang, munculnya nggak kenal musim, dan bikin hidup orang banyak berantakan. Bedanya, kalau mantan cuma bikin baper, karhutla bikin sesak nafas satu provinsi. Makanya, Kementerian Kehutanan lewat Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Ditjen Gakkumhut) sekarang lagi serius banget ngejar para “tukang bakar hutan” ini dari yang berbaju korporasi sampai yang cuma modal korek dan keberanian nekat.
Seandainya, pas kita lagi tidur siang sambil kipas-kipas, di luar sana Manggala Agni udah kayak superhero Marvel, cuma bedanya nggak pakai jubah, tapi bawa tangki air dan slang panjang.
Mereka udah turun ke lapangan 1.689 kali buat padamkan api. Angka segede itu, kalau tiap pemadaman dikasih bonus satu bungkus nasi uduk, mungkin mereka udah bisa buka franchise restoran sendiri.
Kata pepatah Jawa, “Api kecil jadi kawan, api besar jadi lawan”. Nah, di kasus karhutla ini, apinya nggak cuma besar, tapi sudah kayak mantan yang ngajak balikan sambil bawa utang lama. Makanya, 10 perusahaan udah kena segel, 2 perusahaan disanksi administratif, dan 8 individu lagi proses hukum. Ada juga yang udah masuk tahap penyidikan, kayak di Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau. Singkatnya, kalau ini sinetron, polisi udah ngegep mereka pas lagi “syuting” bakar-bakaran.
Waktu penyegelan di Kalbar, konon ada adegan yang hampir mirip sketsa Srimulat. Petugas Manggala Agni datang lengkap dengan mobil tangki air. Si pelaku yang lagi nyalain api buru-buru tiup-tiup api sambil ngomong, “Ini cuma bakar jagung, Pak.” Petugas jawab santai, “Jagungnya gede banget, Pak.
Sampai satu hektar luasnya” Si pelaku langsung nyengir kecut, kayak anak SD ketahuan nyontek pas ujian. Bahkan ada yang nekat sembunyi di balik pohon, padahal pohonnya tinggal setengah kebakar jelas kelihatan kayak main petak umpet gagal.
Operasi ini nyebar ke banyak provinsi, Kalbar ada 7 kasus, Riau 10 kasus, Jambi 1 kasus, Sumsel 1, Sumut 1. Nama perusahaannya bertebaran kayak inisial gosip infotainment FWL, CMI, DAS, HKI, MTI, UKIJ, DRT, RUJ, SAU, SH, PML, sampai BRS.
Rasanya kayak lagi lihat daftar finalis lomba karaoke antarperusahaan, cuma bedanya hadiah mereka bukan piala, tapi segel kuning bertuliskan “dalam penyelidikan”.
Direktur Jenderal Gakkum, Pak Dwi Januanto, udah wanti-wanti nggak ada ampun buat pembakar hutan, karena karhutla itu efeknya nyebar dari rusaknya ekosistem, lenyapnya satwa langka, kerugian ekonomi, sampai bikin warga batuk-batuk kayak habis minum es kelapa tapi kelapanya basi. Dan yang paling ngeri, asapnya nyumbang emisi karbon, bikin bumi ini makin gerah. Kalau bumi bisa ngomong, mungkin dia udah bilang, “Bro, cukup ya, aku udah kegerahan, jangan dibakar lagi”
Intinya, kalau mau buka lahan, jangan main api, banyak cara kreatif lain mau pakai mesin, mau bikin kebun hidroponik, mau jadi pebisnis tanaman hias juga bisa.
Ingat !! pepatah “Bakar sate boleh, bakar hutan jangan.” Jadi, mari kita jaga hutan biar nggak jadi sate raksasa. Karena kalau Manggala Agni udah turun tangan, jangan harap api bisa bercanda. Dia nggak bawa gitar buat nyanyi “Kemesraan”, tapi bawa slang buat nyiram sampai padam.[***]
Catatan Redaksi: Tulisan ini adalah opini penulis yang memadukan data resmi Kementerian Kehutanan dengan bumbu fiksi kocak untuk memperkuat pesan moral. Adegan-adegan humor yang digambarkan seperti pelaku bersembunyi di balik pohon setengah terbakar hanyalah rekaan imajinatif, bukan kejadian nyata di lapangan. Meski dibalut dagelan, pesan utama tetap serius: kebakaran hutan itu bukan lelucon, dan penegakan hukum adalah langkah mutlak untuk melindungi lingkungan dan masa depan generasi berikutnya.