Lingkungan

“Operasi Sebasah, Lautan Sudah Cukup Basah, Jangan Ditambah Sampah”

ist

ADA satu pepatah bijak dari tetua kampung nelayan yang belum sempat viral di TikTok “Kalau kau cinta laut, jangan kau buang plastik ke hatinya.”
Nah, pepatah ini kayaknya nyambung betul dengan program kece badai dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang baru aja dilaunching Sebasah  Laut Sehat Bebas Sampah. Bukan singkatan banci, ya, ini beneran program serius yang dibungkus gaya kolaboratif tapi tetap ramah senyum.

Pencanangannya di Kamal Muara, Jakarta Utara. Bayangkan, daerah pesisir yang tadinya mungkin lebih akrab dengan bau amis dan cerita cinta nelayan yang kandas karena utangnya lebih besar dari hasil tangkapan, sekarang dijadikan basis perjuangan penyelamatan laut dari invasi plastik.

Kalau dulu orang-orang nyari jodoh di tepi pantai sambil buang kenangan masa lalu ke laut, sekarang kita harus sadar bahwa laut itu bukan tong sampah perasaan apalagi kantong kresek.

Sampah plastik itu ibarat mantan yang susah move on sudah dibuang, eh masih nongol lagi di tempat yang sama, bahkan merusak ekosistem. Dari hulu ke hilir, si plastik bisa menjelma dari bungkus cilok di sekolah jadi microplastic di perut ikan. Nggak heran kalau ikan zaman sekarang rasanya makin mirip sedotan.

Makanya, KKP bilang urusan sampah itu harus dibereskan dari hulu ke hilir. Dari tangan kita yang masih malas buang sampah ke tempatnya, sampai ke laut yang tiap hari harus menerima ‘kiriman cinta’ berupa plastik mie instan dan botol minuman bekas.

Nah, program Sebasah ini bukan kerjaan satu kementerian doang. Dari komunitas perempuan tangguh bernama Seruni sampai PPSU setempat, semua turun tangan. Dari edukasi anak sekolah (biar sejak dini tahu bahwa laut bukan tempat buang pembalut), sampai pelatihan daur ulang dan pembentukan bank sampah, semua dilakoni bareng-bareng.

Bayangin, tiga bank sampah di Kamal Muara dapet bantuan Rp2,04 miliar. Itu kalau dipakai beli gorengan, bisa bikin gorengan nasional! Tapi tenang, dananya bukan buat gorengan, tapi buat peralatan pengelolaan sampah berbasis 3R: Reduce, Reuse, Recycle, yang kalau diartikan bebas bisa jadi Kurangi sampah, Gunakan ulang, Jangan buang sembarangan!

Program Sebasah ini juga nyambung dengan pembangunan Kawasan Mangrove Nasional di atas lahan 56 hektare. Ini serius, bukan ladang sawit atau tempat main layangan. Tempat ini bakal jadi rumah bagi 22 jenis mangrove endemik. Jadi, kalau nanti anak-anak kita tanya, “Mangrove itu hewan apa, Pak?” Kita bisa jawab dengan bangga sambil ngupil, “Bukan hewan, Le… itu benteng alami laut!”

Kalau laut kotor, jangan salahin ikan. Ikan nggak pernah bikin plastik. Yang bikin kita. Maka solusi pun harus datang dari kita. Seperti kata Koswara, Dirjen KKP”Komitmen hari ini nyata.”
Yoi, Pak. Komitmen itu harus seperti mantan yang tobat nggak cuma omdo (omong doang), tapi juga aksi nyata.

Jangan buang sampah ke laut. Kalau masih sayang laut, perlakukan dia seperti mantan yang baik: dikenang tapi jangan dikotori. Kalau masih buang sampah sembarangan, jangan kaget kalau besok makan ikan rasa plastik, atau nemu sedotan nyangkut di perut cumi.

Ingat, menjaga laut itu bukan cuma tugas Pak Menteri. Itu tugas kita semua. Karena kalau laut rusak, yang tenggelam bukan cuma kapal, tapi juga masa depan kita.

Jadi, mari kita dukung Sebasah, biar lautan Indonesia tetap segar, sehat, dan nggak ‘sebasah’ hati kita tiap lihat laut penuh sampah. Yuk, jaga laut. Karena lautan bukan tempat buang mantan, apalagi sampah!

Kalau kamu suka tulisan ini, sebarkan ke grup keluarga. Biar yang suka buang tisu ke selokan bisa sadar bahwa itu langkah awal jadi perusak ekosistem laut.
Kalau kamu belum sadar, coba renungkan… ikan di laut aja bisa berenang bareng, masa kita sesama manusia masih buang-buang sampah seenaknya? .[***]

Terpopuler

To Top