Lingkungan

“Mangrove, Motor Listrik & Mimpi Basah Anak Pulau, Dari Alas Purwo Menuju Asa Pesisir”

foto : kehutanan.go.id

SAAT langit makin tipis, laut makin rakus, dan daratan makin cemberut, datanglah sejumput asa dari ujung Banyuwangi  bukan pesugihan, tapi pesta mangrove yang isinya tanam pohon sambil goyang motor listrik.

Kementerian Kehutanan justru bikin gebrakan adem di Taman Nasional Alas Purwo, bukan dengan AC 3 PK atau kipas angin dari bantuan desa, tapi dengan festival mangrove!. Serius bro, namanya Mangrofest 2025, tapi vibes-nya kayak Woodstock versi tanaman bakau. Ada tanam-menanam, ada motor listrik, ada musik alam, dan tentu saja… ada asa yang tumbuh bareng akar-akar mangrove.

Temanya? “Rayakan Mangrove, Rangkai Asa”  yang kalau ditranslate bebas jadi “Ayo kita pesta tapi tetap sambil mikirin masa depan pesisir, bukan cuma nyanyi terus pulang”. Sebuah tema yang cocok buat zaman sekarang meriah, tapi mikir. Di sini, tanam mangrove bukan sekadar konten IG Story, tapi simbol nasional. Bahkan, motor listrik pun diajak ikut ronda di pantai lewat acara Mangrove Harmony Ride yang bikin pantai kayak lintasan MotoGP versi eco-friendly.

Wamenhut, Sulaiman Umar Siddiq, tampil garang dengan data, katanya, Indonesia ini ibarat sultan-nya hutan mangrove, punya 3,4 juta hektar, alias 23% dari stok dunia. Tapi ya, sayangnya, banyak juga yang udah jadi korban reklamasi, abrasi, atau disulap jadi parkiran kapal tongkang. Oleh karena itu, lewat proyek M4CR (Mangroves for Coastal Resilience), pemerintah mau rehabilitasi 41.000 hektar sampai 2027. Artinya ini bukan program kaleng-kaleng, ini misi penyelamatan nasional sambil nari dan nyanyi di pantai.

Acara kick-off ini juga bukan seremonial model lawas yang isinya pidato panjang dan bendera dikibarkan pakai tali nyangkut. Ini festival, bos! Ada diskusi bareng Mangrove Champion (bukan tukang bakau, tapi pejuang lingkungan), ada pameran hasil rehabilitasi dari berbagai daerah, sampai konser yang mungkin bikin ikan-ikan di pesisir ikut goyang sirip. Semuanya dirancang biar publik sadar mangrove itu bukan cuma tanaman pinggir laut, tapi bodyguard alami yang jaga kita dari tsunami, abrasi, dan mantan.

Nah, yang paling unik tuh komunitas Elder’s Electrico Motor Club, para suhu motor listrik yang ikut “ngegas” tanpa asap. Mereka bukan cuma riding gaya-gayaan, tapi juga ngasih contoh kalau motor aja bisa diajak berubah ke energi bersih, masa gaya hidup kita masih karbonan terus? Ini bukan sekadar touring, ini khutbah lingkungan sambil ngepot di pasir.

Pesan moralnya jelas, kalau akar mangrove kuat, pesisir tak akan tumbang. Tapi lebih dari itu, ini soal kolaborasi. Pemerintah, masyarakat, LSM, komunitas, bahkan negara sahabat, semuanya diajak nimbrung, karena menyelamatkan pesisir bukan kerjaan satu dinas. Namun kerja rame-rame, seperti gotong royong menambal atap bocor pas musim hujan, tapi skala nasional.

Jadi bro, kalau hari ini lo masih mikir tanam mangrove itu kerjaan anak pecinta alam yang jarang mandi, pikir ulang. Justru di situlah letak asanya kita yang sesungguhnya dari lumpur, dari akar, dari pesisir yang pelan-pelan bangkit.

Kalau lo masih nanya, “Ngapain sih repot-repot tanam pohon di pinggir laut?”.  Jawabannya simpel, karena kita gak mungkin bangun masa depan di atas gelombang, tapi kita bisa mulai dengan satu batang bakau dan sebaris asa.[***]

Terpopuler

To Top