DI TENGAH gegap gempita tren wisata alam yang bikin netizen FOMO dan para selebgram nginap di tenda tapi makannya catering hotel bintang lima, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana duduk semeja bahas masa depan ekowisata Indonesia, dari komodo sampai jalur pendakian, dari hibah dolar sampai SOP keselamatan, semua dikupas tuntas kayak singkong rebus waktu hujan deras.
Pertemuan ini bukan sekadar foto bareng sambil senyum manis buat IG Kementerian. Ada duit gede yang dibahas: hibah dari Zayed Foundation senilai USD 4,7 juta atau sekitar Rp76,9 miliar cukup buat bikin komodo senam pagi dan ranger punya sepatu anti slip. Dana ini ditujukan untuk konservasi komodo dan pengembangan wisata alam berkelanjutan.
“Pariwisata kita jangan kayak jualan cendol di CFD, harus ada edukasi, bukan cuma euforia,” ujar Raja Juli dengan gaya khasnya yang seperti dosen filsafat habis naik gunung. Ia mewanti-wanti soal pariwisata massal yang rawan merusak ekosistem. “FOMO boleh, tapi jangan FOMO yang ngerusak hutan.”
Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar juga manggut-manggut, ia usul sistem kuota pengunjung, SOP pendakian, dan pemeringkatan jalur seperti, ojek online ada yang ramah pemula, ada yang khusus buat pendaki jomblo tangguh.
Menteri Pariwisata Widiyanti, yang disebut-sebut mirip bintang sinetron zaman dulu tapi punya otak segar kayak daun kemangi, langsung sepakat. Ia menyebut kasus kecelakaan di Gunung Rinjani sebagai pelajaran pahit.
“Kita nggak bisa biarkan wisatawan naik gunung kayak naik eskalator mall,” katanya, tim kerja gabungan pun dibentuk.
Menurut Widiyanti, masa depan pariwisata berkelanjutan Indonesia terletak pada konservasi yang solid. “Kalau alam rusak, turis tinggal selfie di Google Image. Nggak ada lagi sunset beneran,” ujarnya, sambil nyeruput kopi dari gelas enamel.
Sinergi ini juga akan merancang ekoturisme cerdas, bukan cuma naik gunung dan foto-foto, tapi juga belajar tentang flora-fauna dan budaya lokal. Jadi bukan cuma kaki yang naik, tapi juga wawasan. Pepatah bilang, “Sekali naik gunung, dua-tiga pengetahuan didapat.”
Wisata yang benar itu kayak hubungan yang sehat ada batas, ada respek, dan nggak nyampah seenaknya. Kalau mau pariwisata langgeng, jangan cuma mikir view bagus tapi juga jaga alamnya tetap utuh. Sebab, tempat indah tak akan berarti kalau hancur sebelum sempat dinikmati cucu-cucu kita.
Akhirnya, dua kementerian beda bidang ini sepakat dalam satu tujuan membangun masa depan pariwisata yang ramah lingkungan, aman, dan tetap instagramable, sebuah langkah strategis yang semoga tidak hanya viral hari ini, tapi juga bikin bumi tetap hijau dan komodo tetap punya rumah.[***]