Nasional

“Ketika Dunia Terlalu Pintar, Tapi Otak Kita Malah Mager”

ist

SAAT ini, informasi gak lagi datang pelan-pelan kayak pak pos zaman dulu, sekarang info masuk kayak mantan tau-tau nongol di beranda, ngajak nostalgia, padahal isinya racun.

Bahkan bikin lebih horor, kita tuh sering dibikin percaya sama apa pun yang tampilannya rapi, suaranya merdu, atau videonya HD. Padahal bisa jadi itu hasil rekayasa teknologi bukan kenyataan, tapi karya seni dari Artificial Intelligence (AI).

Wamenkomdigi Nezar Patria beberapa waktu lalu ngasih wejangan menarik, di acara Ngobrolin Buku Bareng Wamenkomdigi, Membedah buku Neksus karya Yuval Noah Harari, di Perpustakaan Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat.

Beliau bilang, “Melawan post-truth itu simpel, hidupkan kembali critical thinking”

Yoi, Pak Nezar gak main-main, beliau cerita, sekarang AI udah bisa bikin manusia fiktif yang mukanya mirip orang Palembang, gaya ngomongnya kayak orang Batak, Medan, tapi… aslinya gak pernah eksis di dunia nyata.
Kayak gebetanmu yang cuma ada di chat, gak pernah mau ketemuan.

Yang lebih ngeri lagi, kalau teknologi ini disalahgunakan buat niruin tokoh agama atau tokoh publik   bisa timbul kekacauan beneran. “Itu yang paling berbahaya” kata Pak Nezar, sambil mengingatkan kita agar jangan gampang percaya apa pun yang lewat di layar.

Hari ini semua orang bisa jadi komentator, tapi makin banyak yang berani ngomong, makin sedikit yang berani mikir.

Nonton satu video, langsung jadi ahli geopolitik, dengar satu potongan suara, langsung nuduh makar.

Pepatah lama bilang “Air tenang menghanyutkan, air comberan bikin gatal”
Nah, informasi digital juga gitu, yang tenang-tenang malah penting, yang heboh-heboh… seringnya cuma drama keyboard warrior.

Pak Nezar juga ngingetin Gen Z biar gak jadi generasi asal jeplak, mikir dulu sebelum komentar, baca dulu sebelum nyebar, cek dulu sebelum share, jangan sampe lucu di dunia maya, tapi bikin orang lain sengsara di dunia nyata.

Hari ini, siapa yang bisa tahan diri buat gak asal percaya, dia adalah pejuang akal sehat, karena sekarang ini wajah bisa dipalsukan, suara bisa disalin, tapi satu yang gak bisa diduplikasi otak yang waras dan dipakai.[***]

Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan opini populer yang disajikan ulang secara jenaka dan imajinatif, berdasarkan pernyataan resmi Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria dalam acara “Ngobrolin Buku Bareng Wamenkomdigi”, 21 Juli 2025, di Jakarta. Gaya tulisan ini sengaja dibuat segar dan ringan untuk memperkuat pesan literasi digital dan pentingnya nalar kritis di era informasi manipulatif dan kecerdasan buatan.

Terpopuler

To Top