HIDUP ibarat naik motor di jalan berlubang, maka kemiskinan itu kayak lubang besar yang susah dihindari kalau ban udah botak dan bensin udah tinggal aroma.
Tapi untunglah, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) nggak mau tinggal diam, apalagi tinggal rebahan. Mereka terus ngegas pakai helm kebijakan dan jaket program kerja untuk ngebut mengentaskan kemiskinan, bahkan yang ekstrem sekalipun.
Senin, 7 Juli 2025, Sekretaris Daerah Muba Dr Apriyadi MSi ikutan rapat virtual bareng Kementerian Dalam Negeri. Bukan rapat gosip, tapi sosialisasi serius tentang cara ngukur kinerja daerah dalam urusan ngusir kemiskinan dari kampung halaman. Karena ya, kata pepatah, “kalau bukan kita yang ngusir kemiskinan, ya nanti kita yang diusir darinya”
Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Ir Restuardy Daud MSc, nyampaikan bahwa pemerintah pusat tiap tahun nyiapin rewards, alias insentif fiskal, buat daerah yang sukses bikin masyarakatnya lebih sejahtera dan nggak hidup dari mie instan doang.
Ini kayak main game RPG kalau berhasil selesaikan quest “hapus kemiskinan ekstrem”, maka hadiahnya bukan koin emas, tapi dana segar yang bisa dipakai buat nambah level pembangunan.
“Pemerintah Daerah itu harus bisa ngukur, udah sejauh mana program-programnya manjur. Jangan sampai kayak masak tanpa nyicip, tahu-tahu keasinan”, ujar Pak Dirjen.
Kalimat ini memang tak diucapkan beliau secara harfiah, tapi semangatnya begitu: evaluasi penting, biar gak asal klaim doang.
Sekda Muba, Pak Apriyadi, juga menegaskan kalau Bupati Toha dan Wakilnya, Rohman, udah ngebut dari garis start.
Fokus mereka bukan cuma soal jalan mulus dan taman cantik, tapi juga soal perut warga yang harus kenyang dan dapur yang harus tetap ngebul. Soal pengentasan kemiskinan, Pemkab Muba nggak mau tanggung semua OPD digerakin, program disisir, supaya bantuan tepat sasaran, gak nyasar ke rumah Pak Lurah yang udah punya AC 2 PK dan langganan kopi mahal.
Program-program ini termasuk bantuan langsung ke warga yang betul-betul butuh, peningkatan skill dan pelatihan kerja, serta pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Ibaratnya, rakyat nggak cuma dikasih ikan, tapi juga dikasih kail, dikursusin mancing, dan diajak buka warung pempek kalau perlu.
Kalau kemiskinan ekstrem itu semacam penyakit kronis, maka Pemkab Muba lagi serius jadi dokternya lengkap dengan diagnosa, resep, sampai terapi penyembuhan total. Dengan kolaborasi, data yang jelas, dan semangat seperti rombongan kawinan nyewa organ tunggal seru, ramai, dan bergerak harapannya warga Muba bisa hidup lebih layak.
Karena, kata orang bijak desa “Jangan mewariskan kemiskinan pada anak cucu, karena mereka lebih butuh mainan daripada utang”
Jadi kalau Muba bisa sukses dalam pengentasan kemiskinan ekstrem, itu bukan cuma kemenangan buat pemerintah, tapi juga buat emak-emak yang bisa belanja tanpa hitung kembalian, buat anak-anak yang bisa sekolah tanpa mikir ongkos, dan buat petani yang hasil panennya bisa lebih dari cukup buat beli beras dan pulsa. Muba, jangan kasih kendor, apalagi kalau soal isi piring rakyat.[***]