Palembang Terkini

“Ikan Tak Pernah Bohong, Stunting Bisa Hilang, Asal Nasi Jangan Lupa Lauk!”

ist

Sumselterkini.co.id, – Di tengah panasnya Palembang yang kadang bikin helm jadi panci rebusan kepala, ada secercah harapan muncul dari balik kecamatan Kertapati, bukan karena dapet diskon cendol atau tiba-tiba ada es campur gratis dari langit, tapi karena ada yang lebih bergizi ikan segar gratis dan semangat gotong royong yang dikemas dalam acara bernama Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan alias Gemarikan.

Akhir pekan, suasana Kantor Kecamatan Kertapati bukan seperti biasanya, ramai seperti  ada urusan KTP hilang atau minta surat pengantar nikah, tapi hari itu, suasananya meriah macam pesta sedekah laut karena Wali Kota Palembang, Pak Ratu Dewa, datang lengkap dengan senyum tiga jari (ramah, tegas, dan fotogenik), ditemani Wakilnya, Pak Prima Salam, dan juga Anggota DPR RI Komisi IV, Ibu Kartika Sandra Desi. Mereka nggak datang bawa janji-janji doang, tapi juga bawa ikan beneran. Bukan ikan dalam bentuk poster atau PowerPoint, tapi ikan yang bisa langsung digoreng atau disambal terasi!

Acara Gemarikan ini bukan sekadar ajang bagi-bagi ikan lalu pulang, acara adalah gerakan yang punya gigi, bukan gigi palsu, tapi gigi pembangunan. Pak Wali Kota menyebut bahwa Kertapati akan jadi prioritas untuk penanganan stunting dan juga pemberdayaan UMKM. Dalam bahasa yang lebih membumi, ini ibarat orang tua yang nggak cuma beliin anaknya buku gambar, tapi juga ngasih pensil warna dan ngajarin cara mewarnainya.

“InsyaAllah Kertapati menjadi prioritas penanganan stunting di Palembang,” ujar Ratu Dewa sambil sesekali senyum ke ibu-ibu yang rebutan ikan lele segar, bukan karena lapar, tapi karena semangat.

Nah, kita semua tahu, stunting itu bukan cuma masalah kurang makan, tapi kurang gizi. Anak yang kurang gizi ibarat sepeda balap yang bannya kempes jalannya lambat, goyang, dan bisa-bisa disalip sepeda ontel. Di sinilah ikan jadi penyelamat karena ikan bukan cuma lezat, tapi kaya omega-3, protein, dan yang paling penting tidak pernah PHP-in janji seperti beberapa mantan pejabat desa.

Anggota DPR RI Komisi IV, Ibu Kartika Sandra Desi, menyampaikan dengan mantap bahwa dia siap mendukung penuh program ini, kata beliau, “Palembang akan zero stunting di masa depan”..

Wah, kalau bisa begitu, kita dukung rame-rame untuk mengurangi stunting bukan cuma urusan pemerintah, ibarat masak pempek kalau cuma ngandelin sagu doang tanpa ikan tenggiri, ya rasanya kayak sedih yang tak berdaging. Perlu kolaborasi dari pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, termasuk ibu-ibu yang jago masak gulai patin dan anak-anak muda yang bisa bikin konten “Bikin Anak Cerdas dengan Ikan Bandeng”.

Dalam kesempatan itu juga, Wako Ratu Dewa mengajak seluruh pihak untuk terus bersinergi. Lah, sinergi ini kalau dibayangkan kayak nasi uduk ada nasinya, ada ayamnya, ada sambalnya, ada kerupuknya. Lengkap dan saling melengkapi, kalau cuma satu aja, ya hambar, tapi kalau kompak, ndilalah jadi enak.

Ada pepatah lama dari kakek-kakek nelayan di pinggir Sungai Musi “Siapa rajin makan ikan, otaknya encer, badannya sehat, dan hatinya nggak gampang ngambekan”.
Pepatah ini belum tentu masuk buku pelajaran, tapi masuk akal karena masa depan Palembang bukan cuma dibangun dari beton dan jembatan, tapi juga dari anak-anak yang tumbuh sehat, pintar, dan nggak gampang pilek gara-gara makan mi instan doang.

Program Gemarikan ini adalah langkah kecil yang bisa jadi loncatan besar, apalagi kalau benar-benar konsisten. Ibarat pelihara ikan cupang, kalau cuma dikasih makan waktu mood doang, ya lama-lama mati. Tapi kalau rutin, terawat, dan diajak ngobrol, dia bisa jadi teman hidup.

Di tengah keriuhan hidup yang kadang bikin kepala pening kayak nyium bau durian busuk di angkot penuh, program Gemarikan ini datang membawa kabar baik. Ia mengingatkan kita bahwa kunci masa depan bangsa bisa jadi tersembunyi di dalam piring makan siang ada nasi, ada ikan, dan ada harapan.

Dan kalau Palembang bisa jadi kota tanpa stunting, itu bukan karena acara seremoni semata, tapi karena ada kerja bareng yang nyata, dari atas sampai ke bawah, dari pusat sampai ke kecamatan. Ibarat sambal dan terasi beda wujud tapi serasi. Jadi, mari kita mulai perubahan dari yang sederhana jangan lupa makan ikan, sebelum dunia makan kita pelan-pelan.

Kalau hari ini kita masih bisa tertawa sambil nyicip ikan pindang gratis dari acara pemerintah, jangan lupa itu bukan sekadar lauk, itu simbol perjuangan melawan stunting, kemiskinan gizi, dan kemalasan berpikir. Ikan itu memang kecil-kecil, tapi perannya besar. Ibarat baut di sepeda motor, dia mungkin tak kelihatan, tapi kalau hilang, bisa bikin pengendara terbang ke selokan.

Mengurangi stunting bukan tugas dinas kesehatan semata, atau tanggung jawab wali kota di depan mikrofon saja, namun urusan semua orang, dari penjual ikan di pasar 16 Ilir sampai Ketua RT yang hobi karaokean karena kalau anak-anak kita tumbuh pendek dan lamban, masa depan bangsa juga ikut-ikutan lemot kayak sinyal WiFi dua batang.

Jadi  ikan jangan hanya sebagai menu alternatif akhir bulan, sudah waktunya ikan naik kasta, bukan cuma jadi lauk anak kos, tapi jadi senjata pembangunan. Sekali-kali jangan cuma bangga kalau bisa ekspor sawit, tapi juga bangga kalau anak-anak Palembang pinter, sehat, dan tinggi-tinggi karena doyan makan ikan.

Seperti kata nenek moyang yang dulu melaut tanpa GPS “Siapa yang menanam ikan, akan memanen generasi cemerlang”. Kalau nenek moyang kita bisa berlayar sampai ke Madagaskar bawa ikan asin, masa kita kalah cuma buat nyiapin satu piring nasi dengan ikan segar buat anak sendiri?

Palembang bukan hanya kota pempek, tapi kota yang bisa menyiapkan generasi hebat dari meja makan sederhana karena  “Negara bisa besar karena pemikiran besar, tapi masa depannya bisa rapuh kalau lauknya cuma kerupuk dan kuah mie rebus,”. Ayo mulai hari dengan satu sendok nasi, satu potong ikan, dan satu niat mulia. Bikin generasi Palembang sehat, kuat, dan tak gampang dibodohi iklan biskuit.[***]

Terpopuler

To Top