Memanjakan lidah, bisa dengan menikmati hidangan di restoran ataupun cafe. Memuaskan selera melalui sajian yang nikmat plus nuansa dan suasana yang juga memenuhi hasrat mata dan hati, tentu bisa jadi alternatif. Apalagi, kalau ditambah dengan suasana religi. Tentu bukan sekadar perut yang terpuaskan, rohani pun turut terhibur.
Kolam Susu, restoran yang secaa historis berawal dari sebuah komunitas. Komunitas memang beragam bentuknya. Diantaranya komunitas yang tergabung karena ibadah dan reliji. Sering disebut Majelis.
Awalnya, dari Perkumpulan Majelis Nurul Asma di Lorong Damai Lemabang, kebetulan ada H Rudi. Yang punya lahan di Lorong Sri Mulia, belakang toko furniturenya.
Lahan kosong itu, lanjut Muhari, pemilik Resto Kolam Susu bersama H Rudi, oleh anggota majelis secara bergotong royong, dibuatlah kolam.
Lalu empat bulan kemudian dapatlah inspirasi. Dan dibuatlah pondok kecil. Sampai akhirnya, terbangun pondok-pondok kecil berupa saung beratap daun rumbai. “Sebelumnya, ada juga ide membuat bangunan tradisional Palembang. Tapi, supaya netral, akhirnya kita buat bangunan seperti yang sudah ada saat ini. Termasuk di tengah kolam pun, ada meja out door yang bisa jadi pilihan.
Waktu itu, bulan November 2020. “terpikir lah untuk emuat rumah makan. “Terpikir, kalau diuat rumah makan, kayaknya cocok,” tambah Muhari..
Saat itu, belum ada nama. Lalu, tercetuslah beberapa nama. Kolam Cinta, dan Kolam Asmara, dan Kolam Susu. Sampai akhirnya dipilih nama Resto Kolam Susu. Digali dari sejarah perjalanan Rasulullah Muhammad SAW.
Masih butuh istikharoh waktu itu. Sampai akhirnya secara bulat, dipilihlah namanya Resto Kolam Susu.
Nama Kolam Susu sendiri, menurut Muhari, dipilih berdasarkan sejarah perjalanan Rasulullah. Saat ada dua pilihan, khamer (minuan keras) atau susu. Ternyata Rasulullah Muhamad SAW lebih memilih susu. Dan jadilah, khamer sebagai minuman yang diharamkan.
Ada empat kolam yang berisi ikan gurame, lele, dan nila. Di tengah kolam, juga tersedia meja sajian yang bisa dijadikan pilihan, selain di bawah saung.
Sambil menikmati hidangan, pengunjung bisa melihat ikan-ikan di kolam.
Nuansa religi dipertahanlan dalam pengelolaan resto ini. Ada pengajian setiap malam Jumat. Terutama untuk anggota majelis, yang beranggota sekitar 30 orang. Lalu untuk karyawan, lebih mengutamakan merekrut pegawai yang tergolong anak yatim.
Selain itu, stiap malam Senin ada baca solawat nabi. Hari Jumat juga ada Jumat berkah berupa pembagian makan untuk mereka-mereka yang membutuhkan.
Kini, tanpa melupakan suasana religi, Resto Kolam Susu bisa untuk semua aktivitas, seperti ultah, arisan, perkawinan ataupun pertemuan lainnya.
“Waktu oppening 24 Desember 2020, bisa melayani sekitar 700 orang,” ujar Muhari, yang basicnya di Satuan Pengaman Laut dan Pantai. Sementara H Rudi, pengusaha furniture, pemilik Toko Pedoman,
Luas lahan yang tersedia sekitar setengah hektare. Ada delapan saung, yang beratap daun rumbai. Sehingga menanbah artistik suasana ketika menikmati kuliner yang disajikan. Terutama saat malam hari, dengan lampu warna warni.
Membahas kuliner Palembang memang seakan tak ada habisnya. Selain soal varian kulinernya, juga banyak pilihan tempat dan cara menikmatinya serta suasana dan tempat unik yang disiapkan. Sehingga, menu yang disajikan bertambah rasa dan nikmatnya.
Resto Kolam Susu, yang terletak di Sekojo, Lorong Sri Mulia, di belakang Toko Furniture Pedoman kini menjadi pilihan baru. Sajian menu gurame dan nasi goreng yang merupakan menu khas, bertambah nikmat karena plus lokasi da nsusasana yang pas untuk berswafoto. Juga, disiapkan tower jodoh.
“Tower ini disebut tower jodoh karena bisa jadi tempat yang menjadi memori bagi mereka yang nantinya bisa berjodoh. Beruba tower ter buat dari kayu dan bisa dijadikan tempat untuk berswafoto bersama,” ujar Muhari, pemilik Resto Kolam Susu.
Beberapa kali, di atas tower juga dijadikan tenpat untuk berdoa dan bermunajat agar mereka-mereka yang belum menemukan jodoh segera dipertemukan jodohnya. “Kita doakan, agar mereka yang berjodoh segera dijadikan pasangan yang permanen. Alhamdulillah, kalau bisa sampai ke pelaminan,” tambah H Rudi, yang juga pemilik Resto Kolam Susu.
Bagaimana Resto Koam Susu ini lahir dan bisa menjadi pilihan kuliner di Palembang, diceritakan kedua pemiliknya, Muhari dan H Rudi.
Gurame goreng, gurame asam pedas, dan nasi goreng merupakan menu utama. Awal-awal opening, setiap hari sedikitnya nasi goreng yang dipesan, mencapai 250 porsi. Sebagai gambaran bahwa menu nasi goreng, cukup jadi pilihan.
Beberapa pejabat, seperti Wawako Fitrianti Agustinda, Sekda Ratu Dewa, Kepala Dinas Pariwisata Isnaini Madani, juga telah sempat hadir dan menikmati sajian yang ada di resto ini.
Jam operasional, dari jam 10 pagi sampai 22.00. Karyawan yang ada mencapai 23 orang, termasuk mereka yang jaga parkir. “Selain mengutamakan anak yatim, juga memberdayakan warga sekitar untuk para karyawan dan penjaga parkir,” tambah H Rudi.
Kini, Resto Kolam Susu memang bisa jadi pilhan untuk makan siang, makan malam, atau sekedar menikmati kudapan. Termasuk juga menggelar berbagai acara. Dan yang tak terlupa, kegiatan bernuansa religi, anggota majelis. Juga kegiatan berbagi yang ditujukan untuk orang banyak. Bisnis tentu diharapkan bisa lebih bermanfaat kalau dikelola dengan pola dan sistem yang dianjurkan agama. Berbagai hadiah lawang pun, disiapkan bagi pelanggan. Selain menikmati hidangan, bisa mendapat hadiah kejutan yang diundi setiap bulan (muhamad nasir)
Resto Kolam Susu, Kuliner Bernuansa Religi
By
Posted on