SUMSELGLOBAL

Operasi SDM Unggul, “Misi Rahasia” 5 Divisi Siapkan Warga Muba Siap Tempur di Dunia Kerja

ist

SEKAYU pagi itu, udara masih dingin seperti teh manis yang belum diaduk. Tapi di ruang rapat Disnakertrans Muba, suasana sudah hangat bukan karena AC-nya mati, tapi karena semangat yang memanas. Kursi-kursi terisi penuh, meja dipenuhi map dan notulen, dan di tengahnya berdiri seorang “komandan” bernama Herryandi Sinulingga, Kepala Dinas yang wajahnya tenang tapi pikirannya sudah berlari ke masa depan.

Hari itu bukan rapat biasa. Ini semacam “briefing” misi rahasia yang diberi nama Operasi SDM Unggul Muba. Bedanya, kalau di film pahlawan super mereka pakai kostum ketat dan topeng, di sini para “superhero” datang dengan batik rapi dan name tag pegawai.

Senjatanya bukan pedang atau laser, tapi kurikulum pelatihan, jaringan industri, dan tekad membentuk SDM Muba yang terampil, siap pakai, dan tahan banting.

Pepatah lama bilang, “Kalau mau memancing ikan besar, kailnya jangan kecil.” Nah, Disnaker Muba ini seperti sedang menyiapkan kail super besar bukan buat mancing ikan, tapi buat menarik peluang kerja dari segala penjuru.

Di dunia yang serba cepat ini, nyasar itu mahal. Salah jurusan kuliah bisa bikin kita jadi kolektor ijazah yang cuma jadi hiasan lemari. Salah masuk lowongan, ujung-ujungnya kerja setengah hati sambil curi waktu buka job portal.

Nah, di Disnaker Muba ada Satipis Darius, “GPS hidup” yang memastikan anak Muba mendarat di tempat kerja sesuai bakat dan kemampuan. Dia paham betul pepatah, “Bila salah jalan, pintu rezeki pun ikut salah alamat”.

Dengan jejaring perusahaan yang luas, Satipis memastikan para pencari kerja ini tidak nyasar ke pekerjaan yang bikin hati merana.

Kalau orang lain bingung lihat lowongan yang “minimal pengalaman 2 tahun” tapi gaji masih seperti magang, Satipis akan membimbing, “Sini, kita cari yang pas. Rezeki itu memang nggak ke mana, tapi jangan sampai kamu yang nyasar ke mana-mana.”

Kalau di dunia pahlawan super ada yang bisa melatih orang biasa jadi petarung ulung, di Disnaker Muba ada Solekhan. Dia ini seperti koki skill: bahan bakunya adalah anak-anak Muba yang punya semangat, lalu dia olah jadi tenaga kerja siap tempur di pasar kerja.

Dari mengasah kemampuan teknis di sektor migas, mengajarkan teknik bertani modern, sampai membekali anak muda dengan keahlian digital marketing, semua dia racik dalam program yang relevan.

Pepatah bilang, “Orang pintar kalah sama orang rajin, orang rajin kalah sama orang yang punya skill tepat.” Nah, Solekhan memastikan anak Muba punya ketiganya. Targetnya jelas setiap peserta pelatihan pulang dengan bekal skill yang bisa langsung dipakai, bukan cuma sertifikat yang disimpan di map plastik warna hijau.

Kalau pekerja itu ibarat mesin, maka Faezal ini adalah mekanik yang memastikan semua baut terpasang rapat. Dia percaya, “Orang yang bahagia di tempat kerja akan bekerja lebih baik.”

Faezal mengawal hubungan industrial agar adem ayem, memastikan hak-hak pekerja terpenuhi, dan menyelesaikan perselisihan dengan kepala dingin. Dia semacam perisai yang melindungi kesejahteraan tenaga kerja Muba, supaya mereka tidak hanya hidup, tapi juga merasa dihargai.

Kata pepatah, “Kerja itu bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga menjaga marwah.” Dan Faezal memastikan dua-duanya terjaga.

Tiga tokoh utama ini tidak sendirian. Ada tim pendukung yang tak kalah tangguh mulai dari urusan transmigrasi yang mengatur relokasi tenaga kerja, pengelolaan Balai Latihan Kerja yang jadi dapur pencetak skill, hingga sosialisasi ke masyarakat yang membuat informasi peluang kerja sampai ke pelosok.

Mereka ini ibarat kru kapal: ada yang mengemudi, ada yang menjaga mesin, ada yang mengibarkan bendera. Semua bekerja untuk satu tujuan memastikan kapal bernama Muba ini berlayar mantap menuju pelabuhan masa depan yang lebih sejahtera.

Membangun SDM unggul itu seperti menanam pohon mangga. Hari ini ditanam, bukan besok langsung berbuah. Perlu waktu, perawatan, dan kesabaran. Pelatihan demi pelatihan adalah pupuknya, penempatan kerja yang tepat adalah sinarnya, dan kesejahteraan pekerja adalah air yang menyegarkan akarnya.

Kalau semua dirawat, lima atau sepuluh tahun lagi, Muba akan punya “kebun” tenaga kerja yang manis buahnya bisa dinikmati bukan hanya oleh warganya, tapi juga daerah lain yang membutuhkan.

Operasi SDM Unggul Muba baru saja dimulai. Ini bukan misi sehari jadi, tapi perjalanan panjang. Dan seperti kata pepatah, “Seribu langkah dimulai dari satu ayunan kaki.”

Hari ini, langkah itu sudah diambil oleh Herryandi Sinulingga dan timnya. Dengan kombinasi Satipis sang GPS hidup, Solekhan sang master pelatihan, Faezal sang penjaga kesejahteraan, dan dukungan penuh dari pasukan lainnya, warga Muba punya peluang besar untuk tidak hanya menjadi pekerja, tapi menjadi tenaga profesional yang dihargai di mana pun berada.

Dari Sekayu untuk Sumsel, dari Sumsel untuk Indonesia. Dan siapa tahu, nanti… dari Indonesia untuk dunia.[***]

Terpopuler

To Top