SUMSELGLOBAL

“Dari Meja Billiard ke Meja Wakil Walikota: Kisah Anak Pusri yang Cerdiknya Kelewatan”

ist

KALAU dulu di SMA kamu lebih dikenal karena jago main bilyar ketimbang ranking satu, jangan dulu sedih. Mungkin kamu calon pemimpin masa depan, seperti Wakil Wali Kota Palembang, Prima Salam, alumni SMA Pusri angkatan 2001, yang datang kembali ke sekolahnya bukan sebagai siswa yang ngumpet kalau ditanya guru, tapi sebagai orang nomor dua di Kota Pempek.

“Saya itu dulu master bilyar, Pak… Bu…” katanya sambil ngakak kecil dihadapan guru-guru yang tampak masih bisa mengenali gaya centil khas anak cowok kelas 3 IPA zaman dulu.

Kunjungan ini bukan sekadar nostalgia main bola kapuk atau rebutan jajanan di kantin, tapi ajang perenungan dan penghormatan kepada mereka yang berjasa. Di hadapan para guru, Prima Salam menyampaikan pesan menyentuh “Saya tidak akan pernah lupa, bahwa dari sinilah saya tumbuh dan berkembang”.

Kalimat itu langsung bikin beberapa guru yang sudah pensiun terharu, dan ada juga yang bergumam, “Oalah, ini toh yang dulu bolos tapi nilainya paling tinggi”.

Karena ya itu tadi, meski dia bukan siswa yang dikenal rajin mencatat pelajaran, tapi Prima ngaku dia cerdik.”Saya mungkin bukan paling rajin, tapi saya paling licin. Eeeh, maksudnya paling cerdik. Nilai saya waktu lulus paling tinggi,” ujar Prima, dengan gaya guyon khas alumni yang sekarang punya ajudan dan pakai jas resmi.

Dalam kunjungan ke komplek pendidikan Pusri, mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA, Prima Salam menyampaikan harapan besar, sekolah-sekolah ini bisa jadi role model pendidikan nyaman untuk Palembang. Nyaman?, bukan cuma karena AC-nya dingin atau kantinnya jual pempek kulit, tapi karena suasananya mendukung anak-anak jadi manusia yang paham adab dan etika, bukan cuma pintar tapi juga tahu diri.

Ia menekankan “Saya tak pernah mengecilkan siapa pun, karena kita tak tahu ke mana nasib orang berjalan”

Nah, ini penting, dunia pendidikan kadang cuma sibuk kejar nilai, lupa ajarkan nilai-nilai. Padahal, seperti kata Tan Malaka, “Tujuan pendidikan bukanlah untuk membuat manusia menjadi pintar, tapi membuatnya menjadi bijak”.

Jadi, jangan remehkan teman sekelas yang suka ngebanyol, jangan meremehkan yang suka nongkrong di kantin. Bisa jadi, 20 tahun lagi, dia yang motong pita peresmian gedung sekolahmu yang baru.

Guru bukan tukang stempel nilai, mereka itu pelukis karakter, tanpa guru, jabatan tinggal jabatan. Tapi dengan guru, jabatan bisa jadi ladang pengabdian.

Kita belajar dari Prima Salam, dia mungkin tidak rajin banget, tapi dia tahu berterima kasih. Ia kembali ke sekolah, menyapa guru, bercerita jujur, dan menunjukkan anak-anak SMA itu bukan cuma murid, tapi calon pemimpin.

Kalau dulu kamu suka bolos tapi sekarang jadi bos, ingatlah siapa yang dulu nyuruh kamu masuk kelas.

Terima kasih, Pak/Bu Guru, kalau kami jadi manusia hari ini, itu karena anda pernah rela menyemprot kami pakai spidol bau tinta, tapi hatinya penuh cinta.[***]

————————————————————————————————————————–

🇬🇧 Title: “From Pool Table to Deputy Mayor’s Desk: A Pusri Kid’s Clever Comeback”

IF you were more famous in high school for your billiards trick shots than for being class president don’t worry. You might just be destined for leadership, like Prima Salam, the Deputy Mayor of Palembang, who returned to his alma mater, SMA Pusri, not as a student dodging homework but as the city’s number two man.

“Back then, I was the billiards master,” he laughed, facing a crowd of teachers who seemed half amused, half surprised he survived high school with honors.

This wasn’t just a stroll down memory lane, but a walk of gratitude. Prima stood before his former teachers and said “I’ll never forget that it was from here that I grew and became who I am.”

Boom. Instant goosebumps. One retired teacher whispered, “Ah, so this is the kid who always skipped class but topped the graduation scores.”

During his visit to the full Pusri education complex from kindergarten to high school Prima Salam shared a dream: for these schools to be a model of comfortable education. Not “comfortable” as in soft chairs and AC, but a place where kids are raised not only smart, but respectful and ethical.

He said, “I never belittle anyone. We never know where someone’s path may lead.”

Right on. Schools shouldn’t just chase grades they should grow people. Like Tan Malaka, the Indonesian philosopher once said “The goal of education is not to make people smart, but to make them wise.”

So hey, don’t mock your class clown. He might be cutting ribbons at a city ceremony 20 years from now.

Teachers aren’t just grade printers. They’re character builders. Without teachers, a title is just a title. With teachers, it’s a chance to serve.

Prima shows us that even if you weren’t the most diligent student, gratitude matters. He returned, greeted his teachers, and proved a high school kid isn’t just a student, but a leader-in-training.

If you once skipped class and now run one, don’t forget who told you to sit back down.

Thank you, teachers. If we’re decent humans today, it’s because you once scolded us with a marker in hand but love in your heart.[***]

Terpopuler

To Top