Sumselterkini.co.id, – Ada yang menarik dari Hotel Swarna Dwipa kemarin. Bukan karena sarapan lontong sayurnya yang lezat atau kopi robusta-nya yang menggoda iman, tapi karena ruangan itu dipenuhi harapan: agar BBM subsidi tak lagi tersesat ke mobil-mobil yang lebih pantas pakai Pertamax Turbo.
Sang Sekda Sumsel, Pak Edward Candra, membuka acara sosialisasi aplikasi XSTAR, sebuah platform digital yang katanya bisa membedakan mana truk tani dan mana mobil bos, mana yang layak disubsidi dan mana yang harus disadarkan bahwa subsidi itu bukan untuk sedan mewah yang diparkir di cafe.
Dalam sambutannya, Pak Sekda menekankan soal “tepat sasaran, tepat volume, dan tepat guna”. Kalimat ini sebenarnya sudah seperti doa bersama tiap tahun, mirip ucapan “semoga tahun ini tidak banjir” saat musim hujan datang. Tapi kali ini, doa itu dibekali aplikasi XSTAR.
Tapi masalahnya bukan pada aplikasinya. Masalahnya, siapa yang mau klik download, siapa yang mau belajar pakai, dan siapa yang sekadar hadir ngopi sambil selfie dengan background spanduk acara.
Kepala Biro Perekonomian Sumsel, Pak Hengky, mengaku bahwa masih banyak OPD di Sumsel yang belum juga menggunakan aplikasi ini. Lah, padahal ini seperti dikasih rice cooker gratis, tapi tetap ngotot masak nasi pakai kuali dan kayu bakar. Ribet sendiri.
Kalau diibaratkan subsidi BBM itu seperti kolak pisang di bulan puasa, ya harusnya jatah untuk yang benar-benar puasa. Tapi kenyataannya, sering kali kolaknya malah disantap duluan oleh yang baru niat puasa setelah azan magrib. Subsidi itu uang negara, dan negara bukan warung gratis untuk semua yang merasa lapar.
Mari kita lirik sebentar tetangga. Di Kota Surabaya, sistem pengawasan BBM subsidi sudah terkoneksi dengan smart card, yang hanya bisa dipakai oleh kendaraan yang telah terdaftar dengan data lengkap. Mau beli solar subsidi? Harus tunjukkan bahwa kamu truk petani, bukan SUV milik pengusaha yang pakai plat nopol “berkilau”.
Di luar negeri, kita ambil contoh Iran. Meski negaranya penuh turbulensi, tapi mereka pakai kartu bahan bakar pintar yang mencatat pemakaian tiap kendaraan. Kalau melebihi kuota, langsung bayar harga non-subsidi. Jadi ya, tak ada cerita motor dinas yang doyan ngisi subsidi tiga kali sehari padahal cuma keliling komplek.
XSTAR ini ibaratnya SIM C digital bagi pemakai BBM subsidi. Tapi SIM sehebat apa pun akan percuma jika kendaraan baca: OPD ogah belajar mengemudi.
Pepatah lama bilang “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang laut dibidik pakai drone.” Artinya, jangan sibuk ngomel soal kebocoran subsidi nasional, kalau di OPD sendiri, data pengguna BBM subsidi saja masih ditulis di buku kotak bergambar doraemon.
Akhir kata, mari kita dukung XSTAR, bukan karena namanya mirip boyband, tapi karena isinya bisa jadi pahlawan di tengah drama subsidi yang tak kunjung selesai. Tapi ingat, aplikasi secanggih apapun tetap kalah oleh niat malas. Karena jika niatnya melenceng, maka aplikasi hanya jadi pajangan, dan subsidi tetap nyasar ke dompet yang sudah kenyang.
Jangan sampai rakyat kecil yang cuma punya motor Supra X untuk ngantar sayur ke pasar, harus antre panjang, sementara si mobil Fortuner pelat khusus lewat jalur kiri dengan senyum lebar.
Karena dalam dunia subsidi, yang harus kenyang adalah rakyat, bukan pemilik harimau jalanan.[***]