Sosial

“Balita-Balita Bahagia & Para Ibu Bisa Ngantor Tanpa Bawa Wajan, Cerita dari TAS Harapan Ibu”

ist

DI TENGAH gegap gempita peringatan Hari Anak Nasional 2025, Kementerian Sosial bikin gebrakan yang bukan kaleng-kaleng membuka kembali Taman Anak Sejahtera (TAS) Harapan Ibu, sebuah tempat penitipan anak yang bikin para ibu bisa kerja tanpa harus bawa anak dan slow cooker ke kantor. Balita gembira, ibu bahagia, atasan pun lega, karena rapat pagi tak lagi diiringi suara rengekan minta susu atau lemparan empeng ke lantai.

Namanya juga ibu-ibu zaman now, kalau punya keluhan bukan nulis surat pakai burung merpati, tapi DM langsung ke Penasihat I Dharma Wanita Persatuan, Bu Fatma Saifullah Yusuf. Isinya keluh kesah soal susahnya cari pengasuh bayi, padahal kerjaan di kantor lagi numpuk. “Bu, tolong hidupkan lagi TAS, kami pengen kerja tenang, bukan sambil gendong,” begitu kira-kira isi curhatannya.

Seperti gayung bersambut, ide itu pun jadi kenyataan, lalu lahirlah kembali TAS Harapan Ibu, bukan sekadar tempat nitip anak, tapi juga taman bahagia tempat balita bisa belajar sambil main masak-masakan, baca buku, naik mobil-mobilan, dan tentu saja tidur siang seperti pangeran dan putri kecil.

7 Karakter Hebat di Balik TAS Harapan Ibu Bu Fatma, Penasihat bijak yang peka membaca DM dan paham bahwa tangisan anak bisa lebih seram dari deadline. Pak Menteri Saifullah Yusuf,  Bos besar yang mendukung dengan senyum dan keputusan politik yang penuh empati. Agung Suhartoyo,  Direktur Rehsos Anak yang kerja tak kenal lelah demi anak-anak yang belum bisa milih partai.Intan Jabo & Veronika Robben, Tim DWP yang memastikan TAS bukan sekadar daycare, tapi daycare plus-plus.

26 Balita Ceria- Tokoh utama yang sibuk main lego dan tidur siang, kadang pipis sembarangan tapi tetap lucu.Para Pengasuh,  Manusia-manusia berhati kapas, sabar dan penuh cinta meski ditarik rambut tiga kali sehari. Para Ibu Pegawai, Pejuang ASI dan laporan bulanan yang kini bisa kerja tanpa drama bayi di kolong meja.

Kata orang tua dulu, “Anak-anak itu titipan Tuhan, bukan bahan sidang evaluasi” . Maka TAS hadir bukan sekadar penitipan, tapi investasi masa depan. Karena seperti kata pepatah, “Jika ingin membangun bangsa, mulailah dari tempat bermain anak-anak”

Di sinilah anak-anak belajar berbagi, bukan rebutan sandal jepit atau remote TV, tapi berbagi boneka dan cerita. Di sinilah pula para ibu bisa kerja tanpa rasa bersalah, karena tahu anaknya di tempat aman, bukan di rumah sendirian nonton YouTube sampai tertidur.

Kalau biasanya kantor identik dengan formulir dan finger print, sekarang kantor Kemensos punya sisi lain  ruangan cerah penuh tawa anak-anak. TAS Harapan Ibu bukan cuma ruang penitipan, tapi oase kasih sayang di tengah gersangnya birokrasi.

Dan siapa tahu, dari tangan-tangan mungil itulah kelak lahir Menteri Sosial masa depan yang dulunya pernah pipis di pojokan TAS. Maka jaga mereka baik-baik, karena seperti kata Bu Fatma “Dari tangan-tangan kita ini, masa depan bangsa dibentuk. Tapi tolong, jangan bentuknya jadi rebutan remote ya”.[***]

Terpopuler

To Top