Sumselterkini.co.id, Palembang –Keris Indonesia, semenjak dikukuhkan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), sebagai “A Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity” atau karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia, pada 25 November 2005 silam. Keris terus mencuat ke dunia, sebagai salah satu pengakuan dunia, atas indentitas bangsa Indonesia.
Keris adalah senjata tradisional khas milik bangsa Indonesia, diperkirakan telah ada sejak abad ke- 9 dan tersebar diberbagai wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan Jawa, Bali, Lombok, dan Sulawesi.
Namun tidak banyak orang Indonesia berupaya melestarikan dan memelihara kelangsungan keris tersebut, sebagai kebudayaan dan warisan dari bangsa Indonesia.
Di Wilayah Sumatera, tepatnya di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), keris memiliki karakteristik yang condong bilah lebih miring dan berbesi padat, dengan panjang bilah dari 28 cm sampai 38 meter dan, yang membedakan dari keris lain di Nusantara, keris Palembang memiliki warangka berbentuk perahu, berhulukan bentuk burung dan putri malu berbahan kayu atau gading.
“Keris itu menyimpan seni tingkat tinggi dan tersirat harapan kebahagia, serta derajat yang tinggi,” terang Pencinta keris Palembang, Fajar Setia, saat dibincangi Jl DI Panjaitan, Lorong Kita, Kelurahan Tangga Takat, Palembang, Selasa (5/3/19).
Keris Palembang merupakan bukti bahwa Palembang dahulu pernah mencapai puncak ke emasannya pada masa Kesultanan Palembang, dan merupakan simbol kebesaran bagi Sultan pada masa itu, kemudian berangsur hilang, diduga setelah Kesultanan Palembang Darusalam dihapuskan pemerintah kolonial Belanda sejak 1905.
Fajar menjelaskan, kecintaannya pada keris Palembang, dimulai saat dirinya menginjak usia remaja dan aktif menjadi kolektor keris Palembang semenjak tahun 2000, serta mencari keberadaan keris Palembang sampai menjelajah ke pelosok kabupaten – kabupaten yang ada di Sumsel.
“Seneng dengan keris, waktu balik ke dusun sering lihat keris dipucuk [di atas] pintu rumah kakek,” ungkapnya.
Fajar mengakui, sebenarnya kalau dihitung – hitung, sudah 1.000 lebih keris Palembang yang pernah dia koleksi, namun yang dimilikinya sekarang tinggal 200, dan kesemuanya itu punya nilai seni yang tinggi dan nyaman untuk dikoleksinya, koleksinya terebut dibandrol dengan harga bervariasi dari Rp1,5 juta – Rp300 juta.
Soal pelestarian dari keris ini, kata dia, ada baiknya Pemerintah Kota Palembang, juga ikut andil dalam melestarikan pusaka daerah, contohnya melalui sosialisasi kepada instasi terkait, agar pakaian adat dan perlengkapannya dipakai pada acara tertentu.
Bila masyarakat sudah cinta akan seni adat daerahnya, terutama keris maka keris akan dimiliki secara merata oleh masyarakat, maka akan kecil kemungkinan keris Palembang akan pindah ke luar negeri.
Pada masa Kesultanan Palembang, terbukti dari adanya keris- keris istimewa yang berhiaskan emas, sarung emas, cincin emas dan hulu gading gajah berukir, juga terlihat dari pakaian daerah yang dari bahan emas contohnya songket palembang, pending emas, ikat pinggang emas bahkan ukiran prado rumah dilukis dari tinta emas.
“Semua elemen harus punya andil dalam upaya pelestarian ini, agar keris Palembang tidak hilang sebagai warisan leluhur kita,” terangnya.[**]
Penulis : Faldy