Seni & Budaya

Pandemi, Tari pun Kolaborasi Mentas Daring

Komunitas tari Saudance menggelar nonton bareng (Nobar) karya virtual “Dari Pustaka Rumahku”, di Rumah Sintas Palembang. Karya virtual yang ditayangkan melalui Youtube Premiere di kanal Saudance.Idn, Jumat (11/06) Pukul 19:30 WIB ini, merupakan rangkaian kegiatan Festival Bulan Juni yang diselenggarakan sejumlah komunitas di Palembang.
Dalam kegiatan yang menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dan mengundang kalangan terbatas ini, selain nonton bareng akan digelar juga diskusi karya dengan menghadirkan dua pembicara, Rizqi Turama, dosen FKIP Universitas Sriwijaya, dan Conie Sema, Direktur Artistik Teater Potlot.
“Dari Pustaka Rumahku” adalah sebuah kinerja kolaborasi seni pertunjukan yang menggunakan media publik virtual merupakan bentuk responsif pekarya seni di Palembang berkaitan kondisi pandemi covid-19 saat ini.
Sonia Anisah Utami, koreografer yang juga ketua Saudance mengatakan, produksi karya ini melibatkan lintas disiplin, koreografi, videografi, musik, dan grafis. Membaca dan mencari keterhubungan antara realitas faktual, simbol, ilmu pengetahuan, serta kondisi sosial masyarakat. Dalam lintasan waktu lalu, hari ini, dan opsi-opsi ke depan.
Pembacaan itu, lanjut Sonia, mengambil simbol buku-buku yang datang ke rumah kita yang menjadi step in pada praktik laboratoris melihat rumah sebagai wilayah privasi yang tak lagi berbatas. Baik secara komunal (keluarga) juga personal.
Menurut Sonia Anisah Utami yang juga pengajar di Universitas PGRI Palembang, dalam tahapan riset awal mereka mencoba observasi tempat, yakni sebuah rumah (Rumah Sintas) sebagai perencanaan ide dan gagasan ruang performancenya. Bersama videografer dan music director, mereka mengumpulkan bunyi, properti, dan scenery rumah tersebut. Kemudian mempelajari lintasan ruang ke ruang, desain arsitekturnya, juga riwayat rumah. Sampai tiba di ruang perpustakaan yang ternyata ruang sebuah komunitas baca “Bucu Buku”.
“Dari sana kami memulai diskusi dan merancang gagasan serta aspek-aspek artistik,” ujar Yudi Semai yang menggarap videografinya. “Kami bersama mencoba membuat beberapa proyek simulasi visual untuk mendapatkan pengalaman baru dari peristiwa cahaya, template, grafis, narasi dan gambar-gambar yang digarap dan dikumpulkan menjadi peristiwa pertunjukan,” jelas Yudi Semai yang dikenal sebagai videografer pementasan Teater Potlot.
Penata musik muda, Jeje Dije menambahkan, penggarapan musik untuk produksi virtual “Dari Pustaka Rumahku” agak berbeda dari yang biasa dikerjakannya. “Dari proses awal kami riset bersama di lokasi. Menyimak dan merekam berbagai bunyi dan aktifitas di lokasi. Kemudian berdiskusi berkali-kali sampai mendapat gambaran awal komposisi serta efek suara dan ambient bunyi-bunyi yang dapat dihadirkan baik dalam presentasi video, alur stori, juga gerak tubuh,” ujarnya.
“Dari Pustaka Rumahku” selain menawarkan gagasan penggarapan virtual juga mengundang diskusi tentang simbolisme media yang digunakan dalam membangun pemahaman tentang keberadaan rumah sebagai wilayah “tak berbatas”? Kemudian bagaimana proses produksi budaya dan ilmu pengetahuan berlangsung dan membangun ruang-ruang identitas baru terhadap identitas budaya sebelumnya. Apakah batasan (boundaries), ruang, jarak antara arus yang masuk bersama nilai-nilai baru ke rumah, tidak lagi menjadi penting. Ketika hari ini, kita membiarkan pintu rumah tak lagi terkunci.
Festival Bulan Juni
Festival Bulan Juni adalah iven yang lahir dari gagasan sejumlah komunitas seni dan budaya, juga komunitas literasi dan penggiat lingkungan di Palembang. Gagasan ini didasari dari keinginan membuat ruang kreatif yang dilakukan secara partisipatoris dan reguler selama satu bulan. Masing-masing komunitas menyiapkan biaya kegiatan dan tempat acara sendiri. Momen bulan Juni diambil sebagai perayaan hari lingkungan dan hari independensi sedunia.
Menurut Taxlan, panitia Festival Bulan Juni, kegiatan berlangsung 5 – 27 Juni 2021, meliputi pertunjukan seni, pameran seni rupa, sastra, film, bedah buku, tukar bincang, screening, dan diskusi lingkungan, dan kegiatan sosial. Sebanyak 20 komunitas ikut meramaikan festival yang digelar di 12 tempat di kota Palembang.
“Festival ini akan dilanjutkan setiap tahun, dan rencana jumlah iven serta komunitas yang terlibat akan dperbanyak. Begitu pun jangkauan kegiatan akan diperluas skup provinsi,” tambah Ryllian, salah seorang panitia lainnya. *** (nasir)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com