Karya Muhamad Nasir
Bersin membuat takut
Takut tertular doplet
Takut divonis mengidap
Masker jadi cadar yang dulu banyak tak disuka umat
Mungil bermahkota meraja tak bersinggasana juga gelar
Juga tanpa tongkat komando bisa ditunjukkan dan diputar
Apalagi suara keras menggelegar
Membuat gemetar
Memucatkan gentar
Seperti petir menyambar
Semuanya patuh dan tak berani sesumbar
Hanya mengelus dan menunduk protokol tersiar
Biasa kaki melangkah
Kini mulut pun terdiam mendekam
Di sudut rumah
Kaki itu menjinjit tak berbunyi
Ramai mencari makan untuk mereka yang tercekam
Mendekam dan mengeram
Meski tak ada telur yang bakal menetas
Bertahan di rumah pilihan yang bukan alternatif
Belajar
ritual ibadah
bekerja
menjadi gado-gado
dengan game, daring, televisi, gawai
semuanya merampok simpanan
dan sisa gaji terakhir yang mendapat surat cinta dari kantor
Terpaksa kalau mau aman
Nyatanya banyak penentang juga selamat
Daftar laporan terpapar masih memuncak tebing
Normal baru sudah dipajang
di bibir-bibir merah bermadu
Seperti kucing dalam karung transparan
Katanya kucing tapi tak ada mengeong
Transparan tapi tak tembus pandang
Mau dibawa kemana dunia baru itu
Jangan buat kami takut tuan-tuan
Normalnya sesudah dunia itu
Kan akhirat
Biarlah Tuhan saja yang menetapkan kenormalan
Jangan tuan-tuan buat normal baru seperti Tuhan
Lebih kurang sama saja
Biarkan normal tidak pakai baru saja
Sampai semua jadi biasa
Bukan semua kan dibuat binasa
Palembang, 27 Juni 2002
Muhamad Nasir
Penulis dan Jurnalis