Sumselterkini.co.id, – Dulu, puisi mungkin dianggap sekadar curahan hati. Ditulis di buku catatan, dibacakan di kafe kecil, atau dipajang di pojok majalah sekolah.
Kini, puisi juga diajak naik kelas dari sekadar karya hati menjadi karya ekonomi. Itulah yang disampaikan Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, saat menerima audiensi Panitia Kolektif Hari Puisi Nasional di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta, 25 April 2025 lalu.
Menteri Riefky percaya, puisi adalah bagian dari warisan budaya bangsa. Dulu sebelum ada sosial media, puisi dan syair sudah jadi alat komunikasi, perlawanan, bahkan pendidikan sosial.
Kini, katanya, puisi tak hanya bisa dikonservasi, tapi juga dikembangkan ke arah ekonomi kreatif. Caranya? Dengan memanfaatkan teknologi dan kekayaan intelektual.
Dalam bahasa sederhana, Menteri Riefky ingin puisi jangan cuma berhenti di galeri seni atau rak buku, tapi bisa berjalan jauh mungkin ke panggung pertunjukan, ke toko buku, ke layar film, atau bahkan ke dunia digital.
Kalau dulu puisi hanya semacam lukisan di dinding, sekarang puisi bisa berubah jadi poster berbayar, NFT, hingga karya pertunjukan yang menghasilkan. “Puisi adalah kreativitas yang tidak ada batasannya,” katanya.
Puisi bisa tampil dalam seni pertunjukan, masuk dalam dunia penerbitan, bahkan menjadi produk ekonomi kreatif seperti buku, konser, hingga festival.
Dukungan itu disambut hangat oleh para pegiat sastra yang hadir. Salah satunya adalah Fikar W Eda, penyair sekaligus inisiator Hari Puisi Nasional. Dengan penuh semangat, Fikar menyampaikan rencana inovatif mengembangkan sebuah kawasan di Aceh bernama Sengkewe Kebun Kopi Kreatif.
Bayangkan sebuah kebun kopi yang tidak hanya berfungsi untuk bertani, tetapi juga menjadi pusat edukasi budaya, seni, dan ekonomi kreatif.
Di sana, akan ada panggung pertunjukan rutin, workshop teater, musikalisasi puisi, pelatihan film, sastra, tari, dan musik. Ibarat satu kebun, tiga hasil kopinya dapat, puisinya lahir, ekonominya tumbuh.
“Dengan konsep ini, kami ingin mendorong masyarakat untuk berkarya sambil tetap membudidayakan kopi sebagai budaya lokal,” kata Fikar.
Mereka pun meminta arahan dari Kemenparekraf untuk bisa mengembangkan konsep ini ke arah yang lebih matang. Tidak hanya untuk pelestarian budaya, tapi juga untuk penguatan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Tahun ini, Hari Puisi Nasional akan mengangkat tema Semangat Pemberontakan Si Binatang Jalang, menghormati semangat pemberontakan kreatif yang dulu digaungkan oleh Chairil Anwar. Acara puncaknya akan digelar di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Ada upacara resmi, pembacaan puisi, hingga musikalisasi karya legendaris Derai-Derai Cemara.
Bukan sekadar seremoni, Hari Puisi Nasional kini didorong menjadi perayaan kreativitas, ekspresi bebas, sekaligus peluang baru untuk menjadikan puisi lebih berdaya di dunia ekonomi.[***]