PENTAS tradisional Dulu Muluk tampil di Graha Budaya Palembang, Selasa (12/11/2019).
Kali ini mengambil cerita bertajuk “Abdul Muluk & Quot & Quot Ini merupakan salah satu cerita dari tiga cerita yang naskahnya ditulis oleh Raja Ali Haji, ” ujar Kabid Kesenian, Dinas Kebudayaan Palembang, Lisa Surya Andika.
Menurutnya, ini dalam rangka Pelestarian Teater Tradisional Dulmuluk sesuai dengan pakemnya, kepada generasi muda sebagai generasinya untuk dapat diteruskan & Quot Karena tahu para pemain yang ada sekarang sudah semakin tua. Pementasan kali ini disutradarai oleh tiga senior teater tradisional, yakni Jonhar, Kamsul Harlah, dan Yan Romain.
Kalau berdasarkan cerita aslinya bisa selama semalam suntuk. ” Tapi kali ini, hanya dipentaskan selama satu jam, ” ujar pengamat sastra, Anwar Putra Bayu.
Kamsul Harla sebagai sutradara mengemukakan, pementasan ini melibatkan sedikitnya 28 orang pemain. Semuanya laki-laki, kecuali beberapa penari nantinya memang asli wanita.
Dari Wikipedia didapat bahwa, Dul Muluk adalah seni pertunjukan tradisional dari Palembang. Nama Dul Muluk berasal dari tokoh cerita yang terdapat dalam hikayat dari kitab Kejayaan Kerajaan Melayu
yang selesai di tulis pada 2 Juli 1845 yang berjudul Syair Abdul Muluk. Teater Dul Muluk bermula ketika saudagar Arab, Wan Bakar membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya, di TanggaTakak 16 Ulu. Kejadian tersebut menarik perhatian orang – orang untuk berkumpul dan melihat. Dul Muluk populer diawal abad 20-an, dan kemudian terus berkembang disertai dengan peragaan oleh beberapa orang.
Pementasan Dul Muluk selalu dimulai dengan bunyi – bunyian yang dipukul sebagaipertanda bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Pementasan dilakukan di atas panggung beratap dengan dekorasi sederhana.[**]
Penulis :Sir