SAAT ini Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi elit parpol yang paling dicari. Satu-persatu Ketua Umum (Ketum) Parpol meminta bertemu dengan Menteri Pertahanan tersebut.
Apa yang dibahas? Apalagi kalau bukan meraih kekuasaan lewat Pemilu dan Pilpres 2024.
Ketum Parpol itu berbondong-bondong ingin Prabowo Subianto segera mewujudkan koalisi besar yang merupakan gabungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB: Partai Gokar, PPP, PAN) dan Koalisi Indonesia Raya (KIR: Gerindra dan PKB).Hal ini beringinan dengan elektabilitas Ganjar Pranowo yang anjlok setelah menolak Timnas Israel dan berbuntut batalnya Piala Dunia U20 2023 d Indonesia. Elit parpol sangat tahu, sulit bagi Ganjar untuk memompa elektabilitasnya yang sudah turun, kecuali ada upaya luar biasa yang bisa mendongkrak kader PDIP itu.
Sementara, Prabowo Subianto justru makin kinclong. Banyak pemilih yang tadinya loyal ke Ganjar mulai melirik Prabowo, ketimbang memilih Anies Baswedan.Munculnya keinginan untuk membuat koalisi besar muncul ke permukaan pasca keenam Ketua Umum Parpol, dan Presiden Joko Widodo mengikuti silaturahmi Ramadan yang dihelat oleh PAN di kantornya, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023).Dalam acara tersebut, Jokowi sempat menyinggung nama Prabowo sebagai calon presiden (capres).“Ya kalau saya ditanya saya jawab, ‘Pak, bapak setuju enggak, Pak Prabowo jadi capresnya?’, ya saya kalau ditanya saya jawab, kalau saya setuju ya saya ngomong setuju, kalau enggak ya enggak,” ujar Jokowi.
Meski begitu, Jokowi mengaku tak ikut campur dengan proses pembentukan kerja sama antar parpol untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. ”Saya kadang-kadang (bertanya), apa hubungannya? Enggak ada hubungannya. Apalagi, kalau datang ke saya, dalam membangun koalisi, semuanya sudah disetujui presiden. Urusannya apa? kata Jokowi.” Kunjungan perdana ke Prabowo dilakukan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, Rabu (5/4/2023) sore.
Dalam pertemuan tersebut Prabowo, membuka peluang kerja sama. “Kita ingin suatu apa ya, suatu katakanlah barisan yang cukup besar, solid, supaya menjamin kelangsungan pembangunan, supaya menjaga ketenangan kerukunan. Yang kita butuh adalah keharmonisan, kerukunan, kesejukan,” ujar Prabowo.
Hary Tanoe pun menyampaikan kedua parpol akan melakukan pertemuan lanjutan untuk membahas kemungkinan kerja sama antara Perindo dengan KIR. “Bagus tentunya, memang itu substansinya yang penting dibicarakan. Jadi, ke depan tentunya nanti dari partai Gerindra dan dari kami Partai Perindo akan melanjutkan diskusi-diskusi ini,” kata Hary Tanoe.
Selanjutnya, giliran Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra yang menemui Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (6/4/2023). Bahkan, PBB mengakui ingin menawarkan Yusril sebagai cawapres untuk Prabowo.
Di sisi lain, Prabowo juga menyinggung persahabatan dengan Yusril telah berlangsung selama 40 tahun. Prabowo pun menyiratkan agar PBB bisa memberinya dukungan pada Pilpres 2024. “Semua masalah dibahas tadi. Dan… Kalau PBB hari ini tidak dukung saya, kebangetan,” kata Prabowo usai pertemuan.
Adapun hari ini, Sabtu (8/4/2023) giliran sejumlah kader elite PAN yang akan menemui Prabowo di kediamannya, Jalan Kertanegara, Menteng, Jakarta Pusat. Dikutip dari Tribunnews.com, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan akan bertemu Prabowo untuk melakukan silaturahmi politik. “Bagaimana agar situasi kita selalu kondusif dan tidak terbelah akibat afiliasi dan pilihan politik,” kata Zulkifli Hasan.
Elektabilitas Ganjar Pranowo
Elektabilitas Ganjar Pranowo terjun bebas usai insiden penolakan Timnas Israel di Indonesia yang berujung batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Berdasarkan rilis Lembaga survei Merdeka Institute for Public Opinion Survey (MIPOS), posisi Ganjar Pranowo terjun ke urutan ketiga di bawah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Peneliti MIPOS Yuyun Andriani menyampaikan, penolakan Timnas U-20 Israel ikut Piala Dunia di Indonesia, disebutkan membawa pengaruh terhadap elektabilitas Ganjar Pranowo. Jika saat ini dilaksanakan Pilpres, hanya 16,8 persen yang mengaku akan memilih Ganjar. Padahal pada survei MIPOS sebelumnya elektabilitas Ganjar masih sekitar 20-an persen,kata Yuyun dalam rilisnya secara virtual, Rabu (5/4/2023).
Posisi elektabilitas capres tertinggi kali ini diduduki Prabowo Subianto dengan angka 33,6 persen , Anies Baswedan 21,5 persen di urutan kedua, lalu Ganjar di urutan ketiga.
1) Prabowo Subianto 33,6 %
2) Anies Baswedan 21,5 %
3) Ganjar Pranowo 16,8 %
4) Ridwan Kamil 6,9 %
5) Sandiaga Uno 4,5 %
6) Agus Harimurti Yudhoyono 4,2 %
7) Erick Thohir 4,1 %
8) Puan Maharani 3,2 %
9) Airlangga Hartarto 1,4 %
10) Muhaimin Iskandar 0,9 %
11) Tidak tahu 2,9 %
Yuyun menjelaskan, survei MIPOS dilakukan periode 29 Maret-3 April 2023 dengan total 1.200 responden. Sampel diambil secara acak sistematis (systematic random sampling).
Margin of error survei di angka +/- 2,83 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Survei dilakukan dengan kombinasi antara metode telesurvey dengan analisis media monitoring.
Jokowi Puji Elektabilitas Prabowo Subianto
Blunder yang dilakukan Ganjar Pranowo di Piala Dunia U20 2023 berdampak positif bagi dua kandidat capres yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. “Presiden Joko Widodo kembali melontarkan pujian terhadap Prabowo Subianto, terutama terkait tren positif dari tingkat elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut,” kata Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro kepada Kompas.com, Senin (3/4/2023).
Menurut Bawono, elektabilitas Prabowo menunjukkan peningkatan beberapa waktu belakangan, dan kian meroket dalam hitungan hari. “Presiden Joko Widodo hendak memberikan kode kepada partai-partai koalisi bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu merupakan bakal calon presiden paling pantas meneruskan program-program pembangunan Presiden telah dan sedang dilakukan saat ini,” katanya.
Namun, Presiden Jokowi bilang, tingkat elektoral Prabowo naik bukan karena dirinya. Hal itu diungkapkan Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara yang dihadiri sejumlah elite partai politik pendukung pemerintah.
“Ini tadi disinggung mengenai Pak Prabowo yang naik elektabilitasnya. Saya pikir-pikir naiknya elektabilitas beliau itu bukan karena saya, tidak, ya karena beliau sendiri dan Gerindra,” kata Jokowi.
Versi Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengakui elektabilitasnya naik karena dirinya merupakan bagian dari pemerintah. “Saya ini, kami ini, bagian dari pemerintah. Kalau pemerintah berhasil, kami ikut naik. Kalau pemerintah tidak berhasil, kami ikut turun. Saya kira sederhana sekali,” ujar Prabowo usai acara ‘Silaturahmi Ramadhan bersama Presiden RI’, yang digelar di Kantor DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023).
Menteri Pertahanan itu lantas menyebut Presiden Joko Widodo terlalu rendah hati. Sebab, Jokowi mengatakan elektabilitas Prabowo naik berkat kerja Prabowo sendiri dan Partai Gerindra. “Pak Jokowi terlalu rendah hati,”kata Prabowo yang juga merupakan Menteri Pertahanan itu. Di tempat yang sama, Jokowi mengatakan bahwa elektabilitas Prabowo naik bukan karena dirinya.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara silaturahmi partai politik bersama presiden yang digagas Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut. Ini tadi disinggung mengenai Pak Prabowo yang naik elektabilitasnya. Saya pikir-pikir naiknya elektabilitas beliau itu bukan karena saya, tidak, ya karena beliau sendiri dan Gerindra, kata Jokowi.
Memang, sebelum Jokowi memberi sambutan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyinggung soal naiknya elektabilitas Prabowo belakangan ini karena nempel Jokowi. Zulhas, demikian ia akrab disapa, kemudian mencotohkan acara panen padi Jokowi bersama Prabowo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Desa Lenjer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 9 Maret 2023. “Kalau kita berbisnis, meski ikut yang lagi wangi, Pak, yang lagi harum. Yang lagi harum itu, artinya pegang apa saja jadi,”Pak, ujar Zulhas. “Tidak heran kalau Pak Prabowo panen padi sama Pak Jokowi, survei naik, Pak. Jadi kalau ikut yang auranya lagi naik, kita kebaw”, Pak, kata Zulhas lagi.
Elektabilitas naik usai di-endorse Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo sebagai calon presiden akhir-akhir ini mengalami kenaikan, imbas dari di-endorse Jokowi. Padahal, tingkat elektabilitas Prabowo sebelum di-endorse Jokowi cenderung menurun.
Bentuk-bentuk endorse atau dukungan yang dimaksud Burhanuddin, ialah saat Jokowi menyebutkan tahun 2024 merupakan jatah Prabowo sebagai presiden. Lalu Prabowo juga sering kali terlihat bersama Jokowi.
“Terus terang kita agak jarang mendapati pola elektabilitas atau dukungan yang menurun kemudian tiba-tiba meningkat. Ini kan elektabilitas Pak Prabowo setahun terkahir kemudian tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir,” kata Burhanudiin pada paparan hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia bertajuk “Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru”, Minggu (26/3/2023).
Burhanuddin lantas menampilkan perbandingan hasil analisis survei pendukung Prabowo dan Jokowi pada pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Menurut analisis tersebut, pada kalangan pemilih Jokowi sebagai capres 2019, dukungan terhadap Prabowo menjadi capres di pilpres 2024 meningkat sekitar du persen, dari 17 persen ke 19 persen.
Padahal, jika Prabowo tidak mendapatkan endorsement dari Jokowi, elektabilitas Ketum Gerindra itu akan terus menurun.[***]
Penulis: Sindi Cintia
Mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang