SEBAGAIMANA yang kita ketahui bahwasanya kapitalisme lahir dari rahim liberalisme, dimana pada awalnya masyarakat mengiginkan kebebasan dalam segala hal, menginginkan kebebasan berkehendak, dan kebebasan berfikir. Dan tidak bisa dihindari lagi liberalisme yang diharapkan menjadi sitem yang bisa mengeluarkan masyarakat dari “tidur panjang” ataupun “keterlenaan dari dogma khayalan” pun berimplikasi pada kebebasan dalam ranah ekonomi yaitu “kapitalisme”, pada akhirnya bisa kita lihat masyarakat sekarang ini hidup dalam kungkungan kapitalisme, kapitalisme masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan manusia dan untuk keluar dari itu semua nyaris mustahil. Kita bisa melihat dimanapun kita berada sekarang ini kita senatiasa bergantung pada modal, untuk dihormati di tengah masyarakat kita harus memiliki modal, untuk mendapatkan kekayaan kita harus memiliki modal, untuk menjadi pejabat kita harus meiliki modal, betapa agugnya modal itu sehinggan modal pun menjelma sebagai ideologi di tengah-tengah masyarakat(ideologi).
Kapitalisme yang “mungkin” pada awalnya dicita-citakan untuk meberikan kesejahteraan menjelma menjadi momok yang menakutkan, tidak bisa dipungkiri kemajuan banyak dicapai akan tetapi yang lebih penting diperhatikan jurang antara si miskin dan si kaya menjadi sangat lebar. kapitalisme menjelma sebagai kekuatan sosial ekonomi yang merasuki sendi-sendi kehidupan manusia, dan lebih parah lagi kapitalisme tidak hanya terbatas dalam bidang ekonomi an sich akan tetapi telah masuk ke semua bidang, kita bisa lihat dunia kesehatan dan pendidikan tidak berdaya melawan kuatnya tarikan kapitalisme, tarif pendidikan dan kesehatan dipasrahkan pada tuntunan pasar( si miskin dilarang berobat, si miskin dilarang sekolah), sampai area poltik pun tidak bisa menghindari ganasnya kapitalisme, kita bisa lihat sitem politik sekrang hanya embel-embel semata padahal subtansinya juga”kapitalisme”, sebagai contoh teman-teman kita di senayan mereka tidak bisa duduk melenggang tanpa ada “modal”,dan demokrasi pun adalah sebuah omong kosong.
Dalam ranah global kita bisa lihat kapitalisme sangat berdampak pada negara-negara berkembang, sisi nyata dapat kita lihat dimana negara berkembang tidak dapat mensejahterkan rakyatnya karena keterbatasan modal, dan ini jadi peluang empuk bagi negara maju yang mempnyai modal untuk meguasai perkonomian dunia, bagaiamana indonesia tidak mampu melepaskan diri dari modal asing dalam untuk mengelolah kekayaan negara, sehingga untuk mensejahterakan rakyat adalah hal yang mustahil, mensejahterakan pemilik modal mungkin ia.
Dari deskripsi di atas telah nyata bahwa kapitalisme telah gagal memberikan kesejahteraan ekonomi, ternyata kapitalisme tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatsai resesi ekonomi yang melanda dunia, mekanisme pasar yang diterapkan sebagai sitem hanya mampu memusatkan kekayaan kepada individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu. Kapitalisme bukan sebagai usaha untuk mensejahterakan ekonomi negara berkembang akan tetapi tidak lebih dari usaha perampokan terhadap kekayaan negara berkembang melalui sistem moneter fiat money.
Sejalan dengan banyaknya wacana bahwa kapitalisme telah gagal yang digagas oleh ekonom-ekonom ternama dunia, maka pertanyaan kita selanjutnya apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki ini semua?. Analisis kegagalan kapitalisme dalam memperbaiki sistem ekonomi dunia melahirkan banyak gagasan ahli ekonomi, diantaranya lahir dari pemikiran seorang yang terkaya di dunia yaitu sang empu microscoft “bill gate”( walaupun sebenarnya ia telah mendapatkan kekayaan dari sistem kapitalis), ia memberikan pendekatan altrnatif agar dunia tidak semakin terperankap dalam kebangkrutan sosial akibat keserakahan ekonomi, alternatif yang ia sebut dengan kapitalisme kreatif ini berisikan lima poin yaitu;
Pertama, perusahaan-perusahan memberikan barang atau menyisihkan sebagian keuntungan untuk mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan (simple corporate philanthropy). Kedua, membantu bisnis di negara-negara miskin untuk mendapatkan pasar di negara-negara kaya. Ketiga, menerapkan harga berbeda untuk negara kaya dan negara miskin. Keempat, keterlibatan langsung pemerintah. Kelima, mendapatkan orang terbaik yang mempunyai concern dan komitmen yang sama untuk membantu mengatasi masalah kesenjangan ekonomi.
Kita bisa melihat bagaimana kapitalisme yang diterapkan dalam sistem ekonomi masih mempertahankan pendapat teori klasik dimana ia berkeyakinan bahwa bisnis terlepas oleh taggung jawab sosial dan bisnis terlepas dari etika. Dan mau tidak mau kita harus sepakat bahwa teori klasik inilah yang menimbulkan kebobrokan masyrakat kita, korupsi, kolusi dan nepotisme lahir dari prinsip bawa bisnis adalah sebuah hal yang bebas nilai.
Dari alternatif yang dilahirkan oleh bill, kita bisa melihat bahwa ia mengininkan agar pelaku ekonomi memperhatikan tujuan orisinal dari ekonomi yaitu kesejahteraan umum, dan kesejahteraan tersebut akan tercapai apabila para pelaku ekonomi menerapkan disposisi moral untuk mengarahkan ekonomi untuk kesejahteraan umum. Alternatif ini adalah suatu pemikiran yang bagus untuk menutupi kebobrokan kapitalisme yang selama ini menggerogoti sendi perekonomian masyarakat. Dan alternatif bill gate ini adalah suatu hal yang menggembirakan secara tidak langsung ia menginginkan agar pelaku ekonomi juga harus memperhatikan nilai-nilai moral dan etika.
Dan sebenarnya wacana bisnis tidak dilepaskan dari nilai-nilai moral dan etika telah banyak berkembang dalam dunia barat, tidak hanya Bill Gate yang mempunyai gagasan tersebut,seperti Samuel Weston, 1994, yang merangkum pemikiran Boulding(1970), Mc Kenzie (1981), dan Myrdal (1984). Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics, Ilmu Ekonomi sudah menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi millenium telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern. Amitas Etzioni menghasilkan karya monumental dan menjadi best seller; The Moral dimension: Toward a New Economics (1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi semakin banyak bermunculnan.
Apabila kita perhatikan memasuki abad 21, konsep etika mulai memasuki wacana bisnis. Wacana bisnis bukan hanya dipengaruhi oleh situasi ekonomis, melainkan oleh perubahan-perubahan sosial, ekonomi, politik, teknologi, serta pergeseran-pergeseran sikap dan cara pandang para pelaku bisnis atau ahli ekonomi. Keburukan-keburukan bisnis mulai dibongkar. Mulai dari perkembangan pasar global, resesi yang mengakibatkan pemangkasan anggaran PHK, enviromentalisme, tuntutan para karyawan yang makin melampaui sekedar kepuasan material, aktivisme para pemegang saham dalam perusahaan-perusahaan go public atau trans nasional, kaedah-kaedah baru di bidang managemen, seperti Total Quali¬ty Management, rekayasa ulang dan bencmarking yang menghasilkan pemipihan hirarki dan empowerment, semuanya telah men¬ingkatkan kesadaran orang tentang keniscayaan etika dalam aktivitas bisnis.
Dan, sebagai umat islam kita harus memikirkan adakah alternatif yang bisa kita usung agar ekonomi memperhatikan nilai-nilai moral dan etika, sehingga dapat memeberikan kesejahteraan umum. Kita dapat melihat bagaimana al-qur’an juga mengatur kegiatan pelaku ekonomi agar menciptakan suasana harmonis, saling ridha dan peniadaan eksploitasi dalam bisnis, juga menganjurkan untuk meniadakan kecurigaan dan penipuan dengan cara mengharuskan sistem administrasi transaksi kredit (QS. 4: 29, QS. 2: 282).
Syed Nawab Haidar Naqvi, dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sistesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan, tanggung jawab. Tauhid, merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan. (QS. 62:10)
Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil. Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi (QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental (QS. 51:19)
Dan masih banyak lagi nilai-nilai yang diberikan islam dalam rangka memberikan alternatif bagi kesejahteraan ekonomi, baik itu berasal dari qur’an maupun hadits nabi, dan perlu kita perhatikan kapitalisme berangsur dicap gagal dan ini adalah peluang yang bagus bagi kita untuk memberikan alternatif yang berbeda jangan hanya alternatif yang hanya merubah nama sistem akan tetapi subtansinya tetap sama dengan kapitalisme seperti yang diterapkan oleh institusi-institusi ekonomi islam yang ada sekarang, kita harus lebih dari itu, agar pada nantinya kita bisa di[ercaya dan diakui oleh dunia global.[***]
Penulis : Drs H. Hambali, M.Si
Dosen Fisip UIN Reden Fatah Palembang
& Juga Pernah Menjabat Kankawil Kemenag Sumsel 2014-2016