Pojok Fisip UIN Raden Fatah

Festival Malay Food Cultural Ajak Milenial Cicipi Ragam Pindang Khas Sumsel

ril/fot: ist

Sumselterkini.co.id, -Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan ragam budaya, dan setiap daerah nya mempunyai keunikan yang mampu menarik para wisatawan domestic maupun mancanegara. Salah satu daerah yang terkenal dengan ragam kulinernya ialah Kota Palembang, kota yang akrab di sebut sebagai Kota Pempek. Namun penting diketahui bahwa Kota Palembang tak hanya menyajikan pempek sebagai kuliner khas, tetapi ada juga pindang, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, pindang adalah Ikan yang digarami dan dibumbui kemudian diasapi atau direbus sampai kering agar dapat tahan lama.

Untuk melestarikan salah satu identitas budaya serta membangkitkan kembali industri kuliner tradisional, maka diperlukan wadah untuk mempromosikan kembali makanan khas nusantara salah satunya dengan menghadirkan festival kuliner, Festival Malay Food Cultural merupakan project dari Malay Decultural (MDC) Production yang dibuat oleh mahasiswa//I ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Raden Fatah Palembang. Kegiatan Festival Malay Food Cultural ini bertajuk “traditional Culinary” yang diselenggarakan di Kopi Mibar, pada tanggal 19 Agustus 2023.

Festival Malay Food Cultural ini menyajikan berbagai jenis pindang, yakni, pindang SP Padang, pindang meranjat, pindang pegagan, tempoyak, serta berbagai jenis lalapan. Berbagai jenis pindang tersebut dihadirkan langsung oleh berbagai rumah makan yang turut serta menyukseskan festival ini, seperti Rumah Makan Pindang Bu Henny, Rumah Makan Dharmawanita, serta Rumah Makan Pindang Kurnia. Tak hanya itu dalam kegiatan ini juga menyajikan special performance seperti penampilan puisi dan pantun hingga menghadirkan band lokal yakni House Of Joy, juga didukung oleh tim Podcast Sans Uin Raden Fatah dan Komunitas Rumah Sriksetra.

Festival ini juga menghadirkan pakar budaya sekaligus sastrawan indonesia yakni Taufik Wijaya, menelisik dari materi yang di sampaikan beliau, ada beberapa kesimpulan yang didapat yakni pindang merupakan akulturasi budaya karena bumbu pindang berasal dari komoditas perdagangan di nusantara, seperti cabai yang berasal dari portugis, jahe dari china, dan kunyit dari india, serta berbagai bumbu-bumbu dari bermacam daratan yang mempresentasikan bahwa pindang merupakan makanan yang terdiri dari berbagai macam pengaruh Negara lain. Kedua yakni pindang merupakan media ekspresi para perempuan, hal ini dikarenakan dalam proses pembuatannya, para perempuan biasanya akan menceritakan dan berbagi informasi kepada sesama mereka di sela proses pembuatan pindang itu sendiri, kegiatan ini biasanya di sebut sebagai tradisi mindang oleh masyarakat Sumatera Selatan. Ketiga ramah lingkungan dan dapat di konsumsi semua lapisan masyarakat. Ramah lingkungan di karena bahan utama yakni ikan yang berasal dari sungai, sehingga dengan menjaga sungai berarti juga menjaga eksistensi pindang, jika sungai, daerah aliran sungai, mangrove di Sumatera Selatan rusak maka masakan berbahan ikan khususnya Pindang tentu akan terancam dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap sumber ekonomi masyarakat.

Sasaran festival ini adalah kaum milenial atau anak muda, hal ini dtujukan agar kaum muda lebih mengenal makanan khas sumatera selatan dan melek terhadap kuliner pindang, dalam kegiatan ini kaum muda diberi ruang untuk mencicipi satu per satu jenis pindang yang dihidangkan. Tak hanya mencicipi tetapi juga diberikan informasi seputar jenis pindang, hal ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap kuliner khas Sumatera Selatan yang satu ini.

Putri aula tsabitah selaku ketua pelaksana menuturkan “diharapkan dengan festival ini dapat menambah wawasan anak muda, termasuk saya dan teman teman yang lain untuk lebih terbuka terhadap makanan tradisional, karena pada dasarnya makanan merupakan rumah bagi lidah kita, dengan lebih mengenal makanan tradisional berarti kita juga melestarikan identitas rumah, tempat kita berasal, kegiatan ini juga merupakan salah satu kepedulian kita sebagai generasi milenial terhadap kuliner melayu yang kian hari kian terlupakan oleh karena itu dengan terselenggarakan nya festival ini juga menjadi pembuka bagi kaum milenial untuk bisa mendalami dan melestarikan budaya kuliner khas sumatera selatan.” ujarnya.[***]

 

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com