Pertambangan & Energi

Menulusuri Jargas Hingga ke Daerah Marjinal & Desa di Sumsel

foto : wan

Sebentar lagi jaringan gas [Jargas]rumah tangga  bukan saja dinikmati masyarakat perkotaan, masyarakat yang tinggal di daerah marjinal, maupun pedesaan  bakal ikut juga menikmati gas rumah tangga setelah beberapa daerah di Kabupaten/Kota mendapat jatah jargas.

MATAHARI mulai terlihat redup di rabu sore menjelang petang, lima orang buruh penggali tanah jaringan gas  mulai bersiap-siap berhenti bekerja. Mereka pun  menyimpan peralatan kerja, seperti cangkul, mesin ganset ke dalam mobil jumputan mereka.

Tiga orang buruh itu terlihat singgah di warung kopi tak jauh dari tempat mereka menggali lubang jargas tersebut, untuk beristirahat sejenak sembari menikmati kopi hangat dan sebatang rokok. Dengan sedikit bersenda gurau, ketiga –nya pun, sempat pamit dengan ibu pemilik warung kopi itu.

“Kami pamit bu..!,” hari ini kami terakhir bekerja menggali lubang untuk jargas, besok mungkin ke arah timur, semoga nanti  warga disini dapat menikmati jargas untuk kebutuhan memasak,”kata seorang buruh, Rabu [26/8/2020].

“Terima kasih juga pak,” jawab si ibu warung kopi, semoga jaringan gas rumah tangga ini segera terealisasi.

Di Jalan Azhari, Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Palembang, jargas baru direalisasikan tahun ini, sebelumnya tahun lalu jaringan gas juga telah dibangun di daerah Kecamatan Sematang Borang, yang keberadaan tak jauh dari Kecamatan Kalidoni.  Di Jalan Azhari penduduknya juga begitu padat, yang letaknya berbatasan dengan Kecamatan Sematang Borang. Daerah ini berada di bilangan Timur Kota Palembang, masih sangat marjinal [pinggiran].

Ada beberapa perumahan di Jalan Azhari, Kalidoni tersebut, salah satunya Pesona Harapan tahap I ,II dan III, serta Nirvana, perumahan tersebut merupakan perumahan bersubsidi yang disediakan pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah [MBR]. Sekitar 500 unit di tiga perumahan tersebut sudah dihuni pemiliknya. Dengan jargas telah sampai di depan perumahan mereka, warga pun terlihat senang. Artinya tak lama lagi mereka bisa menikmati gas rumah tangga murah.

Janaria [43], salah satu penghuni Perumahan Pesona Harapan Tahap I merasa lega, karena dengan nantinya dialiri gas rumah tangga, dirinya mengaku bakal tidak kesulitan lagi membeli gas untuk aktivitas masak –memasak di dapur.

“Semoga cepat terealisasi, karena bisa tinggal menghidupkan kompor gas, api sudah menyala, selain harganya mampu dijangkau untuk kelas MBR, kami juga tidak kesulitan lagi membeli gas ketika gas langka,”ucapnya.

Memang  gas rumah tangga, sangat dibutuhkan, bukan saja untuk kalangan masyarakat diperkotaan, namun masyarakat marjinal, semuanya berharap dapat terlayani jargas. Program pemerintah  terkait jargas merupakan langkah yang tepat, apalagi disaat perekonomian kian sulit, terutama  dampak dari pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir.

Memanfaatkan sumber daya alam, seperti gas alam untuk kepentingan marjinal setidaknya  dapat mengurangi beban mereka. Terlebih Indonesia memiliki potensi sumber gas alam begitu besar.

Berdasarkan data Kementerian ESDM Indonesia memiliki cadangan gas alam yang cukup besar, yaitu sebesar 170 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87 TSCF, dengan komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to production(R/P) mencapai 59 tahun.

Gas alam juga memiliki harga yang stabil karena jauh dari muatan politis, tidak seperti minyak bumi. Produk dari gas alam yang digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum 65 FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1 Gas), CNG (Compressed Natural Gas) , LNG ( Liquid Natural Gas) dan Coal Bed Methane (CBM) yang merupakan sumber non konvensional yang sedang dikembangkan di Indonesia. Compressed Natural Gas merupakan gas alam yang dikompresi tanpa melalui proses penyulingan dan disimpan dalam tabung logam.

CNG relatif lebih murah karena tanpa melalui proses penyulingan dan lebih ramah lingkungan. LPG dan LNG merupakan gas alam hasil penyulingan dan pemisahan dari minyak bumi. Gas butana dan propana akan menjadi LPG dan methana akan menjadi LNG. LPG dikenal sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak.

Di Provinsi Sumsel ada tiga daerah yang menjadi percontohan penggunaan gas rumah tangga, ketiga daerah Kabupaten /Kota di Sumsel tersebut, antara lain, Kota Palembang, Kota Prabumulih dan Kabupaten Musi Banyuasin [Muba]. Ketiganya, kini telah direalisasikan jaringan gas.

 

Jargas Rambah Desa di Muba

Baru-baru ini, Bupati Muba Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA berupaya keras, agar masyarakatnya menjadi prioritas penerima jaringan gas.  Sebagai prioritasnya adalah warga di wilayah ring 1 penghasil gas, karena Muba merupakan daerah salah satu penyumbang gas di Indonesia.

Kerja Bupati Muba Dodi Reza Alex pun berbuah manis, dengan  di back-up Pimpinan Komisi VII DPR RI, yang juga orang tua Bupati Muba.

Duet bapak anak ini  berhasil mewujudkan  8.162 sambungan jaringan gas (jargas) bumi untuk rumah tangga di Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Sekayu dan Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin.

“Kita terus meminta kepada Kementerian ESDM agar pasokan jargas rumah tangga di Muba ini menjadi prioritas. Tidak lain demi kepentingan masyarakat,” ungkapnya belum lama ini di sela ground breaking pembangunan Jargas Rumah Tangga di Kantor Camat Sungai Lilin.

Selama ini pemasangan jargas rumah tangga di Indonesia difokuskan di kawasan perkotaan.“Di Muba kita fokus agar sambungan jargas rumah tangga dirasakan warga pedesaan. Alhamdulillah perlahan telah direalisasikan,” ungkapnya.

Dodi menceritakan,  tiga tahun  lalu Muba pertama kali  memasang 6.000 sambungan jaringan gas rumah tangga di Kota Sekayu. Waktu itu pertama kali Muba dapat alokasi jaringan gas rumah tangga.

Jadi menurutnya sudah sangat tepat masyarakat bersyukur atas Muba perjuangan selama 3 tahun, maka kota-kota Kecamatan di Muba bagian timur ini mendapatkan jaringan gas rumah tangga. Jelas ini meringankan ekonomi masyarakat. Gas ini lebih murah, lebih bersih dan  pasti juga bisa meningkatkan taraf hidup  masyarakat untuk energi yang terbarukan,” terangnya.

Sementara Pimpinan Komisi VII DPR RI Ir H Alex Noerdin SH MM yang membidangi energi menyebutkan Muba selalu menjadi yang terdepan. “Untuk seluruh Indonesia, Kabupaten Muba adalah salah satu penghasil gas terbesar di Indonesia.

Calon pelanggan terdaftar kurang lebih 50.000. Saya minta silakan tahun depan 50.000 sambungan rumah jargas untuk Musi Banyuasin di 3 Kecamatan dan ditambah 3 Kecamatan yang lain,” tegas mantan Gubernur Sumsel dua periode ini.

Alex yang juga mantan Ketua Bupati se-Indonesia ini meyakini Muba harus menjadi prioritas sambungan jargas rumah tangga.“Tahun depan mungkin belum  tercapai 50 ribu. Tapi dengan capaian 48 ribu jadilah 2 ribunya nyusul tahun selanjutnya. Karena dari sinilah asal gas itu, wajar dari sinilah asal minyak bumi itu,” tegasnya lagi.

Kepala Bappeda Muba Drs Iskandar Syahrianto MM  menyampaikan kegiatan pembangunan jargas dimulai pada tahun 2017, kemudian lanjut ke tahun 2020.

Untuk wilayah Muba mendapat alokasi 8.162 sambungan rumah tangga yang berada di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Sekayu Kemudian Sungai Lilin,  Bayung lincir.

“Alhamdulillah kegiatan pembangunan ini sudah berjalan.  kurang lebih 2 bulan Pendataan calon sambungan rumah tangga sudah dilakukan sejak dua bulan lalu.  Dan hari ini diresmikan di Kecamatan Sungai Lilin yang merupakan salah satu pusat dari jaringan gas tersebut.

Diharapkan jaringan gas ini dapat dikembangkan di wilayah yang berbatasan ataupun yang dilintasi oleh jalur gas Bayung Lincir, Tunggal Jaya, Sungai Lilin dan Babat Supat dan Kecamatan potensi lainnya.

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas melalui Kepala Subdit Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementrian ESDM RI, Wahyudi Akbari mengatakan  program pemerintah sudah ada sampai 2024.

“Kita ditargetkan pemerintah membangun komulatif sebesar 4 juta sambungan rumah dengan biaya APBN. Kemudian juga ada anggaran dari pembelian yang kita dorong mulai dari 2022 sampai 2024 ini persiapan untuk pembangunan,” katanya.

Dia menjelaskan, jaringan ini  pendataannya dikoordinasikan dengan Pemda yang juga mendampingi hingga  perencanaan, perizinan, sehingga masyarakat calon penerima pembangunan jargas untuk tahun 2020 ini akan ada 10 paket.

“Kami mohon dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat agar pembangunan ini bisa tepat waktu tepat sasaran dan untuk tahun-tahun berikutnya kita bisa melanjutkan pengembangannya,” paparnya.

Selain Kabupaten Muba, Palembang  Ibu Kota Provinsi Sumsel, juga berkomitmen memanfaatkan jargas, karena dinilai penyaluran gas bumi menggunakan pipa lebih efisien dibanding menggunakan gas tabung.

Apalagi produsen juga tidak perlu menyediakan unit pengilangan. Konsumen tinggal membayar gas sesuai penggunaan tanpa perlu membeli tabung, layaknya berlangganan air bersih dan listrik. Dari sisi biaya, harga gas yang dijual juga relatif lebih murah dibandingkan harga jual gas tabung.

Dari latar belakang itu Palembang kembali mengusulkan pembangunan jaringan gas (jargas) hingga 2023 dengan total jumlah 100.252 sambungan rumah (SR). Usulan penyediaan jargas bumi untuk rumah tangga tersebut disampaikan saat Walikota Palembang Harnojoyo di Kantor Kementerian ESDM, belum lama ini. Menurut Sekretaris Daerah Kota Palembang, Drs Ratu Dewa Msi, Pemkot mengusulkan 100.252 SR untuk 18 Kecamatan di Kota Palembang.

Rinciannya, Kemuning 6.892 SR, Gandus 3.226, IB 1 5.749 SR, Kertapati 5.389 SR, AAL 1.672 SR, Bukit Kecil 2.048 SR, Kalidoni, 5.295 SR, Plaju 10.114 SR, SU 1 2.679 SR, Sematang Borang 2.080 SR, Sukarami 13.302 SR, Sako, 6.583, IT III 4.227 SR, IB 2 2.950 SR, SU II 7.788 SR, IT 1 3.928 SR, IT 2 4.221 SR, Jakabaring 12.009 SR.

“Target kita memang seluruh Kecamatan di Kota Palembang bisa menikmati jargas. Karenanya sudah kita usulkan sampai tahun 2023,” sebutnya.

Selain dari Kementerian ESDM, lanjutnya, jargas juga dibangun oleh PT SP2J, sebanyak 46 ribu SR. Sebelumnya, tahun 2019 Palembang sudah mendapatkan bantuan pembangunan jargas sebanyak 6.034 SR di 5 titik Wilayah tersebut diantaranya Seberang Ulu 1 dan 2, Sako, Semarang Borang dan Jakabaring.

Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota Palembang, Zuriati mengatakan, jika pembangunan tersebut dibagi per wilayah yaitu Seberang Ilir sebanyak 4 ribu dan Seberang Ulu sekitar 3 ribu, jadi totalnya sebesar 6.034 Sambungan Rumah (SR).

Ia juga menambahkan berdasarkan hasil survey ada 6.034 calon pelanggan prioritas di 2019 ini. Kecamatan Semarang Borang Kelurahan  Sri Mulya 974 SR, Lebong gajah 1024 SR, Kecamatan Sako Kelurahan Sako, 1.371 SR Kecamatan Seberang Ulu 1 Kelurahan 7 Ulu, 374 SR, Kecamatan Seberang Ulu II Kelurahan Tangga Takat, 637 SR, Kecamatan Jakabaring Kelurahan 8 Ulu, 856 SR Kelurahan 15 Ulu 797 SR.

Semoga dengan pengembangan infrastuktur jargas dan langkah pemenuhan kebutuhan gas bumi masyarakat tidak mengalami keterlambatan, dan masyarakat marjinal dapat menikmati gas rumah tangga itu sendiri, sesuai harapan UUD 45, Pasal 33.[****]

 

Penulis : Irwan Wahyudi, S,sos,

Wartawan Sumselterkini.co.id 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com