Perbankan & Keuangan

Bank SumselBabel Bagi Cahaya Lewat Operasi Mata Gratis

ist

“Bank Sumsel Babel lewat program CSR operasi mata gratis hadirkan cahaya baru bagi masyarakat Sumsel kurang mampu, dari uang jadi harapan dan senyum,”

KALAU mendengar kata bank, yang terbayang biasanya adalah antrean panjang, slip setoran, dan wajah nasabah yang kadang lebih kaku daripada kertas Rp50 ribuan baru cetak. Tapi, siapa sangka, ada sebuah bank daerah yang justru sibuk bukan hanya menghitung angka di neraca, melainkan juga membagi “cahaya” untuk masyarakat.

Bank Sumsel Babel, BUMD kebanggaan “wong kito galo”, belakangan ini jadi buah bibir bukan karena suku bunga atau promo tabungan, tapi karena aksi sosialnya yang bikin hati adem operasi mata gratis untuk warga kurang mampu.

Di tengah dunia perbankan yang sering dicap “dingin dan kaku”, Bank Sumsel Babel datang dengan wajah lain, lebih manusiawi, lebih hangat, seperti pepatah lama, “uang memang bisa membeli kacamata, tapi tidak bisa membeli cahaya mata”. Nah, lewat dana CSR, bank ini justru menghadirkan terang bagi ratusan pasang mata yang sempat meredup oleh katarak dan penyakit lainnya.

Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Festero Mohamad Papeko, dengan enteng menyebut bahwa pihaknya menggelontorkan Rp350 juta untuk program operasi mata gratis di 2025 ini. Angka yang mungkin bagi sebagian orang hanya terlihat di laporan keuangan, tapi bagi masyarakat kecil, nilai itu ibarat pelita di tengah gelap.

Sejak 2019, kerja sama Bank Sumsel Babel dengan Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Sumsel telah membantu 179 pasien, itu bukan angka mati, itu berarti 179 kisah hidup yang kembali bisa melihat anaknya tersenyum, melihat sawah menghijau, atau sekadar membaca doa di mushaf yang sempat kabur.

Coba bayangkan seorang bapak pedagang kecil yang sebelumnya harus meraba-raba koin dagangannya, kini bisa kembali menghitung dengan mata yang terang. Atau seorang nenek yang tadinya hanya bisa mendengar suara cucunya, sekarang bisa kembali melihat wajahnya, bukankah itu lebih berharga daripada sekadar bunga deposito?

Sebuah bank daerah biasanya dikenal sebagai penyokong pembangunan, penyalur kredit, dan tempat setor pajak. Tapi Bank Sumsel Babel membuktikan, mereka juga bisa menjadi agen kemanusiaan. Dalam istilah ekonomi, mereka bukan hanya menjaga cash flow, tapi juga life flow, aliran kehidupan masyarakat yang sempat terhenti karena keterbatasan akses kesehatan.

Ketika banyak lembaga keuangan sibuk bersaing soal aplikasi digital dan promo cashback, Bank Sumsel Babel justru menaruh perhatian pada hal yang lebih mendasar, penglihatan, sebab, tanpa mata yang sehat, semua gawai canggih hanya jadi layar buram.

Ada pepatah mengatakan, “mata adalah jendela jiwa”, oleh sebab itu, bank ini rupanya sadar bahwa membantu orang membuka jendela itu sama artinya dengan memberi kesempatan untuk melihat dunia dengan lebih jelas baik secara fisik maupun batin.

Kalau dipikir-pikir, agak lucu juga, bank kok urusannya sampai ke ruang operasi mata?, bukannya cukup sampai pada urusan rekening tabungan?, tapi justru di situlah letak guyon seriusnya, dunia ini memang sering kali butuh sentuhan yang tak biasa.

Ibaratnya, Bank Sumsel Babel ini, seperti tetangga baik hati yang biasanya hanya kita pinjami gula, eh tiba-tiba datang membawakan kacamata gratis. Ada kehangatan yang tidak bisa diukur dengan kurs rupiah, dan bukankah pepatah Minang bilang, “kok indak ado uang, jangan sampai indak ado akal”, kalau tidak ada uang, setidaknya ada akal, namun dalam kasus ini, justru ada uang dan ada akal, dipakai untuk kebaikan bersama.

Kalau mau bicara serius, program CSR Bank Sumsel Babel ini sebenarnya contoh klasik dari strategi bisnis yang cerdas, membangun Brand Positif dengan CSR yang menyentuh langsung masyarakat, bank ini menanamkan citra positif yang tidak bisa dibeli dengan iklan.

Roda ekonomi

Memberi nilai tambah sebagai BUMD, Bank milik daerah harus lebih dari sekadar mencari laba, kehadirannya wajib memberi manfaat langsung pada masyarakat, dan inilah bukti nyata. Dampak ekonomi tak langsung, pasien yang sembuh bisa kembali produktif. Artinya, ada roda ekonomi yang kembali berputar, dalam jangka panjang, ini juga bisa memberi efek domino pada peningkatan daya beli yang pada akhirnya juga menghidupkan sektor perbankan.

Saya teringat kisah salah satu pasien yang menerima operasi mata gratis, seorang ibu rumah tangga sederhana di pelosok, yang bertahun-tahun hidup dengan penglihatan kabur akibat katarak. Setelah operasi, ia menangis bukan karena sakit, tapi karena bisa kembali melihat wajah anak bungsunya.

Coba bayangkan, seberapa besar harga air mata bahagia itu? Tak ada kurs dolar yang bisa menukarnya, dan di situlah letak “dividen sosial” yang Bank Sumsel Babel peroleh, bukan berupa angka di laporan laba rugi, tapi berupa doa-doa tulus yang terucap di setiap shalat dan syukur masyarakat kecil.

Oleh karena itu, dalam dunia modern yang sering terjebak dalam logika untung-rugi, Bank Sumsel Babel menunjukkan bahwa uang juga bisa berubah wujud menjadi cahaya, menjadi senyum, menjadi harapan, seperti kata pepatah Jawa, “urip iku urup” – hidup itu seharusnya memberi nyala.

Mungkin di mata dunia, Rp350 juta itu hanya setetes kecil dalam samudra keuangan, namun bagi seorang nenek yang kini bisa kembali melihat jalan menuju pasar, itu adalah samudra harapan, bahkan  bukankah kebaikan selalu bermula dari hal kecil yang konsisten?

Akhirnya, program ini bukan sekadar soal operasi mata, ia adalah metafora tentang bagaimana sebuah lembaga keuangan bisa membuka mata kita semua, bahwa pembangunan tidak hanya diukur dari gedung tinggi dan jalan lebar, tapi juga dari seberapa terang mata rakyat kecil bisa melihat dunia.

Bank Sumsel Babel memberi kita pelajaran bank tidak selalu harus dingin seperti brankas besi, ia bisa hangat, bisa manusiawi, bisa jadi “dokter cadangan” yang memberi cahaya.

Mungkin inilah waktunya kita juga ikut membuka mata melihat kebaikan bisa datang dari tempat yang tak terduga, dan seperti cahaya yang menyebar tanpa pilih kasih, semoga Bank Sumsel Babel terus menjadi lilin kecil yang menerangi banyak hati di Sumsel.[***]

Terpopuler

To Top