Pendidikan

“Tiga Dara, Satu Mahkota & Segunung PR buat Palembang!”

is

DI RUANG audiensi Sekda Palembang pagi itu seperti arena gladi resik putri kerajaan, di sisi kanan ada tiga dara berbalut senyum yang bukan sembarang senyum ini senyum yang udah lulus seleksi, punya visi, dan siap menjawab pertanyaan juri tanpa buka catatan kecil di tas, di sisi kiri, duduk bapak Sekda, Aprizal Hasyim, dengan aura tenang seorang pemimpin yang tahu, hari ini bukan sekadar menerima tamu, tapi menerima harapan generasi.

AC menyala dingin, tapi semangat Aurel, Atahya, dan Syakilah terasa panas kayak minyak goreng habis pakai tiga kali. Mereka adalah finalis Miss Youth Sumsel 2025, tiga gadis Palembang yang siap berangkat ke ajang nasional di Tangerang, bukan buat pamer gaun malam, tapi buat pamer kepedulian sosial, intelektualitas, dan bakat yang dibungkus dalam satu kata ajaib tanggung jawab.

Orang sering salah sangka, mereka pikir mahkota itu hanya lambang kecantikan, padahal mahkota itu seperti helm proyek kehidupan dipakai oleh mereka yang sedang membangun sesuatu ide, kepedulian, dan masa depan.

Di Miss Youth, mahkota bukan hadiah buat yang paling glowing, tapi buat yang paling berani melangkah, berpikir, dan bertindak.

Kontes ini bukan soal seberapa lentik bulu mata, tapi seberapa tajam pandangan mereka tentang dunia, dari isu pendidikan, lingkungan, sampai peran anak muda sebagai agen perubahan, semua dikupas tanpa perlu highlighter di pipi.

Aurel ingin memperkuat literasi digital di kalangan pelajar. Atahya menggagas gerakan remaja sadar lingkungan. Syakilah ingin memperkenalkan budaya Palembang ke tingkat nasional dengan pendekatan kreatif.

Mereka bukan generasi yang sibuk nge-like, tapi lupa ngelike sesama, mereka ini generasi Z yang huruf Z-nya berarti Zuper tanggung jawab, Zakti mikir, dan Zadar bahwa masa depan itu harus dikerjakan, bukan ditungguin.

Kalau pepatah lama bilang, “Kecantikan itu bisa memikat mata, tapi kepedulian memikat dunia”, maka mereka ini siap memikat dua-duanya.

Aprizal Hasyim bukan cuma kasih wejangan standar ala pejabat, beliau bilang dengan mantap “Ini bukan soal kontes kecantikan, tapi panggung melatih kepemimpinan, percaya diri, dan kontribusi nyata”
Itu seperti bilang “Ini bukan drama sinetron, tapi dokumenter masa depan”

Dukungan Pemkot Palembang bukan cuma berupa ucapan, tapi juga komitmen nyata untuk mendorong pemuda jadi pelaku, bukan penonton, karena menurut beliau, generasi muda adalah “saham jangka panjang” bagi daerah. Kalau tidak kita rawat dari sekarang, nanti harga moral dan masa depan bisa anjlok kayak grafik saham gorengan.

Miss Youth itu ibarat panggung olimpiade sosial siapa yang punya isi kepala, empati, dan aksi nyata, dialah yang layak dinobatkan. Mahkota itu bukan lambang glamor, tapi lambang amanah.
Kalau cuma mau glamor, mending jadi lampu diskotik. Tapi kalau mau jadi pencerah, ya jadilah pemuda yang membawa cahaya perubahan.

Tiga dara Palembang ini bukan hanya tampil cantik, tapi juga berpikir cantik dan bertindak cantik, mereka membawa nama Palembang, dan Provinsi Sumsel bukan sebagai peserta, tapi sebagai pewakil nilai.
Nilai tentang bagaimana perempuan muda bisa jadi agen perubahan, tentang bagaimana kecantikan dan kecerdasan bisa jalan beriringan kayak pengantin baru yang masih mesra.

Mereka membuktikan mahkota itu berat, bro, bukan buat gaya-gayaan, tapi buat yang siap mikir dan bergerak.

Di dunia yang penuh filter dan editan, kita butuh lebih banyak anak muda seperti mereka yang berani tampil otentik, tangguh, dan peduli, karena sesungguhnya, perubahan besar selalu dimulai dari mereka yang berani tampil di panggung dengan niat, bukan sekadar niat tampil di panggung.[***]

Terpopuler

To Top