MISALNYA ada sebuah taman bunga yang warnanya merah merona, ada yang kuning cerah, ada pula yang ungu anggun, semua tumbuh subur, tapi ada satu tanaman yang unik, dia bukan hanya indah dipandang, tapi juga bisa mengeluarkan aroma harum yang bikin lebah dan kupu-kupu dari negeri seberang berdatangan.
Nah, pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone itu seperti tanaman unik itu, bukan sekadar mekar dalam bingkai agama, tapi juga mewangi hingga ke laboratorium-laboratorium sains kelas dunia.
Seperti kata pepatah lama, “tak ada rotan, akar pun jadi”, namun di pesantren ini, akar itu bukan sembarang akar. Ia berakar kuat di ilmu agama, lalu menjulur ke ilmu eksakta, hingga bisa ‘menempel’ di Universitas bergengsi dunia tanpa perlu pusing dengan proses seleksi yang rumit.
Menurut Menteri Agama Nasaruddin, para alumni Al-Ikhlas sudah diterima di kampus-kampus top dunia Cina, Maroko, Amerika, Mesir, hingga Turki, seolah mereka sudah punya tiket VIP dari pesantren.
Kok bisa, ya? Rahasianya ada di sertifikasi Cambridge International yang mereka kantongi, lengkap dengan manajemen mutu ISO yang bikin pesantren ini bukan sekadar pondok di pinggir sawah. Ini seperti pepatah “Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui”, karena santri tidak hanya mendapatkan ilmu agama, tapi juga standar global yang mengantar mereka ke puncak karier dunia.
Seperti kata Steve Jobs, “Innovation distinguishes between a leader and a follower”, meskipun sumber pastinya tidak terdokumentasi kutipan ini sangat pas menggambarkan pentingnya inovasi dalam pendidikan modern seperti yang dilakukan di Pesantren Al-Ikhlas.
Apalagi belajar agama sambil nge-scroll materi digital di kelas yang semua serba terpantau, kalau ada yang kurang, langsung ditegur, gak main-main, bahkan sertifikat bisa dicabut.
Kata Pak Menteri, selama bertahun-tahun kerja sama dengan Cambridge, belum pernah sertifikat itu dicabut. Wah, santri-santri ini kayak roket peluru yang siap melesat ke mana saja.
Sistem pembelajaran digital dengan standar internasional ini seperti membangun jembatan emas antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern.
Alih-alih berbenturan dua dunia ini bersinergi, menghasilkan alumni yang tidak hanya hafal doa tapi juga jago hitung rumus kimia dan biologi. Bayangkan kalau Rukun Islam dihafal sambil menguasai tabel periodik mungkin suatu hari nanti ada dokter spesialis yang bisa membaca doa dan resep obat dalam satu napas.
Sekarang, mari kita tarik nafas sejenak, di dunia yang semakin mengglobal dan kompetitif, pesantren seperti Al-Ikhlas ini jadi contoh bagaimana pendidikan agama bisa berdansa dengan ilmu pengetahuan tanpa kehilangan jati diri.
Alih-alih menjadi lembaga pendidikan yang dianggap kuno, pesantren ini malah mematahkan stereotip seperti mobil jadul tapi mesin jet yang melaju kencang di jalan tol Internasional.
Pendidikan itu ibarat memasak rendang, butuh bahan dasar yang tepat dan bumbu yang pas supaya hasilnya lezat dan tahan lama.
Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone sudah membuktikan bahwa paduan ilmu agama dan sertifikasi internasional bisa menjadi bumbu rahasia untuk mencetak generasi muda yang tangguh, cerdas, dan siap bersaing di panggung dunia. Jangan takut belajar agama dan sains sekaligus, dan pesantren Al-Ikhlas sudah memberikan pengalaman belajar yang terbaik bagi santrinya.
Kalau pendidikan agama dipandang hanya sebagai tempat doa dan dzikir, maka pesantren ini mengingatkan kita bahwa agama dan sains itu bukan lawan, tapi partner sejati yang saling melengkapi.
Jadi, buat para santri dan orang tua yang masih ragu, ingatlah jangan menilai buku dari sampulnya, tapi lihat isi ceritanya. Al-Ikhlas sudah membuktikan, dari surban ke sains, dari doa ke dokter, sukses itu nyata!.[***]