Sumselterkini.co.id,- Mudik Lebaran emang selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu setiap tahun. Ketika kita bisa kembali ke kampung halaman, bertemu keluarga, dan menikmati suasana kampung yang penuh kedamaian, nggak ada yang lebih nikmat dari itu. Tapi, bagi teman-teman difabel, perjalanan mudik sering kali bukan hanya soal rindu kampung halaman, tapi juga soal tantangan besar, bagaimana bisa pulang dengan nyaman dan aman, mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam transportasi dan aksesibilitas yang ramah bagi mereka.
Nah, di tahun 2025 ini, ada kabar gembira buat mereka yang selama ini merasa kesulitan mudik. Program Mudik Ramah Difabel hadir lagi dengan semangat baru dan lebih besar. Program yang diinisiasi oleh Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) ini sudah berjalan sejak 2016 dan berkolaborasi dengan Muhammadiyah sejak 2018.
Tahun ini, mereka kembali mengajak 150 peserta difabel bersama keluarganya untuk mudik dengan lebih nyaman, aman, dan pastinya penuh kebahagiaan. Bukan hanya di Jakarta atau Pulau Jawa, tapi mereka juga memberangkatkan peserta ke berbagai daerah tujuan seperti Sumatra, Kalimantan, hingga Palembang. Keberangkatan pun tersedia melalui jalur darat dan udara, jadi ada banyak pilihan yang memudahkan para peserta.
Program ini bukan cuma sekadar mudik gratis, loh. Lebih dari itu, ini adalah gerakan advokasi yang menunjukkan perhatian nyata pada aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Dengan adanya program ini, kita nggak cuma memberikan fasilitas mudik, tapi juga mendorong adanya perubahan yang lebih besar dalam sektor transportasi dan infrastruktur Indonesia agar lebih ramah bagi penyandang disabilitas. Sigit Nugroho, Ketua Tim Mudik Ramah Difabel, menegaskan pentingnya aksesibilitas di seluruh fasilitas umum dan transportasi, dari kursi di kendaraan hingga pintu keluar yang lebih mudah diakses. Ya, bukan hanya bagi yang tidak memiliki keterbatasan fisik, tapi juga yang butuh perhatian lebih.
Melalui program ini, Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, juga mengingatkan bahwa mudik bukan sekadar perjalanan fisik. Lebih dalam dari itu, mudik adalah momen untuk mempererat ikatan silaturahmi, memperkuat persaudaraan, dan memperbaharui semangat kekeluargaan dengan keluarga di kampung halaman. Saat kita pulang, bukan hanya perasaan kangen yang terobati, tapi juga kita bisa merenung dan merefleksikan perjalanan hidup. “Mudik itu adalah saat yang tepat untuk memperkaya wawasan dan mendapatkan inspirasi baru,” ujar Abdul Mu’ti, menambahkan pentingnya manfaat intelektual dan sosial yang bisa didapatkan selama perjalanan mudik.
Tentu saja, yang paling penting adalah bagaimana program ini memberikan kesempatan bagi teman-teman difabel untuk merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang lainnya. Nggak ada lagi rasa terpinggirkan atau terhambat untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga karena keterbatasan fisik. Mereka bisa merasakan kebahagiaan dan kehangatan keluarga tanpa ada hambatan.
Muhammadiyah melalui Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat (MPK PP) juga menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan pemberangkatan mudik secara simbolis di berbagai titik, seperti Pulo Gebang, Bandara Soekarno-Hatta, dan Halim Perdana Kusuma. Simbolisasi ini bukan hanya bentuk perhatian, tapi juga tanda bahwa setiap orang, apapun latar belakangnya, berhak menikmati mudik yang aman dan nyaman.
Program Mudik Ramah Difabel ini juga jadi cerminan dari semangat inklusivitas dan kebersamaan. Meskipun kita sering mendengar tentang kemajuan teknologi dan pembangunan infrastruktur yang megah, terkadang kita lupa bahwa banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan perhatian khusus dalam hal aksesibilitas. Program ini adalah pengingat bahwa kita perlu menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua lapisan masyarakat, apapun kondisi fisiknya.
Ke depan, program ini diharapkan tidak hanya berhenti pada acara mudik tahunan, tapi juga menjadi sebuah gerakan yang lebih luas. Mudik Ramah Difabel harus menjadi contoh dan pendorong bagi sektor transportasi, pendidikan, dan kehidupan sosial agar lebih ramah bagi difabel. Semua orang, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati hidup, bertemu keluarga, dan merayakan momen kebersamaan.
Akhirnya, mudik tahun ini bukan sekadar soal pulau kampung halaman atau kerinduan yang terobati, tapi juga soal perjalanan menuju masyarakat yang lebih ramah, inklusif, dan peduli. Dengan dukungan dari berbagai pihak, semoga kita bisa mewujudkan sebuah sistem transportasi dan infrastruktur yang lebih inklusif untuk teman-teman difabel, agar perjalanan mudik semakin nyaman bagi semua.
Jadi, jangan ragu, yuk terus dukung program seperti ini agar lebih banyak lagi orang yang bisa mudik dengan senyum lebar tanpa khawatir! Mudik yang asyik, mudik yang bahagia, mudik yang penuh berkah. Semoga semua berjalan lancar, dan tahun depan, kita bisa lebih banyak lagi ikut serta dalam perjalanan perubahan.[***]
