Pendidikan

“Judi Digital, Anak Ayam di Tangan Serigala” [Ruang Digital Indonesia antara Layar Cerah & Bahaya Gelap]

komdigi

Sumselterkini.co.id, – “Di dunia maya, jangan cuma bisa nyambi joget TikTok dan jualan skincare, tapi juga harus bisa jadi polisi moral buat diri sendiri,”. Begitulah kira-kira pepatah generasi sekarang yang harus kita cetak tebal di kepala dan hati. Karena hari ini, ruang digital kita bukan cuma panggung buat meme lucu, podcast patah hati, atau jualan nugget sapi rasa ayam, tapi juga ladang ranjau berisi konten negatif, judi online, dan tontonan tak layak usia yang menyusup seperti maling tetangga yang tahu kapan pagar rumah longgar.

Data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang kini dipimpin  Meutya Hafid membuka mata kita bahwa ruang maya sudah tak lagi bisa dibiarkan jadi “sawah digital” yang ditanami sembarangan. Selama periode 20 Oktober 2024 hingga 23 April 2025, Komdigi telah menangani lebih dari 1,3 juta konten perjudian online. Ini bukan angka hasil ngitung dadu, tapi data valid yang terdiri dari 1.192.000 situs judi dan 127.000 konten di media sosial.

Bayangkan, itu seperti satu desa isinya semua bandar, dan semua warganya main slot!

Ruang digital itu seperti pasar malam, ramai, gemerlap, tapi penuh jebakan. Bisa jadi hiburan, bisa juga jadi lubang jeblosan. Karena itu, Komdigi meluncurkan jurus pamungkas bernama SAMAN, Sistem Kepatuhan Moderasi Konten.

Tujuannya? Supaya platform digital tak lamban dalam menghapus konten negatif. Untuk konten berisiko tinggi harus diberesin dalam waktu 4 jam, dan konten lainnya dalam 24 jam. Gagal? Ya jangan salahkan kalau negara datang bawa palu hukum.

Selain itu, lahirlah juga PP Tunas (Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan Anak di Ruang Digital). Kita harus akui, PP ini adalah semacam “sabuk pengaman digital” buat anak-anak, supaya mereka tidak tersesat menonton konten yang bahkan orang dewasa pun belum tentu tahan mental.

Menteri Meutya Hafid dengan kalimat lantang berkata, “Ruang digital yang sehat adalah hasil kolaborasi seluruh elemen bangsa.” Nah, ini penting, Sobat Netizen! Pemerintah ibarat orang tua yang udah masak rendang dan sayur asem, tapi kalau anak-anaknya malah milih makan micin dan nonton live streamer yang isinya judi, ya sia-sia juga.

Anggota III BPK RI, Akhsanul Khaq, datang memberi “rapor digital” buat Komdigi. Ternyata, Komdigi berhasil menindaklanjuti 82,2% rekomendasi BPK, melebihi rata-rata nasional yang cuma 75%. Ini prestasi, bro! Tapi jangan cepat puas. Masih ada pekerjaan rumah yang belum kelar, terutama soal penyelesaian kerugian negara.

Dan buat yang seneng nonton drama Korea, ini bukan waktunya baper karena pacar fiktif. Saatnya ikut bantu jaga ruang digital dengan cara paling sederhana jangan bagikan konten hoaks, jangan jadi admin grup WA keluarga yang isinya video aneh-aneh, dan jangan diam saat temanmu tersesat di dunia slot online.

“Scroll-mu adalah masa depanmu.” Jangan sampai jempolmu justru jadi penyebab bangsa jadi rusak akhlaknya.”Kalau kamu merasa ruang digital makin sesak, mungkin karena kamu belum jadi bagian dari solusi.” Jadi relawan konten positif, bukan produsen konten cacing dan ikan cupang.”Jangan biarkan algoritma menentukan masa depanmu.” Pilih tontonanmu dengan akal, bukan dengan nafsu atau FOMO. “Berpikirlah sebelum klik.” Karena satu klikmu bisa jadi tiket masuk ke lubang hitam digital.

Ruang digital kita seperti kolam besar  ada ikan mas, ada ikan lele, tapi ada juga buaya. Kalau tak hati-hati, kita bisa diseret ke dalam arus konten negatif yang melenakan. Peran negara dalam hal ini Komdigi sudah cukup garang. Tapi tanpa kesadaran warga, semua cuma jadi semacam “jaring bolong” masuk satu, keluar seribu.

Jadi, ayo kita jaga kolam ini. Bukan cuma demi anak bangsa, tapi juga demi mata kita yang sudah terlalu lelah menatap layar penuh dosa. Kalau dulu ada pepatah, “Mulutmu harimaumu,” sekarang berlaku yang baru. “Jempolmu, jembatan ke neraka atau surga digitalmu,” atau “Main HP boleh, asal jangan sampai HP-mu yang mainin imanmu,”. [***]

Terpopuler

To Top