Pendidikan

“Jaket Kuning, Sawah Melambai, Saat Alumni Bicara, Padi pun Mengangguk”

ist

(Kisah Lucu tapi Serius dari IKAPERTA UNSRI yang Kini Lebih dari Sekadar Jaket & Jejak Mantan)

MINGGU pagi akhir pekan ini yang cerah, saat nasi uduk belum habis di warung sebelah Griya Agung, sekelompok manusia berseragam kuning bukan pendemo, bukan kurir, tapi alumni Fakultas Pertanian UNSRI berkumpul dengan khidmat dan sedikit aroma nostalgia. Namanya IKAPERTA UNSRI, singkatan dari Ikatan Alumni Pertanian. Tapi jangan salah sangka, ini bukan sekadar komunitas yang suka tukar kabar dan kirim “Selamat Ulang Tahun” di grup WA.

Mereka dilantik resmi, difoto formal, dan diberi harapan besar menyuburkan ladang-ladang Sumsel yang mulai lelah disiram janji. Di balik jaket kuning mereka yang kinclong itu, tersimpan niat mulia membantu rakyat makan dari tanah sendiri, bukan dari mie instan dan gaji utang.

Kata pepatah, “jangan nilai orang dari jaketnya,” tapi kalau jaket itu kuning dan baunya masih bau laboratorium mikrobiologi, boleh dong kita berharap lebih, karena jaket kuning itu bukan cuma lambang kampus, tapi bisa jadi simbol tekad bahwa alumni pertanian tak hanya bisa bercocok tanam status di media sosial, tapi juga siap menanam mimpi di lahan petani.

Dan… kalau lahan bisa bicara, mungkin dia akan bilang “Akhirnya, kalian balik juga. Kukira kalian cuma datang pas ada lomba KKN”

Ketua barunya, Ir. Hendra Gunawan, SH., MM yang gelarnya lebih lengkap dari rak buku perpustakaan berjanji ingin menjadikan IKAPERTA sebagai ladang harapan, bukan ladang kekecewaan. Ia ingin jaringan alumni bukan cuma tempat saling endorse bisnis pupuk organik, tapi wadah membuka lapangan kerja dan menyuarakan nasib petani.

“Kita dukung RPJMD Sumsel, khususnya sektor pertanian,” katanya dengan nada serius, walau sempat terdengar suara tukang sate lewat. Yah, begitulah suasana pelantikan, serius tapi santai, formal tapi mengandung unsur piring kertas.

Mereka tahu, membangun ketahanan pangan itu bukan sekadar bikin poster bertema “Sumsel Mandiri Pangan”. Harus turun tangan, turun cangkul, dan kalau bisa, turun harga pupuk.

Kata Prof. M.S. Swaminathan, bapak Revolusi Hijau India, “Pertanian bukan hanya soal produksi pangan, tapi soal martabat manusia” (sumber: “From Green to Evergreen Revolution” – M.S. Swaminathan, 2006).

Nah, kalau sudah bicara martabat, ini sudah bukan urusan lucu-lucuan lagi. Petani di Ogan Ilir atau Musi Rawas butuh solusi, bukan hanya selfie alumni di sawah dengan caption “back to my rootz”.

IKAPERTA sebenarnya punya modal besar, alumni yang tersebar dari kepala desa hingga kepala dapur rumah tangga. Tinggal disusun, dikolaborasikan, dan jangan lupa  dieksekusi, bukan cuma dirapatkan. Misalnya kalau IKAPERTA bikin Agri Start-Up, yang ngatur distribusi sayur lewat aplikasi, ngasih pelatihan petani secara daring, dan ngembangin pangan lokal macam nasi jagung organik. Lalu dibuat branding “Dari Alumni UNSRI untuk Perut Negeri” Wah….., bisa jadi lebih viral dari konten tutorial skincare.

Yang penting bukan gelar sarjana, tapi gelar tikar di desa dan duduk bareng petani. Alumni itu seharusnya bukan cuma ahli teori agroforestry, tapi juga ahli merendahkan ego untuk mendengar keluh kesah ibu-ibu tani yang bingung kapan bibit datang,  kata Tan Malaka dalam Madilog (1943), “Terpelajarlah yang tertinggi adalah dia yang mengabdi kepada rakyat”

Oleh karena itu, maka jaket kuning itu jangan disimpan di lemari kaca, keluarkan, kenakan, lalu pergi ke ladang. Karena padi tak pernah menghina lulusan, dia hanya ingin disemai dan dijaga.

Kita semua tahu, alumni pertanian bisa jadi pionir dalam pertarungan pangan di tengah krisis global. Tapi jangan sampai kalah langkah sama artis TikTok yang sudah duluan bikin hidroponik mini di balkon.

Kita ini punya ilmu, punya jaringan, tinggal punya kemauan, IKAPERTA sudah dilantik, tinggal dilacak ke mana langkah selanjutnya? Jangan-jangan habis pelantikan, pulangnya cuma update story “Done acara, Makan enak” Sementara di hulu, petani masih bingung gimana cara panen padi yang diserang hama dan janji manis.

 Untuk alumni pertanian yang jaketnya menguning bukan karena luntur, tapi karena semangat panen, ini waktunya kalian bicara, agar sawah mendengar. Jangan biarkan ladang gersang karena kita sibuk debat di grup alumni.

Waktunya turun, karena kalau bukan alumni pertanian yang menanam harapan, siapa lagi? Masa harus nunggu selebgram tanam kangkung dulu baru rame?.[***]

Terpopuler

To Top