DULU, anak muda pamer skill dengan nge-drift di warnet, sekarang tren baru, nge-hack ala e-sport. Nah, di Cyber Breaker Competition (CBC) Season 2 ini, ratusan bocah jago utak-atik laptop ketemu panggung resmi pemerintah. Bedanya, kali ini bukan lomba rebutan meja warung kopi, tapi live hacking 2 vs 2 ala Capture The Flag, serius, ini kayak Mobile Legends tapi versi “nyolong password server pemerintah” (tentu saja legal, plis jangan salah paham).
Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, tampil gagah di podium, tapi dalam hati, beliau mungkin mikir “Ini acara bakal aman kan, jangan sampai anak-anak ini iseng bobol mic saya terus nyetel lagu dangdut”, untungnya aman terkendali.
Dalam pidatonya, Riefky nyeletuk “Kita gak mau anak muda cuma jadi pengguna teknologi, kita mau lahir generasi pencipta solusi digital” alias jangan cuma bisa jadi user Netflix gratisan, tapi bikin aplikasi yang bisa bikin bule bayar dolar.
Deputi Bidang Kreativitas Teknologi Digital, Neil El Himam, juga kasih wejangan, katanya, kekurangan ahli cybersecurity itu masalah global, kalau Indonesia bisa lahirin 35 ribu talenta, ruang digital aman terkendali.
Bayangin aja, 35 ribu bocah kayak “paket kuota unlimited” yang siap jaga server negara, bandingkan dengan jumlah tukang service HP abal-abal di konter sebelah, jelas beda level.
Neil juga wanti-wanti, keamanan digital itu investasi, bukan biaya, alias, jangan pelit kalau bayar anak IT. Kalau nggak, server bisa kena hack cuma gara-gara password-nya “12345” atau “sayangku”.
Deputi Keamanan Siber BSSN, Slamet Aji Pamungkas, maju ke panggung, dengan gaya khas bapak-bapak, ia bilang kunci keamanan itu kolaborasi, pemerintah, industri, akademisi, komunitas harus bareng-bareng.
Artinya, jangan ada lagi drama saling lempar tanggung jawab kalau ada data bocor, kalau ada hacker masuk, jangan saling nunjuk sambil bilang, “Itu salah operator warnet, bukan salah kita”.
CBC kali ini unik, formatnya Capture the Flag (CTF) 2 vs 2, jadi dua lawan dua kayak main Tekken, tapi bukan mukul pakai combo, melainkan pakai command line.
Lebih dari 600 peserta ikut, ada yang datang bawa laptop gaming, ada juga yang masih ngandelin netbook zaman kuliah, yang penting niat.
Selain lomba, ada panel diskusi dengan tema berat “Penguatan Ekosistem Keamanan Siber dan Industri Kreatif Digital Indonesia”, tapi kalau ditranslate ke bahasa anak tongkrongan “Gimana caranya biar lu yang jago hack nggak berhenti jadi anak warnet, tapi bisa jadi bos startup,”.
Dandy Yudha Feryawan dari Digital Baru bahkan bilang, harus ada pipeline biar anak-anak nggak cuma jago di lomba, tapi bisa nyemplung ke industri alias jangan sampai habis acara langsung balik lagi jadi admin grup WA RT.
Di penutupan, Neil kasih petuah, keamanan digital itu investasi, katanya, pegiat siber Indonesia harus bisa naik level. Dari anak yang awalnya cuma bobol Wi-Fi tetangga, lalu jadi konsultan, terus punya perusahaan, sampai akhirnya bisa ngopi bareng Elon Musk.
Menteri Riefky pun berharap, CBC ini bisa jadi ajang berkelanjutan. Jadi, jangan cuma seru setahun terus bubar kayak band indie. Targetnya jelas subsektor digital jadi mesin baru ekonomi kreatif menuju Indonesia Emas 2045, kalau semua lancar, nanti anak muda jago hack nggak cuma dapat sertifikat, tapi bisa bikin dolar ngalir kayak air galon.
Kalau dipikir-pikir, CBC ini kayak audisi X-Factor tapi versi hacker. Siapa tahu, di antara peserta ada yang nanti jadi legenda nasional. Misalnya dulu dikenal sebagai “anak warnet yang suka bobol Wi-Fi tetangga, besok jadi CTO perusahaan unicorn yang servernya anti-bocor, lusa jadi menteri, terus cerita, “Saya dulu juara CBC, bro”
Jadi, buat kalian yang masih bangga bisa bobol hotspot tetangga pakai aplikasi abal-abal, siap-siap malu, di luar sana, sudah ada ratusan anak muda yang bikin hack jadi profesi legal, dengan bayaran dolar, bukan cuma traktiran mie ayam.
CBC Season 2 bukan sekadar lomba hacker-hackeran, ini semacam “ajang pencarian bakat” untuk mencari next generation pahlawan digital. Bedanya, kalau biasanya pahlawan pakai jubah, mereka ini pahlawan pakai hoodie dan laptop baterai 20%.
Kalau kamu tanya apa hasil terbesarnya? Jawabannya simpel, sekarang, nge-hack sudah resmi diakui sebagai “olahraga intelektual”. Jadi kalau orang tua marah, “Ngapain sih nongkrong di depan laptop terus?,” kamu bisa jawab dengan bangga. “Tenang Bu, ini demi Indonesia Emas 2045”.[***]