Pendidikan

“Belajar di SLB Jadi Seru dengan Papan Interaktif Digital!”

kemendikdasmen.go.id

BELAJAR itu identik dengan murid yang duduk kaku, mata melotot ke papan tulis, dan guru teriak “Perhatikan!”, di SLB sekarang situasinya beda banget. Kenapa?, karena Papan Interaktif Digital (IFP) hadir seperti “superhero papan tulis” tanpa jubah dan tanpa masker. Tinggal sentuh, murid bisa nonton video, menghitung, bahkan belajar Al-Qur’an.

Di SLB B-C Alfiany, Jakarta Barat, guru Melda Novitasari bercerita, muridnya yang tunagrahita, tunarungu, dan autis biasanya gampang bosan dan susah fokus. Tapi sekarang, begitu layar besar itu nyala, anak-anak langsung menempel di depan papan seperti anak-anak nonton kartun favorit. “Matanya berbinar, tangannya siap menekan layar, kadang saya sampai mikir, ‘Ini murid belajar atau lagi main TikTok?” canda Melda.

Saking serunya, pembelajaran matematika pun jadi kayak permainan, “Anak-anak sekarang lebih semangat menghitung, apalagi kalau ada animasi angka yang lompat-lompat. Bahkan saya sampai kalah cepat menekan tombolnya,” tambah Melda sambil tertawa.

Tak hanya di Alfiany, di SLBN 1 Jakarta, guru Eko Wahyu Wijoyo Kusuma bilang IFP itu kayak, Swiss Army Knife versi pendidikan, papan tulis, LCD, speaker, dan laptop dalam satu layar. Jadi guru bisa lebih santai, murid bisa lebih fokus. Anak-anak pun belajar sesuai kemampuan masing-masing, tanpa harus menunggu teman yang lebih cepat atau tertinggal karena materi terlalu sulit.

Orang tua juga ikutan tersenyum, Iqthoria Himma Rubayani bercerita tentang Syahir, anaknya yang biasanya pemalu. Setelah belajar menggunakan IFP, Syahir jadi berani mencoba menulis dan menggambar sendiri, bahkan saat belajar mencuci baju, anaknya langsung praktik di rumah. Iqthoria bilang, “langkah-langkahnya tersimpan di kepala, kayak game tutorial level 1. Anak saya langsung paham dan berhasil!”.

Raden Riyandesi Saraswati, wali murid SLBN 1, menambahkan, IFP membantu anaknya lebih fokus karena ada kombinasi audio dan visual. “Pokoknya anak saya sekarang belajar kayak nonton film seru, mata nggak bisa lepas, telinga nggak mau kabur,” katanya sambil tertawa.

Secara teknis, IFP ini bikin guru bisa lebih kreatif, tidak perlu lagi ribet bawa laptop, proyektor, spidol, papan tulis, dan kabel-kabel yang kusut kayak mie instan.

Tinggal tekan tombol, materi siap tayang. Bahkan guru bisa bikin animasi sendiri, jadi murid belajar sambil ketawa. Pepatah cocok untuk ini “Sekali layar disentuh, seribu mata senang, seribu otak terpacu”.

Di balik semua tawa itu, teknologi ini juga serius, dan pemerintah menargetkan 2.360 SLB menerima IFP tahun ini, terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Tujuannya jelas, yakni pendidikan inklusif yang efektif dan bermakna, dengan teknologi, guru jadi seperti DJ kelas, murid ikut dance sesuai irama belajar masing-masing.

Papan Interaktif Digital di SLB bukan sekadar layar besar, ia adalah alat ajaib yang bikin belajar lebih menyenangkan, menumbuhkan rasa percaya diri anak, dan bikin guru kreatif tanpa harus stres kabel kusut sehingga belajar bukan lagi kewajiban yang menjemukan, tapi petualangan seru yang bikin anak-anak tersenyum lebar sambil menekan layar.[***]

Terpopuler

To Top