Pendidikan

“Baris Berbaris & Bangsa yang Nyaris: Ceramah Pangdam Bikin Ngakak Tapi Ngena”

ist

KALAU kita bicara soal kedisiplinan, jangan langsung bayangin sersan galak teriak-teriak sambil nyuruh push-up. Kedisiplinan itu bukan cuma soal bangun pagi dan pakai sepatu hitam tanpa kaus kaki warna-warni. Tapi juga soal bagaimana kita menghargai waktu, komitmen, dan punya daya juang.

Nah, inilah yang jadi menu utama ketika Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI Ujang Darwis, M.D.A., buka suara di depan para peserta Diksarlin Politeknik Negeri Sriwijaya. Lokasinya bukan di kafe, bukan di Zoom, tapi di lapangan jasmani. Kalau ada yang ngantuk, bisa langsung diajak lari keliling lapangan dua putaran.

Mayjen Ujang ini bukan Pangdam kaleng-kaleng, beliau cerita dari Letnan Dua sampai jadi jenderal bintang dua. Dan yang paling bikin merinding 16 tahun ngendon di satuan elit Kopassus. Bayangin, 16 tahun bukan waktu yang pendek, itu kalau ditabung udah bisa beli sawah dan ternak bebek. Tapi beliau habiskan untuk bela negara. Coba bandingkan dengan kita yang 16 tahun aja belum tentu bisa konsisten ngerjain PR Matematika.

Beliau nggak cuma cerita soal karier, tapi juga ngajak mahasiswa mikir. Mikir bukan karena besok ujian, tapi mikir tentang masa depan bangsa. Pangdam bahas soal Banglistra bukan nama menu Korea, tapi singkatan dari “Perkembangan Lingkungan Strategis”. Jadi mahasiswa diajak mikir dari konflik di luar negeri sampai ideologi yang bisa bikin bangsa ini kocar-kacir kalau gak paham arah.

Cerita makin menarik ketika beliau bahas sejarah perjuangan bangsa. Katanya, dulu kita 300 tahun melawan penjajah, tapi masih sering gagal karena perjuangannya kedaerahan. Ibarat orang rebutan mie ayam tapi nggak mau antre, ya ujung-ujungnya chaos.

Tapi setelah bersatu lewat Budi Utomo, Sumpah Pemuda, dan akhirnya Proklamasi, kita berhasil nendang penjajah keluar negeri. Hanya butuh 37 tahun dari mulai bersatu sampai merdeka. Itu lebih cepat dari cicilan motor 48 bulan.

Kalimat emas beliau “Dengan memegang Nilai-nilai Bangsa, Yakni mementingkan kepentingan umum dari pada kelompok, kita mampu Merdeka.” Ini bukan kalimat sambil lalu. Ini pecut halus buat generasi sekarang yang kadang lebih ribut soal gacha game daripada nasib bangsa.

Sebagai penutup, Pangdam ngasih pesan yang sebenernya dalam tapi dibungkus santai bahwa kemerdekaan itu hasil dari darah dan keringat, bukan dari diskon 17-an di mall. Maka tugas kita sekarang bukan cuma jadi saksi upacara tiap 17 Agustus, tapi juga jadi generasi yang bisa baris dengan benar dan mikir dengan cerdas.

Disiplin bukan tentang takut dihukum, tapi karena kita punya tujuan,generasi cerdas itu bukan yang IPK-nya doang tinggi, tapi yang ngerti arah bangsa. HUT RI ke-80 tinggal 15 tahun lagi, kalau kita gak mulai disiplin dari sekarang, bisa-bisa di HUT ke-80 nanti, kita masih debat di TikTok soal “siapa lebih pahlawan, pejuang kemerdekaan atau pejuang konten?”

Kalau Pangdam aja bisa konsisten 16 tahun di Kopassus, masa kita nggak bisa konsisten 5 menit buat dengerin lagu Indonesia Raya dengan khusyuk? Yuk, jadi generasi yang bukan cuma melek teknologi, tapi juga melek tanggung jawab. Karena kata pepatah: “Bangsa yang besar bukan hanya menghargai jasa pahlawan, tapi juga nggak ngantuk waktu upacara”.[***]

Terpopuler

To Top