Pemerintahan

CATATAN KAKI: Sapi Presiden 802,5 Kg, Beratnya Daging, Ringannya Hati!

ist

Sumselterkini.co.id, – Di Sungai Angit, Muba, seolah langit dan bumi sempat berpadu dalam irama tawa dan syukur pada perayaan Idul Adha 1446 H, di tengah keramaian dan semangat berbagi, hadir sebuah momen yang membuat siapa pun terbelalak sapi Simental seberat 802,5 kg yang datang bukan dari peternak mana-mana, melainkan hasil sumbangan langit-langit kepedulian dari Presiden Prabowo Subianto sendiri!. Ibarat badai sambil membawa hujan lebat, kehadiran sapi ini bagaikan embun pagi yang menyegarkan semangat gotong royong masyarakat Muba.

Dalam suasana Idul Adha 1446 H yang penuh aroma sate dan tawa, Pemerintah Kabupaten Muba bersama Bupati H. M. Toha, Forkopimda, dan seluruh jajaran yang bisa nyengir, sukses menggelar acara penyembelihan hewan qurban di Balai Desa Sungai Angit. Tapi jujur saja, yang paling bikin warga susah move on dari acara itu bukan khutbahnya, bukan pula lontong sayurnya, tapi si Simental jumbo kiriman istana tadi.

Sapi seberat 802,5 kg ini semacam gabungan antara truk tangki solar dan mimpi buruk tim pemotong daging. Ini bukan sapi, ini gumpalan keikhlasan berwujud hewan berkaki empat. Kalau sapi itu bisa ngomong, mungkin dia bilang, “Bro, aku datang bukan buat pamer daging, tapi buat nambah pahala kalian yang nyate!”

Momentum ini sebenarnya bukan cuma soal sembelih-menyembelih. Ini soal menyemai semangat solidaritas. Karena seperti kata pepatah bijak warung kopi “Yang ikhlas itu bukan cuma hati, tapi juga golok yang tajam dan tangan yang rela pegangi sapi yang ngamuk”.

Lho iya, bayangin, kalau nggak ada yang rela jagain sapi segede begitu, bisa-bisa sapi Presiden malah kabur ke ladang sawit dan masuk berita internasional. “Sapi Kepala Negara Nyasar ke Hutan Karet”.

Tapi warga Muba menunjukkan kehebatan mereka, meski alat berat tidak dilibatkan, acara qurban tetap berlangsung lancar. Warga gotong royong, para tukang potong sigap seperti chef Jepang, dan anak-anak sekolah semangat jadi panitia dokumentasi pakai HP kentang tapi penuh harapan.

Sapi itu mungkin punya berat hampir satu ton, tapi yang lebih berat adalah makna di baliknya. Ia jadi simbol perhatian pemimpin kepada rakyatnya, bahwa negara tidak sekadar kirim sambutan via televisi, tapi juga kirim daging langsung dari istana ke kampung.

Dan Bupati Muba, dengan gaya khasnya yang merakyat dan kadang bisa juga nyeletuk lucu, mengajak seluruh warga menjadikan Idul Adha sebagai momen memperkuat ikatan sosial. Ya memang, karena di zaman sekarang, kadang antar tetangga lebih sering saling mention di status WhatsApp ketimbang saling sapa di depan pagar.

Mari kita akhiri tajuk ini dengan perumpamaan ringan: kalau sapi sebesar itu bisa jatuh ke pelukan rakyat kecil tanpa pamrih, masa kita yang berat badannya cuma 60 kilo ogah berbagi nasi bungkus?.

Idul Adha adalah saatnya bukan hanya nyate, tapi juga menyatukan niat baik. Seberat apapun sapi qurban, hati yang ringan akan membuat dunia jadi lebih tertawa. Dan ingat: sapi boleh disembelih, tapi kebaikan harus terus hidup dan dibagi-bagi, kayak kupon daging!. Jadi, jangan cuma jadi penonton sapi lewat, jadilah bagian dari gerakan nasional, Berat Sama Dinikmati, Tulang Sama Dipepes!.

Seiring debu perayaan mereda dan langkah kembali mengarah pada keseharian, kisah sapi qurban Presiden Prabowo tetap terpatri sebagai simbol abadi bahwa kebaikan memang tak kenal berat atau ringan. Sapi Simental 802,5 kg bukan hanya sebuah hewan, melainkan ujian nyata bahwa dalam kehidupan, yang paling penting bukanlah hitungan kilogram, melainkan beratnya keikhlasan dan kebersamaan.

Lewat aksi berkurban ini, Kabupaten Muba mengukir sejarah dalam warna-warni canda tawa dan pesan moral yang menggelitik, kebaikan itu menular, seperti sapi raksasa yang datang dari dua dunia 0 dunia petinggi dan dunia rakyat, aksi kebaikan akan selalu menemukan jalannya, menyatu dengan semangat gotong royong yang tak lekang oleh waktu.

Tawa dan Canda Sebagai Obat dalam setiap sudut perayaan, canda dan tawa mengobati rasa lelah dan kepenatan hidup. Humor yang diselipkan bukan saja menghibur, namun juga mengingatkan kita bahwa hidup harus dijalani dengan hati yang ringan meski beban dunia terasa berat. Nilai-Nilai Tradisional yang tetap kokoh. Kata Pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing kembali mengingatkan bahwa meskipun zaman berganti, nilai gotong royong dan kepedulian sosial tetap menjadi pondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis.

Pada akhirnya, sapi qurban ini mengajak kita semua untuk merenung, tertawa, dan beraksi nyata dalam berbagi kasih. Seperti halnya sapi yang membawa pesan dari istana untuk rakyat, mari kita bawa tawa dan kebaikan ke mana pun kita melangkah. Dan ingatlah, di dunia yang penuh tantangan ini, sedikit humor mampu menimbang keikhlasan yang sejati, meski ukurannya mencapai ratusan kilogram!.[***].

Terpopuler

To Top