Sumselterkini.co.id, -Kalau ada pepatah lama bilang, “jauh-jauh ke Surabaya, pulangnya bawa ide, bukan oleh-oleh,” maka Ratu Dewa adalah contoh nyata pejabat yang lebih suka bawa inspirasi ketimbang keripik tempe.
Usai plesiran dinas ke Jatim Park Mini Zoo di Surabaya, sang Wali Kota Palembang ini langsung melempar wacana bikin kebun binatang. Bukan sembarang kebun, tapi yang edukatif, interaktif, dan penuh satwa, bukan penuh tanda tanya.
Wacana ini ibarat pengantin baru yang baru pulang bulan madu jadi penuh semangat, tapi belum tentu punya tabungan. Dewa bilang sudah ada dua lokasi Kertapati dan Gandus. Yang satu 7 hektare, yang satu lagi 13 hektare. Tapi ya, luas lahan bukan ukuran kematangan ide. Sebab, lahan yang luas tanpa konsep itu kayak martabak telor tanpa isi garing, bos!
Sudah banyak contoh di negeri ini, ide besar jadi mangkrak, karena tak ada nyali buat realisasi. Jangan sampai nanti Palembang punya kebun binatang yang isinya nol kreativitas. Apalagi kalau niatnya cuma biar ada ‘checklist’ proyek wisata baru.
Ambil contoh kota lain. Di Singapore, Singapore Zoo dikelola dengan sistem konservasi satwa yang canggih dan punya reputasi internasional.
Di sana, binatang bukan dipajang, tapi dipelihara dengan cinta, edukasi jalan, pemasukan pun deras.
Bandung, dengan Lembang Park & Zoo, sukses jadi tempat wisata keluarga karena menyatukan kuliner, taman, dan satwa dalam satu paket. Ramai terus tiap akhir pekan, pengunjung senang, ekonomi lokal jalan.
Malang, ya itu tadi, Jatim Park Mini Zoo, jadi tempat wisata yang nggak cuma selfie-able, tapi juga ngajarin bocah soal satwa. Ada museum, interaksi hewan, sampai edukasi pelestarian.
Lihat juga Yogyakarta dengan Gembira Loka Zoo. Meski tua, tapi terus diperbarui. Tiket terjangkau, pengelolaan bagus, dan tetap jadi primadona wisata keluarga.
Lalu Palembang? Jangan sampai nanti punya kebun binatang yang lebih cocok disebut ‘hutan rencana’. Wacana itu bagus, Pak. Tapi jangan sampe kayak orang mau bikin rumah, tapi baru punya pintu doang. Kalau serius mau bangun kebun binatang libatkan profesional konservasi, akademisi, sampai komunitas pecinta hewan. Jangan cuma investor yang dikejar, tapi juga visi jangka panjangnya.
Dan kalau bisa, kebun binatang itu jangan cuma tempat jalan-jalan. Jadikan tempat belajar. Buat paket edukasi untuk sekolah. Sediakan tempat konservasi dan riset. Kalau bisa, kerja sama dengan perguruan tinggi. Syukur-syukur bisa jadi tempat magang mahasiswa yang belajar soal lingkungan dan satwa.
Dan tolong, jangan bikin tiketnya harga kereta api Jakarta-Bali, kasihan rakyat. Rakyat pingin hiburan murah, bukan pameran eksklusif yang cuma bisa dilihat pejabat dan koleganya.
Jangan Sampai Kebun Binatang Kita, Cuma Jadi Kebun Janji-janji Manis. Jangan sampai kebun binatang ini nanti jadi semacam museum harapan palsu.
Yang difoto-foto di spanduk, tapi tak pernah ada wujudnya. Kalau mau buat, buatlah dengan sepenuh hati. Jangan asal comot konsep dari kota orang, lalu dipoles jadi rencana setengah matang.
Ingat, “berlayar ke pulau orang, boleh pinjam kapal, tapi jangan tinggalin kompas”. Kalau memang mau niru Jatim Park, ya tirulah juga semangat konsistensinya, bukan sekadar euforia pas habis studi banding.[***]