Sumselterkini.co.id, – Di Palembang, ada dua jenis orang saat pagi yang langsung mandi karena airnya lancar, dan yang cuma bisa berdiri di kamar mandi sambil ngelamun, nunggu air hidup seperti nunggu mantan minta balikan. Ini bukan lelucon, ini realita. Kadang air PDAM lebih sering absen daripada Pak RT waktu rapat warga.
Tapi kabar baik datang seperti warisan mendadak dari om-om di luar negeri PT Moya Indonesia, perusahaan nasional yang ahli di bidang air bersih, mau investasi di Palembang! Bukan investasi ala-ala MLM yang ujungnya suruh beli sabun, tapi investasi serius bikin semua warga Palembang bisa mandi, nyuci, sampai ngelap motor pakai air bersih.
Kata bosnya, Pak Mujiaman nama yang terdengar seperti superhero lokal yang bisa menyumpal kebocoran pipa pakai karet sendal jepit mereka targetkan dua tahun ke depan air bersih ngalir ke seluruh rumah.
Waduh, dua tahun itu sebentar lho! Bandingkan dengan perasaan cinta bertepuk sebelah tangan yang kadang bertahan lima tahun lebih, padahal air mata ngalir terus, air PDAM belum tentu.
Pak Mujiaman juga bilang, mereka bukan cuma jualan air, tapi air yang “berkah dan hemat anggaran”. Ini baru air syariah level nasional. Artinya, kita bisa minum tanpa takut perut mules atau tagihan melambung seperti bensin pas musim mudik.
Wali Kota Palembang, Pak Ratu Dewa, menyambut tawaran ini seperti ibu-ibu sambut diskon sembako antusias, terbuka, dan berharap cepat-cepat direalisasikan. Beliau paham, warga udah capek kalau disuruh sabar. Sabar itu baik, tapi kalau sabar sama air mati terus, bisa-bisa kita mandi pakai peluh dan keringat sendiri.
Tirta Musi pun tak tinggal diam. Mereka siap bantu, katanya target produksi ditingkatkan jadi 1.750 liter per detik, kebocoran air ditekan tinggal 5 persen.
Mantap, soalnya, selama ini kebocoran air kadang lebih mirip bocornya rahasia dapur rumah tangga semua orang tahu tapi pura-pura nggak terjadi.
Survei awal bakal dimulai Juni nanti, dengan kawasan Palembang Timur jadi lokasi pertama. Sako dan Semabor, bersiaplah! Ini saatnya kalian naik kelas dari ‘daerah yang susah air’ jadi ‘daerah contoh’. Biar nanti tetangga dari Plaju atau Kenten bisa ngiri karena air kalian bisa dipakai nyiram tanaman sambil karaoke.
Sebagai perbandingan, Surabaya sukses kerja sama swasta dan airnya mengalir kayak lagu nostalgia tenang, lancar, dan bikin adem. Bahkan Singapura yang ukurannya lebih kecil dari Kecamatan Ilir Barat I bisa bikin air limbah jadi air minum. Masa kita kalah sama negara yang luasnya segede lapangan futsal?.
Tapi ingat, ini bukan cuma soal pipa dan pompa. Ini soal komitmen. Soal nggak main proyek asal-asalan. Karena seperti kata pepatah lama “Air tenang jangan disangka tak berbadai, apalagi kalau kontraktornya ngilang pas akhir proyek.”
Masyarakat juga mesti ikut ngawasi. Jangan sampai udah dibangun, pipa baru malah dipakai ngejemur pakaian. Atau airnya ngalir 24 jam, tapi hanya ke rumah Pak Lurah dan tetangga-tetangganya yang kebetulan satu grup arisan.
Intinya, kalau semua ini jalan sesuai rencana, Palembang bakal jadi kota di mana orang bisa mandi tanpa ngatur jadwal kayak booking hotel. Bisa nyuci baju kapan saja tanpa ngelirik ember kosong. Dan bisa masak tanpa nyicipin air rasa kapur.
Karena kalau air sudah mengalir jernih dan bersih, maka harapan pun akan ikut larut bersama kotoran bukan ikut tertahan di pipa yang karatan.
Kalau PT Moya benar-benar serius dan pemerintahnya nggak ngantuk waktu rapat, maka Palembang bisa jadi kota percontohan. Bukan cuma percontohan cara hidup sehat, tapi juga contoh bagaimana air bersih bisa menyatukan warga, bukan sekadar nyatukan keluhan di kolom komentar.
Maka dari itu, mari kita kawal bareng. Karena kalau sekarang air galon masih dianggap barang berharga, bisa-bisa nanti anak cucu kita mewarisi dispenser, bukan rumah. Jangan sampai, di masa depan nanti, nenek-nenek bilang ke cucunya. “Nak, dulu nenek mandi dua hari sekali, bukan karena ritual… tapi karena airnya nggak ada.”[***]