Sumselterkini.co.id, – Biasanya mereka duduk di balik meja, menghitung angka, mengejar target, dan mengucapkan “Maaf, saldo Anda tidak mencukupi.” Tapi akhir pekan lalu, semua berubah. Pegawai-pegawai bank se-Sumatera Selatan mendadak berubah profesi sementara menjadi model dadakan. Catwalk bukan lagi milik Paris dan Milan, sebab Palembang Indah Mall mendadak jadi panggung New York Fashion Week versi ngelempar senyum ala kasir teller.
Ya, inilah Lomba Fashion Show Wastra Sumsel 2025, gelaran tahunan dari Bank Indonesia yang bersinergi mesra dengan Pemkot Palembang. Tahun ini, temanya adalah “Busana Tradisional Sumatera Selatan” yang artinya, semua peserta tampil dengan baju daerah yang kaya corak, ribet pakaiannya, tapi tetep pancarkan aura pegawai bank rasa bintang sinetron.
Yang tampil bukan model profesional, mereka adalah pegawai-pegawai bank yang biasanya ngurus bunga deposito, kini justru mengurus sudut rok dan letak selendang. Dari 38 peserta 17 pria dan 21 wanita, semua tampil all-out.
Ada yang melenggang seperti sedang menghindari nasabah rewel, ada pula yang berjalan, seperti habis disemprot supervisor, tapi tetap senyum lima jari demi penilaian juri.
“Kerapian berpakaian juga dinilai lho, bukan cuma gaya jalan, jangan sampai sarung miring, apalagi bulu mata copot di tengah panggung,” ujar Putri Azizah Prima Salam, salah satu dewan juri yang juga Staf Ahli TP PKK, dengan mata tajam namun hati sejuk, seperti rekening gendut habis THR.
Selain Putri Azizah, juri lain juga bukan kaleng-kaleng Rully Trisaputra dan Siung-Siung, yang nama belakangnya terdengar, seperti merek teh celup, tapi ternyata juri berkelas yang tajam menilai seperti mesin penghitung uang di akhir bulan.
Tapi jangan salah, acara ini bukan cuma buat lucu-lucuan atau ajang pamer kaki jenjang. Di balik motif songket dan batik jumputan, terselip misi memperkenalkan budaya, seperti kata pepatah “Tak kenal wastra, maka tak sayang warisan budaya”. Maka dari itu, event seperti ini penting untuk membuat generasi muda tak hanya kenal K-Pop dan sneakers, tapi juga tahu makna di balik motif “naga besaung” atau “durian pecah”.
Putri Azizah bilang, acara ini layak jadi agenda rutin. Dan kita setuju. Karena apa? Karena wastra bukan cuma kain, tapi identitas yang dijahit rapi dengan sejarah, tradisi, dan kebanggaan lokal.
Dan memang benar, melestarikan budaya bisa dimulai dari langkah kecil di atas catwalk bahkan walau langkah itu sedikit kagok, asal niatnya tulus, pesannya akan sampai ke hati penonton. Sebab seperti kata bijak versi redaksi“. Lebih baik melenggang dengan kain tradisional dan senyum percaya diri, daripada pakai blazer impor tapi lupa jati diri”.
Jadi, pegawai bank, teruslah melangkah. Kalau tidak bisa jadi model internasional, setidaknya jadi inspirasi lokal. Wastra adalah warisan, dan kalian semua sudah ikut menuliskan bab penting dalam ceritanya di atas panggung, dengan sepatu pantofel dan hati yang bangga.
Karena sejatinya, melestarikan budaya tak harus lewat seminar serius, kadang cukup lewat senyum manis dan langkah percaya diri di Palembang Indah Mall.[***]