Sumselterkini.co.id, – Kalau proyek pembangunan itu diibaratkan orang pacaran, maka penjaminan kredit dari PT Jamkrindo adalah orang tua yang datang ngelamar bawa tumpeng dan niat baik.
Kenapa? Karena cinta saja tak cukup, Bang. Apalagi kalau proyeknya miliaran, tak bisa cuma bermodal senyuman dan proposal berjejer di meja panitia lelang. Harus ada jaminan, ada bukti keseriusan, ada penanggung jawab kalau-kalau cinta itu kandas sebelum resepsi digelar alias proyeknya mangkrak sebelum selesai.
Nah, inilah yang sedang diusung PT Jamkrindo Cabang Palembang. Mereka datang ke Pemkot Palembang dengan maksud mulia: bukan untuk pinjam kursi, tapi untuk menjamin kursi itu dipasang tepat waktu oleh kontraktor.
Dalam istilah teknisnya penjaminan kredit bagi UMKM, koperasi, dan kontraktor proyek fisik. Ini bukan pinjaman biasa, ini semacam “asuransi proyek” agar bila terjadi sesuatu, tidak langsung bubar jalan atau ganti plang “proyek tertunda karena alasan klasik.”
Palembang, seperti banyak kota lain, sudah kenyang dicekoki janji-janji proyek yang ujung-ujungnya jadi monumen setengah jadi. Masih ingat jalan setapak di Kelurahan A yang tinggal pasang paving tapi molor sampai musim durian? Atau taman kota yang katanya bisa bikin orang rileks tapi malah jadi tempat stres karena mangkrak dan jadi tempat nyamuk kongko?
Nah, penjaminan dari Jamkrindo ini ibarat rem tangan dan sabuk pengaman. Kalau proyek ngebut, bisa dikontrol. Kalau ada yang macet, bisa dibantu dorong, bukan langsung ditinggalin kaya mantan waktu lagi susah.
Pepatah bilang “Kalau takut ombak, jangan bangun warung di tepi pantai.” Tapi kalau sudah niat buka warung, ya harus punya pelampung.
Jamkrindo ini pelampungnya. Mereka nggak cuma menjamin duitnya, tapi juga prosesnya, dari awal sampai akhir. Jadi kontraktor gak bisa asal-asalan. Mau dapat jaminan? Ya harus lewat verifikasi yang ketat. Jadi bukan karena kenal camat atau pernah sekelas sama lurah, tapi karena benar-benar kompeten dan punya reputasi kerja yang oke.
Coba tengok Singapura negara kecil yang kalau di peta kalah gede dari Pulau Kemaro. Tapi proyeknya? Jarang mandek. Kenapa? Karena semua sistem dijamin. Mulai dari dana, SDM, sampai manajemen risiko.
Bahkan di Bandung, beberapa proyek UMKM yang dijamin pemerintah dan lembaga keuangan terbukti sukses naik kelas, dari jualan tahu bulat ke frozen food ekspor. Pemerintah Kota Palembang seharusnya menyambut ini bukan hanya dengan kopi dan senyum tipis, tapi juga dengan kerja nyata.
Kolaborasi strategis seperti ini bukan hanya untuk seremonial potong pita. Ini harus dimasukkan dalam sistem pembangunan daerah. Kalau bisa, semua proyek yang dikerjakan lewat APBD diberi opsi penjaminan seperti ini. Supaya tidak ada lagi cerita “Proyek ini belum selesai karena cuaca, dana belum cair, dan kontraktor kabur ke Lampung.”
Kerja sama antara PT Jamkrindo dan Pemkot Palembang adalah langkah maju, asal tidak cuma wacana dan foto-foto di ruang rapat ber-AC. Sudah saatnya pembangunan di kota ini dikawal dengan sistem yang kuat, bukan hanya dengan motivasi ala seminar.
Karena pembangunan itu seperti masak rendang perlu api kecil tapi konsisten, bukan semangat membara di awal lalu gosong di akhir.
Jadi, kalau Pemkot serius ingin Palembang melaju, jangan biarkan proyek-proyeknya jadi kenangan manis yang tak selesai. Gandeng penjaminan, kawal pelaksanaan, dan pastikan hasilnya nyata.
Kalau perlu, undang Jamkrindo tiap ada proyek baru, bukan cuma saat audiensi. Biar kontraktor-kontraktor yang main-main itu tahu zaman proyek asal jadi sudah selesai. Sekarang zamannya proyek dijamin, hasilnya mantap, rakyat pun senang.
Dan ingat, kata orang tua dulu “Kalau tidak bisa menjamin selesainya proyek, jangan berani mulai. Karena yang ditinggal bukan cuma bangunan, tapi harapan warga.”.[***]