Palembang Terkini

Gigi Sehat dari Bangku Sekolah, Kota Cerdas Dimulai dari Mulut yang Tak Mengeluh

ist

Sumselterkini.co.id, – Di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini, seringkali urusan gigi baru dianggap penting kalau sudah cenut-cenut dan pipi sebelah membengkak kayak bakpao direndam air panas. Padahal, pepatah lama sudah mengingatkan “sedia sikat gigi sebelum gigi menjerit”. Untunglah, Palembang mulai sadar sebelum terlambat.

Senin lalu, biasanya penuh kemalasan itu mendadak jadi harapan, RSUD BARI meluncurkan program “Dentist Goes To School”, alias Dokter Gigi Pergi ke Sekolah, di SD Islam Al Alifah, Jakabaring. Ini bagian dari program Palembang Sehat ala duet Wali Kota dan Wakilnya Ratu Dewa – Prima Salam (RD–PS), yang seolah-olah berkata, “Kalau ingin rakyat cerdas, jangan biarkan mereka mengunyah ide sambil sakit gigi”.

Sekda Palembang, Afrizal Hasyim, datang langsung ke lokasi, mungkin sambil membawa pasta gigi cadangan dan brosur tentang bahaya karang gigi. Beliau tegas ini bukan program yang cukup sekali tepuk tangan lalu lenyap seperti janji kampanye. Ini harus jadi agenda rutin, bukan cuma seremonial. Bagai mandi, gosok gigi pun harus rutin, bukan menunggu Lebaran.

Kalau bicara data, Palembang tidak main-main. Katanya, ada 56 persen anak di atas usia tiga tahun mengalami masalah gigi. Ya wajar, wong jajannya teh manis kental dan permen yang isinya pewarna dan gulat… eh gula.

Bayangkan seorang anak SD lagi belajar Matematika sambil meringis karena gerahamnya menjerit, tentu hasilnya bukan nilai bagus, tapi trauma pada angka. Inilah kenapa Dentist Goes To School bukan sekadar periksa gigi, tapi menyelamatkan masa depan. Gigi yang sehat adalah fondasi otak yang tenang. Pepatah baru Belajar tak akan masuk ke otak jika gusi sedang berdarah-darah.

Tentu kita tak mau program ini bernasib seperti brosur kesehatan yang hanya ramai di rak Puskesmas saat lomba kebersihan kampung, harus ada sistem, koordinasi, dan kalender kerja. Jangan seperti kencan buta datang tak tentu, pulang membawa rasa kecewa.

Contohlah Finlandia, negara yang sukses membuat anak-anaknya bebas karies karena pendidikan kesehatan gigi dimulai sejak TK. Di sana, dokter gigi bukan ditakuti, tapi ditunggu. Mereka datang rutin, membawa poster kartun dan hadiah sikat gigi lucu, bukan sekadar bor dan bau eugenol. Sementara di Jepang, anak SD sudah diajari cara flossing yang benar, bukan cuma dibilang “sikat gigi itu penting” lalu ditinggal.

Dan jangan lupa kota Yogyakarta, yang pernah menggandeng mahasiswa kedokteran gigi UGM untuk program keliling sekolah, bukan cuma edukasi, tapi ada pemeriksaan dan pencatatan data riil. Ini bisa ditiru anak Palembang bisa senyum manis tanpa takut kena copot gratisan.

Satu saran sederhana tapi sering dilupakan jangan hanya ajari cara sikat gigi, tapi juga kapan waktunya, karena kalau anak-anak disuruh gosok gigi sesudah makan siang padahal pulangnya jam 10 pagi, ya itu bukan edukasi, tapi prank kesehatan.

Libatkan guru, jadikan pendidikan gigi bagian dari kurikulum harian bahkan kalau perlu, masukkan di pelajaran PKN. “Menjaga kesehatan gigi adalah bentuk bela negara melawan bakteri streptococcus!”. Jangan segan kerjasama dengan pihak swasta, industri pasta gigi itu banyak, sponsor tinggal dikejar. Yang penting, anak-anak kita bisa buka mulut dengan bangga, bukan dengan rasa nyut-nyut.

Kota yang ingin maju harus mulai dari dasar dan dasar itu bukan hanya infrastruktur, tapi juga kesehatan anak-anaknya. Jika masa depan Palembang ada di tangan anak-anak hari ini, maka jangan biarkan mereka mengunyah impian dengan gigi yang penuh tambalan.

Pepatah boleh kita reka “Lebih baik gosok gigi setiap hari, daripada gosok dompet karena ke dokter gigi”. Jadi, dokter Gigi ke Sekolah jangan cuma jadi jargon, biar anak-anak kita, ketika tertawa, bukan sambil menahan nyeri. Tapi sambil bilang “Palembang, kito ini sehat… dari gigi sampai hati!”.[***]

Terpopuler

To Top