Sumselterkini.co.id,- Di Palembang, tempat pempek lebih sering jadi rebutan ketimbang rumah, ada seonggok harapan baru di tengah bukit. Tepatnya di Kecamatan Bukit Kecil, yang namanya kecil tapi masalahnya kadang besar kayak gentong bocor. Rumah Susun (rusun) yang berdiri di lahan 12 hektar itu, tadinya mirip film lama: banyak episode, minim perawatan, dan ending-nya selalu bocor pas hujan deras.
Namun, era baru datang bersama pasangan serasi Wali Kota Ratu Dewa dan Wakil Wali Kota Prima Salam. Duet ini seperti Mi Ayam dan Es Teh, beda rasa tapi saling melengkapi.
Saat audiensi dengan Dirjen Perumahan Perkotaan dari Kementerian PUPR (bukan Kementerian Penyulap Rumah), komitmen diluncurkan rusun di Bukit Kecil harus berubah jadi hunian layak, bernilai ekonomi, bahkan bisa jadi ladang cuan.
“Kita ingin menjadikan rusun ini komersial dan layak huni, bukan cuma layak kasihan,” ujar Prima Salam sambil menepuk dada bukan karena sesak, tapi karena semangat, kemarin.
Sayangnya, ibarat ingin masak rendang tapi belum punya daging, Pemkot belum bisa menggelontorkan anggaran. Soalnya rusun masih dikelola PT Perumnas, alias di bawah BUMN, bukan APBD. Jadi, bantuan dana dari kota masih nyangkut di simpang lima regulasi.
Sambil menunggu payung hukum turun, Pemkot Palembang memilih untuk menyapu dan nyodok dulu. Parit-parit yang tadinya buntu dibongkar kayak hubungan yang penuh ghosting, dan sampah-sampah diangkut ke TPA, bukan Taman Penuh Angan, tapi Tempat Pembuangan Akhir. “Biar nggak bau kampanye,” celetuk warga sambil nyengir.
Lalu masuklah program nasional yang namanya sudah bikin dada bergetar Program Gebrak, Gerakan Benerin Rumah Agar Layak, sekuel dari impian Presiden Prabowo untuk menggaet 3 juta rumah ke dalam pelukannya. Bukan peluk romantis, tapi peluk pembangunan.“Ini Gebrak, bukan gubrak! Biar warga yang selama ini tinggal numpang sama kelelawar bisa hidup lebih manusiawi,” ujar Prima Salam, yang tampaknya sudah lulus dari Akademi Dagelan Nasional.
Program ini seperti bumbu rendang makin lama makin meresap. Selain Palembang, kota lain juga mulai unjuk gigi. Surabaya punya Kampung Lawas Maspati yang disulap dari kumuh jadi cakep. Bandung punya rusun Cingised yang estetik ala-ala drama Korea. Bahkan di Singapura, flat HDB yang dulu disangka rusun sederhana, sekarang malah jadi primadona Instagram.
Jadi, tidak ada alasan Palembang kalah kelas. Bila perlu, rusun Bukit Kecil suatu hari bisa jadi Bukit Instagramable, dengan cat warna pastel dan balkon buat jemur cita-cita.
Orang tua bilang, “Jangan tunggu ayam berkokok baru cuci kaki.” Artinya, jangan nunggu bantuan turun baru bergerak. Nah, Pemkot Palembang tampaknya sudah duluan mengelap kaca jendela masa depan.
Dan begini kesimpulannya, Saudara-saudara sekota kalau rumah tangga saja bisa dibenerin lewat konseling, rumah susun mestinya bisa dibenerin lewat komitmen dan Gebrak Presiden. Karena tempat tinggal bukan soal dinding dan atap, tapi soal martabat yang tak boleh buntu seperti parit.[***]