KALAU dulu, orang tua cuma modal doa dan minyak kayu putih buat memastikan anaknya tumbuh sehat, sekarang zamannya udah beda. Anak-anak zaman now bukan cuma perlu imunisasi, tapi juga pantauan tumbuh kembang yang lebih canggih dari fitur kamera iPhone terbaru. Untungnya, Palembang sekarang punya jurus pamungkas bernama ASTERKUMBANG, bukan nama serangga dari Planet Bekasi, tapi akronim dari Asuh Terpadu Tumbuh Kembang, program kece buatan RS Permata Palembang.
Ya, ASTERKUMBANG ini ibarat paket hemat rumah makan Padang, komplit, mengenyangkan, dan bikin senang, mulai dari dokter spesialis anak, konselor laktasi, terapis wicara, sampai dokter rehabilitasi, semuanya ada. Lengkap bak pemain sinetron keluarga besar yang muncul di episode Lebaran bahkan ada juga dokter umum yang tersertifikasi sebagai konselor laktasi. Saya yang nulis ini saja belum tersertifikasi sebagai penulis konsisten.
Kata orang tua bijak, “Kalau mau lihat masa depan bangsa, tengok dulu anak-anaknya”. Tapi kalau anaknya lagi pilek dan batuk terus, masa depan jadi burem. Nah, ASTERKUMBANG ini hadir untuk menjernihkan masa depan itu. Ini bukan sekadar layanan medis, tapi bentuk cinta pertama (dan semoga bukan yang terakhir) dari rumah sakit ke anak-anak Palembang.
Putri Azizah Prima Salam, Staf Ahli TP PKK Kota Palembang sekaligus Wakil Wali Kota yang namanya udah mirip penyanyi jazz, bilang kalau ini adalah program yang selaras dengan visi-misi wali kota, memang, program ini bukan sekadar cocok, tapi serasi bak pasangan di pelaminan. Pemerintah punya program, rumah sakit punya aksi. Klop!
Yang paling membahagiakan adalah wacana kolaborasi antara RS Permata dan TP PKK. Kalau beneran jalan, bisa jadi duet maut yang lebih keren dari BTS dan Coldplay. Soalnya, TP PKK udah lama jadi garda depan urusan keluarga, dari demo masak di posyandu sampai menghidupkan arisan RT, mereka gandeng rumah sakit, hasilnya pasti bukan cuma anak sehat, tapi juga ibu-ibu bahagia karena merasa didukung, bukan cuma disuruh sabar.
Namun ya, walau program ini terdengar kinclong dan menjanjikan, jangan lupa, bagusnya layanan itu tetap harus merata. Jangan sampai ASTERKUMBANG ini cuma terbang dan hinggap di lingkungan elite doang, sementara di pinggiran kota cuma dapat brosur doang. Jangan sampai juga program ini hanya rame saat launching, tapi lenyap kayak gebetan ghosting.
Dan satu lagi edukasi juga penting, percuma ada terapi wicara kalau orang tua masih nganggep anak lambat bicara itu “biasa, nanti juga nyusul”, kalau nyusulnya 15 tahun lagi? anak udah mau KKN baru ngomong “mama”.
Program ASTERKUMBANG ini ibarat ojek online pertama di kampung, kalau bisa jalan mulus, semua bakal terbantu. Anak sehat, ibu tenang, negara senang, tinggal PR-nya sekarang, gimana supaya program ini bisa nempel di masyarakat, bukan sekadar numpang lewat kayak iklan sabun di YouTube.
Dan semoga kelak, Palembang bisa panen generasi emas yang tumbuh bukan karena kebetulan, tapi karena pendampingan, karena seperti kata pepatah nenek-nenek bijak “Anak itu bukan karet gelang, bisa mulur sendiri. Tapi kalau dipandu, bisa melenting ke masa depan”.
ASTERKUMBANG, lanjutkan terbangmu! Tapi ingat, jangan terbang terlalu tinggi sampai lupa mendarat di hati rakyat.[***]