BICARA soal ekonomi kreatif otomotif, orang sering bayangannya langsung ke pabrik gede, mesin berisik, dan bos berkacamata tebal yang sibuk menghitung laba. Padahal, dunia otomotif itu nggak sesempit ban sepeda motor Supra 125. Ada sektor lain yang justru jadi ladang basah aftermarket otomotif.
Aftermarket ini bukan pasar kaget atau lapak yang jual barang obralan bekas. Aftermarket otomotif artinya semua produk tambahan di luar motor itu sendiri, mulai dari sparepart, apparel, aksesoris, sampai stiker tengkorak yang biasanya ditempel di helm biar kelihatan sangar. Nah, di sinilah UKM bisa jadi bintang.
Coba kita tengok Jepang, negeri Sakura itu bukan cuma jago bikin anime dan sushi, tapi juga melahirkan bengkel kecil yang produknya diincar dunia. Ada bengkel modifikasi di Shizuoka, misalnya, yang cuma diawali tiga orang teknisi kurus berambut gondrong. Mereka bikin knalpot kustom, dan tahu-tahu produk mereka dipakai di ajang balap Internasional, dari garasi sempit, bisa mendunia.
Pertanyaannya kenapa di Indonesia nggak bisa? Wong tukang las di kampung aja kalau disuruh bikin raket nyamuk bisa, apalagi bikin bracket lampu motor. Masalahnya bukan soal kemampuan, tapi soal akses pasar dan branding. Nah, di sinilah peran komunitas macam Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) jadi penting.
Biasanya, biker Harley itu kalau nongkrong, seragamnya khas jaket kulit impor, sepatu buatan Eropa, helm branded harga sebiji bisa buat DP rumah subsidi. Tapi bayangkan kalau HDCI masuk ke kampanye produk UKM aftermarket otomotif. Tiba-tiba, jaket kulit yang dipakai bikers bukan lagi buatan Italia, tapi hasil karya penjahit Cibaduyut. Helmnya produksi lokal yang desainnya nggak kalah futuristis. Dan siapa tahu, kunci motornya pakai gantungan buatan UMKM Tasikmalaya.
Itu bukan sekadar penjualan, tapi kebanggaan nasional, pepatah Jawa bilang, “Ajining diri saka lathi, ajining bangsa saka karyane”. Harga diri bangsa itu ada di karyanya, kalau biker tajir bisa percaya diri pakai produk lokal, otomatis citra UKM naik kelas.
Selama ini, UKM sering dianggap cuma pengekor pabrikan besar, pabrik bikin motor, UKM paling banter bikin variasi spion model kupu-kupu atau knalpot bersuara ala konser dangdut. Padahal, kalau serius, UKM bisa jadi penggerak inovasi aftermarket otomotif.
Misalnya, bikin helm dengan teknologi pendingin biar kepala nggak sumpek pas riding di jalan macet Jakarta. Atau jaket dengan GPS tracker yang bisa nyari biker kalau nyasar di pelosok. Ide-ide gila begini biasanya muncul dari UKM, bukan dari korporasi besar yang sibuk rapat strategi.
Bahkan, UKM juga bisa main di pasar eco aftermarket, bayangin kalau ada bengkel lokal yang bikin pelapis jok motor dari bahan daur ulang botol plastik. Selain ramah lingkungan, juga bisa bikin biker merasa sedang menyelamatkan dunia sambil ngebut di jalan tol.
Di sinilah peran HDCI jadi ibarat jalan tol buat UKM, ribuan anggota dengan daya beli tinggi, gaya hidup otomotif yang kental, serta gengsi sosial yang melekat, bisa jadi media promosi paling efektif. Kalau satu anggota HDCI pakai sarung tangan produk UKM, bisa jadi tren. Lama-lama, bukan cuma komunitas motor gede, tapi masyarakat umum ikut latah.
Kalau nanti ada HDCI Store yang khusus menjual produk aftermarket otomotif buatan UKM. Itu seperti official store di mal, tapi versi biker. Dari knalpot custom sampai kaos riding, semuanya karya anak bangsa. Kalau tren ini jalan, ekonomi kreatif otomotif kita bisa meroket, dan UKM nggak lagi jadi pengikut, tapi pemain utama.
Jangan salah, dunia aftermarket ini juga penuh humor, saya pernah lihat spion motor yang bentuknya tangan robot ala Transformer. Ada juga helm dengan lampu LED yang bisa nyala-nyala, kayak pohon natal berjalan. Kreativitas UKM memang kadang kelewat liar. Tapi bukankah itu yang bikin seru? Kalau semua produk terlalu kaku, dunia otomotif bisa terasa hambar, kayak mi instan tanpa bumbu.
Pepatah modern bilang “Innovation often comes from the garage”. Inovasi besar sering lahir dari garasi kecil, dan di Indonesia, garasi itu banyak. Tinggal bagaimana caranya menghubungkan garasi kecil UKM dengan jalan raya pasar yang luas.
Kerja sama Kementerian UMKM dan HDCI ini ibarat menyalakan mesin motor gede yang lama dipanaskan. Tenaganya ada, potensinya besar, tinggal ditarik gas. Dunia aftermarket otomotif adalah peluang emas untuk UKM masuk ke level lebih tinggi. Dari sekadar pemain pinggiran, bisa jadi ikon ekonomi kreatif otomotif nasional.
Oleh sebab itu, jangan remehkan karya anak bangsa, kalau knalpot lokal bisa bikin motor meraung gagah, kenapa kita masih malu? Mari gaspol pakai produk sendiri. Karena, seperti kata pepatah biker “Life is too short for boring rides, and too precious for imported pride”.[***]