STADION Serasan Sekate bakal panas, tapi bukan karena bara api, melainkan karena ribuan penonton yang siap sorak-sorai, coba bayangkan aja, mereka datang bagaikan semut berkumpul di gula, siap menyaksikan Pembukaan Porprov XV Sumsel 2025.
Tapi tunggu dulu… sebelum penonton ribut, ada yang sudah panaskan mesin duluan, mereka itu tim dari Polda Sumsel beserta tim lintas sektor. Sabtu pagi (18/10), mereka nggak cuma sarapan kopi atau ngegosip ringan soal cuaca. Mereka langsung meneken Berita Acara Risk Assessment, dokumen sakti untuk memastikan stadion nggak berubah jadi arena sirkus tanpa aturan.
Yang tanda tangan siapa aja? Ada AKBP Edy Nugroho, S.E., Kadispopar Muba Drs. M. Fariz, plus perwakilan Dinas Kesehatan, PLN, Dinas Perkim, EO, dan lainnya.
Kalau ini tim sepak bola, Edy kiper keamanan, Fariz gelandang strategi, PLN striker listrik, Dinas Kesehatan striker P3K. Semua posisi lengkap, siap menjaga agar Porprov tetap aman, rapi, dan nggak bikin kepala pusing.
Begitu tinta kering, rombongan langsung tancap gas ke stadion, tapi jangan bayangkan mereka datang buat selfie atau gladi bersih defile. Mereka langsung gelar simulasi penguraian penonton pasca defile. Kalau bahasa anak jaman sekarang “biar nggak ada antrean manusia yang bikin ribut dan panik,”
Simulasi ini seru banget, ada polisi yang berdiri kayak patung lampu lalu lintas, dan petugas pun kayak sutradara drama Korea, teriak sana sini biar penonton nggak nyasar. Ada juga yang sengaja lambat supaya bisa selfie dulu, tapi semua diarahkan dengan sabar. Tujuannya jelas yakni ramai boleh, aman wajib, lucu bonus.
Kadispopar Muba, M. Fariz, bilang persiapan ini bukan kerja semalam. “Kalau persiapan cuma sehari, stadion bisa kayak mie instan soggy. Tapi ini sudah diracik sejak tahun lalu, biar enak rasanya dan aman juga,” katanya sambil senyum-senyum.
Sementara itu, AKBP Edy Nugroho menambahkan, kerja sendiri itu kayak maraton pakai sepatu roda di pasir, susah, ribet, dan rawan jatuh. Tapi kalau lintas sektor kerja bareng, semua bisa lari cepet, selamat, dan penonton tetap aman. Pepatah versi Polda? “Bersatu kita teguh, bercerai kita nyasar di parkiran stadion”.
Kalau kita lihat lebih detil, risk assessment mereka super detail, antara lain infrastruktur Stadion, venue lomba, listrik, air bersih. Bayangin kalau tiba-tiba listrik mati, penonton bisa joget sendiri kayak lampu disko mati lampu chaos total!
Pengamanan fisik & personel, yakni pintu masuk, jalur VIP, posisi strategis petugas. Nggak ada yang bisa nyelonong sambil bawa kue ulang tahun raksasa.
Keselamatan, jalur evakuasi, pos P3K, prosedur tanggap darurat. Kalau ada penonton pingsan, langsung ada tim datang, bukan cuma bilang, “Sabar ya, popcornnya habis dulu”
Komunikasi & informasi, maksudnya semua koordinasi petugas rapi, info cepat tersampaikan, jadi kalau ada info dadakan, misalnya lupa bawa tiket tapi mau nonton, bisa langsung diarahkan.
Simulasi penguraian ini seperti koreografi tarian massal, tapi versi realistis. Salah jalur ditegur polisi, nyasar ke tribun VIP ditarik EO, dan ada yang sengaja lambat biar selfie dulu. Tapi semuanya tertib, aman, dan lucu.
Bupati Muba, H.M. Toha Tohet, melalui Fariz, menegaskan Porprov ini bukan cuma soal olahraga, tapi kebersamaan, sinergi, dan tanggung jawab. Pepatah modifikasinya: “Kalau mau jalan jauh, jangan lupa bawa peta dan teman yang ngerti jalan”.
Akhirnya, semua tersenyum lega. Stadion siap menyambut lautan penonton, ribut, tapi tetap teratur, aman, dan penuh tawa. Moralnya sederhana, yakni persiapan matang, kerja sama solid, dan sedikit humor bikin event besar sukses tanpa drama.
Jadi, ketika penonton datang, stadion nggak cuma penuh atlet dan supporter. Tapi penuh tawa, rasa aman, dan kenangan lucu yang bisa diceritain lagi sambil ngakak.
Dan pepatah terakhir versi Porprov “Kalau mau ramai tapi aman, bikin rencana, latihan, dan jangan lupa senyum”.[***]