BIASANYA kabupaten lain kirim atlet ke Porprov, Musi Banyuasin (Muba) kayaknya kirim “pasukan olahraga”, bukan main, totalnya 914 orang!, wah..jumlah segitu kalau dikumpulkan di lapangan, bisa bikin drone bingung mau motret siapa dulu.
Hari Rabu (15/10/2025), Pendopoan Griya Bumi Serasan Sekate mendadak berubah jadi markas komando. Bupati Muba H. M. Toha Tohet SH dan Wakil Bupati Kyai Rohman berdiri tegak di depan ratusan atlet berseragam olahraga. Udara pagi masih sejuk, tapi semangat sudah panas level sambal lado hijau.
“Tidak ada kamus kalah bagi atlet Muba!, Kita harus tunjukkan semangat petarung!”, teriak Bupati Toha, dengan suara yang bisa bikin tiang bendera ikut berdiri tegak.
Yang hadir langsung tepuk tangan heboh, ada yang semangat, ada juga yang kelihatan kaget, kirain ada lomba yel-yel dadakan.
Dari total 914 anggota kontingen, 372 atlet putra dan 322 putri siap berlaga di 34 cabang olahraga. Ditambah 120 pelatih, 60 ofisial, dan 34 manajer yang siap komando, jika dikumpulkan semua, bisa bikin satu upacara sendiri di alun-alun Sekayu.
Bupati Toha sadar, memimpin kontingen sebesar itu bukan perkara gampang, tapi beliau yakin, kalau hati satu dan semangat nyatu, semua bisa dilibas.
“Yang penting koordinasi lancar, jangan ada drama di lapangan, kalau ada masalah, selesaikan cepat, bijak, dan tanpa TikTok-an!” katanya disambut tawa pejabat.
Tak lupa, ia pesan supaya para kepala dinas dan camat yang ikut mendampingi jangan cuma datang buat foto bareng atlet, tapi juga bantu urusan logistik. “Pokoknya, pejabat itu sekarang jadi tim servis untuk melayani atlet, bukan dilayani!”, ujarnya.
Hebat, baru kali ini pejabat disuruh jadi crew atlet, kalau perlu, nanti camat pun siap gantiin ban motor atlet yang bocor demi sukses prestasi.
Muba nggak cuma modal semangat, pemerintah juga udah siapkan bonus bagi atlet dan pelatih berprestasi. Ini bukan rumor, tapi motivasi paling manjur setelah kopi hitam.
“Persiapan udah matang, latihan udah jalan, logistik aman, bonus disiapkan, jadi kalau masih kalah, mungkin karena kebanyakan main Mobile Legends,” celetuk salah satu pelatih sambil ngakak.
Selain bonus, ada juga suplai energi paling penting: nasi bungkus, jangan remehkan kekuatan nasi bungkus. Dalam dunia olahraga, itu kayak power bank buat tubuh.
“Atlet lapar bisa lemas, tapi atlet kenyang bisa tanding sambil nyengir,” kata seorang ofisial yang tampak serius tapi perutnya bunyi duluan.
Porprov ke-15 Sumsel tahun ini memang spesial, selain jadi ajang unjuk gigi atlet, juga bisa dibilang “reuni pejabat” se-Muba. Mulai dari kepala dinas sampai camat, semua turun gunung.
Sekilas suasananya mirip acara reuni SMA, namun bedanya, yang satu pakai jersey, bukan batik. Para pejabat keliling lapangan sambil bawa clipboard, kayak wasit cadangan.
“Tahun ini bukan cuma atlet yang tanding, pejabat juga tanding sabar,” seloroh salah satu panitia sambil ngelap keringat.
Ketua KONI Muba, Marjoni SE, menegaskan tekad kuat. “Boleh menang kalah jangan!, karena semangat kami adalah semangat petarung!”.
Kalimat itu langsung jadi semacam mantra sakti, beberapa atlet bahkan bilang, kalau diteriakkan sebelum tanding, efeknya bisa ngalahin minum suplemen energi.
“Semangat petarung itu bukan cuma soal otot, tapi soal hati, kalau niatnya kuat, lawan pun bisa bingung sendiri,” kata seorang atlet taekwondo sambil ngelap peluh, padahal belum tanding.
Mulai 18–31 Oktober 2025 nanti, Sekayu bakal jadi kota paling berotot di Sumsel, semua penginapan penuh, UMKM bersiap panen, dan warga siap jadi suporter dadakan. Warung kopi buka sampai tengah malam, penjual pempek siap naik kelas jadi sponsor energi lokal.
Oleh karena itu, Sekayu bukan cuma jadi tuan rumah Porprov, tapi juga tuan rumah semangat. Kota ini bakal hidup 24 jam penuh tawa, teriakan, dan aroma keringat kemenangan.
Pepatah bilang, “Di mana bumi dipijak, di situ semangat dipompa”, artinya, di mana pun kita bertanding, semangat harus tetap menyala, meski lapangan licin atau lawan berotot kayak Hulk.
Dari Muba, kita belajar bahwa semangat juang bukan cuma di ring tinju, tapi juga di meja rapat, di lintasan, dan di hati yang nggak mau menyerah.
Porprov kali ini bukan cuma soal medali, tapi soal harga diri dan persaudaraan, kalau Muba menang, itu wajar. Kalau kalah, ya… mungkin cuma salah sepatu.
Yang jelas, dengan semangat petarung yang sudah ditanam Bupati Toha dan seluruh tim, Muba siap jadi legenda Porprov 2025.
Karena di Muba, tak ada istilah menyerah, yang ada cuma dua pilihan, yakni menang, atau menang sambil senyum.[***]