Olahraga & Otomotif

Jambore, Land Cruiser, Jalan Raya & Otak yang Tetap Waras!

ist

KAMIS kemarin, suasana di halaman Griya Agung Palembang berubah drastis, bukan karena ada demo emak-emak rebutan minyak goreng subsidi, tapi karena barisan mobil tangguh Toyota Land Cruiser sudah mengular seperti ular piton habis makan sapi.

Anggota Toyota Land Cruiser Indonesia (TLCI) Chapter 22 Palembang tampak gagah berseragam lengkap, bersiap konvoi ke Jambore Nasional di Bandung, Jawa Barat.

Acara pelepasan ini juga nggak main-main. Yang lepas bukan tukang parkir, tapi langsung Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Lengkap dengan sambutan khas pejabat formal, penuh harapan, dan sedikit bumbu nasionalisme. Tapi di balik pidato itu, terselip pesan yang perlu kita kunyah bareng-bareng menjadi duta keselamatan berkendara di jalan raya.

Ketua TLCI Chapter 22, Benny Wijaya, menyampaikan bahwa anggota TLCI sangat kompak dan akan berkendara perlahan demi keselamatan, sebuah pernyataan yang indah, seindah harapan jomblo pada chat yang tak kunjung dibalas.

Tapi kalimat itu penting, karena kita hidup di negara di mana lampu merah sering dianggap saran, bukan perintah, dan jalan raya kadang diperlakukan seperti panggung catwalk, siapa yang paling ngebut, dia yang paling kece. Padahal dalam berkendara, yang kece itu bukan yang duluan nyampe, tapi yang selamat nyampe tanpa nyerempet ibu-ibu naik motor bawa galon dan anak kecil.

Asa gubernur, agar TLCI menjadi duta keselamatan berkendara patut disambut dengan tepuk tangan, bukan klakson lima detik di belakang truk mogok.

Kita semua paham, Land Cruiser bukan kendaraan sembarangan, itu mobil tangguh yang bisa ngelewatin sungai, lumpur, bahkan hati mantan yang beku. Tapi sayangnya, ada kecenderungan beberapa komunitas otomotif menjadikan konvoi sebagai ajang pamer keangkuhan. Jalan umum dijadikan sirkuit, zebra cross jadi garis start, dan kadang ambulans pun disalip sambil nyalip akhlak.

Di sinilah TLCI punya peran besar,  kalau konvoi bisa dilakukan tertib, sopan, tidak mengganggu pengguna jalan lain, maka TLCI bisa jadi “influencer jalan raya” versi nyata, karena  udah terlalu kenyang sama konten TikTok yang ngajarin nyetir pakai gaya ‘drift hati-hati’.

Gubernur Herman Deru juga sempat menyampaikan harapan agar Sumsel bisa menjadi tuan rumah Jambore Nasional berikutnya, bukan sekadar harapan, tapi peluang ekonomi dan pariwisata. Ribuan peserta datang, penginapan penuh, pedagang durian laku keras, bahkan tambal ban bisa buka cabang di sebelah bank.

Tapi jangan sampai jambore jadi ajang “selfie nasional” tanpa kontribusi nyata. Harus ada edukasi publik, bakti sosial, penyuluhan keselamatan berkendara, bahkan mungkin lomba “Ngebut Pakai Otak” untuk mengedukasi masyarakat. Kalau cuma muter-muter dan ngegas rame-rame, mending ikut karnaval Agustusan sekalian bawa bendera.

Kita tidak anti konvoi atau komunitas mobil, tapi kita ingin mengingatkan bahwa prestise bukan soal harga mobil, tapi soal etika. Di jalan raya, semua sama, mau pakai Avanza, Land Cruiser, atau sepeda ontel, kalau sopan ya tetap dihargai.

Konvoi boleh, asal jangan memonopoli jalan, tertib itu keren, ngasih jalan ke ambulans itu maskulin. Ngerem pas zebra cross itu elegan. Jangan sampai jalanan jadi tempat pelampiasan adrenalin, karena keselamatan bukan urusan komunitas, tapi kemanusiaan.

Land Cruiser bisa jadi simbol kekuatan, tapi kekuatan tanpa empati itu kayak klakson di tengah kuburan, nggak ada gunanya. TLCI punya potensi besar jadi pelopor tertib lalu lintas, bahkan bisa bantu edukasi publik. Apalagi kalau Jambore Nasional diadakan di Palembang, bisa jadi ajang branding pariwisata Sumsel yang lebih manis dari pempek cuko kental.

Pesannya mau ngebut, pastikan otak lebih cepat dari kaki, karena dalam hidup, seperti dalam berkendara, yang penting bukan siapa cepat sampai… tapi siapa yang masih utuh nyampe dengan senyum lebar dan ban tidak lepas.

Kepada para anggota TLCI Chapter 22, selamat menempuh perjalanan ke Bandung, jangan lupa jaga mesin, jaga rem, jaga mulut, dan jaga sikap. Kalau capek, istirahat, kalau lapar, makan, kalau ngantuk, jangan ngaku kuat, nanti bisa bablas ke sawah dan disangka traktor wisata.

Ingat kata pepatah modern “Lebih baik terlambat di Bandung daripada cepat di kuburan”. Semoga jambore kali ini bukan cuma ajang seru-seruan, tapi juga jadi momentum bahwa di jalan raya, yang paling keren itu bukan mobilnya, tapi kelakuannya.
Gas terus, bro, asal jangan lupa injak kopling akhlak.[***]

Terpopuler

To Top