DI LAYAR bioskop, seekor badak imut bernama Riki tiba-tiba muncul, menabrak rutinitas sehari-hari dengan aksi kocak dan misi mulia menyelamatkan burung-burung langka Indonesia. Dengan langkah lincah dan tingkah lucu, Riki mengajak penonton menelusuri hutan-hutan tropis, menguak keindahan alam sekaligus mengingatkan kita bahwa menjaga satwa langka adalah tanggung jawab bersama, dari sini lahir ide cemerlang film animasi bisa menjadi gerbang utama untuk mengenalkan wisata satwa dan alam Indonesia kepada dunia.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf), Irene Umar, menegaskan subsektor animasi kini bukan cuma hiburan, tapi juga motor pertumbuhan ekonomi kreatif.
Bayangkan saja, satu film animasi lokal bisa membuka peluang pekerjaan, mempromosikan budaya, hingga meningkatkan minat wisatawan untuk melihat alam Indonesia secara langsung. Kalau kata pepatah, “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui” Riki Rhino 2 seakan mendayung sekalian mempromosikan alam, edukasi, dan ekonomi kreatif.
Film ini, Riki Rhino 2: The Bird Kingdom, mengangkat satwa langka Indonesia sebagai karakter utama. Tidak hanya memberi hiburan, tapi juga menyisipkan misi edukasi pelestarian lingkungan. Misalnya, ketika Riki beradu mulut dengan burung-burung cerdik, penonton anak-anak (dan dewasa yang masih anak-anak di hati) belajar bahwa setiap makhluk punya peran penting di ekosistem. Dari sudut pandang pariwisata, ini seperti memberi peta rahasia, kalau ingin lihat burung-burung cantik itu nyata, kamu harus datang ke habitat aslinya di Indonesia.
Kocaknya, Riki dan kawan-kawannya kadang bikin penonton ketawa sampai popcorn tercecer, bayangkan seekor badak bergaya balet mengejar burung hantu yang sok bijak. Humor ini bukan sekadar lucu-lucuan.
Film animasi populer dunia sudah membuktikan Disney bikin Norwegia terkenal karena Frozen, Hayao Miyazaki bikin Jepang makin dicari karena Spirited Away. Indonesia pun bisa meniru strategi ini menjadikan film animasi sebagai alat branding wisata satwa dan alam.
Dari sisi ekonomi kreatif, Direktur PT Putra Sentosa Karya Gemilang, Jony Yuwono, menegaskan bahwa seluruh produksi dilakukan oleh talenta lokal. Ini seperti pepatah lama, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Talenta Indonesia diangkat, dipromosikan, dan dihargai di mata dunia.
Oleh karena itu, sinergi antara film, merchandise, dan destinasi wisata bisa jadi strategi IP-based tourism yang win-win, seperti anak-anak terhibur, orang tua teredukasi, dan destinasi alam Indonesia makin dikenal.
Selain itu, juga bisa jadi peluang kolaborasi antara taman satwa, hutan lindung, dan ekowisata bisa memanfaatkan karakter Riki Rhino sebagai maskot.
Bahkan bisa bikin paket wisata tematik, event edukasi, sampai merchandise yang membuat pengalaman wisata lebih menyenangkan. Misalnya, “Riki Rhino Adventure Trail” di Taman Nasional Ujung Kulon atau paket bird-watching di Taman Nasional Bali Barat. Sekali lagi, kata pepatah “Sekali layar dibuka, seribu pemandangan tersingkap”.
Selain itu, promosi kreatif juga penting, menempatkan karakter animasi di ruang publik mall, bioskop, kafe, hingga media sosial membuat film ini bukan sekadar tontonan, tapi fenomena wisata.
Penonton bukan hanya ingin menonton di layar, tapi ingin mengalami langsung habitat satwa yang mereka lihat di film. Ini adalah contoh nyata bagaimana film bisa menjadi pintu masuk ke pengalaman pariwisata nyata, bukan sekadar hiburan pasif.
Dari sisi lain Riki Rhino 2 mengajarkan menjaga alam dan satwa langka bukan tugas pemerintah saja, tapi tanggung jawab kita semua. Jika badak bisa bicara di layar, kenapa kita tidak bisa beraksi di dunia nyata?. Humor dan cerita lucu Riki menjadi cara efektif menanamkan kesadaran konservasi sejak dini sehingga menunjukkan bahwa pendekatan edukatif melalui animasi lebih mudah diterima anak-anak dan keluarga, dibandingkan metode kampanye konservasi tradisional yang kadang terlalu serius.
Riki Rhino 2 bukan sekadar film animasi, dia adalah jembatan kreatif antara hiburan, edukasi, dan pariwisata. Strategi IP-based tourism ini membuka peluang besar untuk mempromosikan alam Indonesia, mengedukasi masyarakat, dan memperkuat ekonomi kreatif lokal.
Jadi, sebelum Riki benar-benar menyeberang ke bioskop tahun 2026, bagaimana badak lucu ini bisa menjadi ikon wisata Indonesia yang dikenal dunia. Siapkan popcorn, siapkan tawa, tapi jangan lupa juga siapkan sepatu trekking, karena setelah menonton, alam Indonesia menunggu untuk dijelajahi!.[***]