Nasional

Menurut Survei, Pemasangan Baliho dan Spanduk Menjadi Jenis Kampanye yang Paling Tidak Disukai Masyarakat

ist

 

Sumselterkini.co.id,  – Masyarakat Indonesia sedang diramaikan dengan aktivitas kampanye di berbagai tempat dan media menjelang pemilu mendatang. Mulai dari pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR RI, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, dan anggota DPD.

 

Jakpat mengadakan survei dengan 1276 responden untuk mengetahui perspektif masyarakat terhadap aktivitas kampanye saat ini. Selain itu, survei ini juga bertujuan untuk mengetahui preferensi politik responden secara netral tanpa memiliki asosiasi atau mendukung partai politik tertentu.

 

Hasil survei menunjukkan 74% responden mengaku mengikuti perkembangan kampanye saat ini. Lalu, mayoritas dari responden juga memperlihatkan ketertarikan mereka terhadap kampanye politik yang sedang berlangsung, dengan 68% Gen Z, 65% Milenial, dan 61% Gen X yang menunjukkan ketertarikan. 

 

Lebih lanjut, 70% responden memilih ingin mengetahui kualitas dari para kandidat menjadi alasan pertama ketertarikan mereka terhadap kampanye saat ini, diikuti oleh 55% ingin mendapatkan insight/referensi/pandangan untuk meyakinkan pilihan, dan 53% responden yang memilih sebagai aksi nyata dalam mendukung kemajuan bangsa Indonesia. 

 

Bagi mereka yang tidak tertarik dengan kampanye menunjukkan 41% responden memilih jika mereka tidak mau ambil pusing, lalu 39% tidak suka dengan hal yang berkaitan dengan isu politik, dan 30% responden mengaku banyak informasi atau berita negatif yang melibatkan oknum pemerintahan menjadi alasan ketidaktertarikan mereka terhadap kampanye politik saat ini. 

 

Jenis Kampanye yang Disukai dan Tidak Disukai 

Kegiatan sosial menjadi jenis kampanye pertama yang disukai oleh responden (61%), lalu jenis kampanye langsung, yaitu saat kandidat hadir di depan masyarakat (55%). Selain itu, melakukan debat dengan kandidat lain (40%), kampanye dengan publikasi digital seperti tv, radio, podcast, YouTube, dan lainnya (33%), hingga kandidat melakukan diskusi terbatas dengan sekelompok orang (24%). 

 

Sedangkan, untuk jenis kampanye yang tidak disukai, responden memilih pemasangan baliho dan spanduk secara tidak resmi menjadi jenis kampanye yang paling tidak mereka sukai (66%). Lalu pemasangan bendera partai di lingkungan rumah, taman, atau jalan (44%), pawai dengan membawa atribut kampanye (38%), mendatangi tokoh masyarakat untuk meminta dukungan (25%), hingga membagikan atribut kampanye seperti kaos, topi, stiker dan lainnya (24%).

 

Sumber Informasi & Keputusan Memilih 

Responden mendapatkan informasi mengenai aktivitas kampanye yang sedang berlangsung dari sumber yang berbeda. TV dan radio (53%) menjadi sumber yang paling banyak dipilih oleh Gen X, sedangkan bagi Gen Z dan Milenial yang paling banyak menggunakan media digital dan media sosial, informasi bersumber dari Instagram dan TikTok. 

 

Head of Research Jakpat, Aska Primardi menjelaskan jika situasi kampanye saat ini dinilai berbeda oleh setiap kelompok pemilih. Bagi Gen Z, pemilu 2024 ini adalah pengalaman pertama mereka terlibat dan menggunakan hak pilih, sehingga wajar jika mayoritas Gen Z belum memiliki keputusan final tentang siapa calon yang akan dipilih. Terlebih lagi mayoritas Gen Z lebih memilih media TikTok (51%) sebagai sarana mengenal calon presiden dan calon legislatif, di mana di dalamnya ada banyak perdebatan yang mereka perhatikan. Inilah sebabnya mereka mayoritas masih galau dalam menentukan pilihannya. 

 

“Berbeda halnya dengan Gen X yang mayoritas sudah memutuskan siapa calon yang dipilih, karena memang Gen X sudah belajar dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya tentang para calon presiden ataupun calon legislatif. Mayoritas Gen X lebih memilih media konvensional seperti TV dan radio sebagai sumber informasi kampanye, dan mereka menilai bahwa situasi kampanye saat ini masih damai dan kondusif. Dengan demikian, wajar jika Gen Z menjadi sasaran utama para caleg dan parpol, karena selain proporsi di populasi juga salah satu yang terbanyak setelah Gen Y, mayoritas Gen Z juga masih sangat terbuka dengan semua pilihan, dan masih mungkin berubah sampai di saat-saat terakhir menjelang masuk ke bilik suara di hari H pemilu,” lanjut Aska. 

 

Mengenai keputusan memilih, hal ini ditunjukkan dengan 52% responden mempertimbangkan adanya kemungkinan berubah pikiran atau berganti pilihan setelah kampanye atau jelang pemilu, khususnya bagi Gen Z dengan 61%, diikuti Milenial 54%, dan Gen X 41%.

 

Bagaimana penilaian responden terhadap situasi kampanye politik saat ini? Apa saja ekspektasi responden terhadap kampanye politik? Dapatkan hasilnya dengan data mendetail dalam laporan Jakpat “The Public’s Perspectives on Political Campaign” pada tautan berikut: https://blog.jakpat.net/the-publics-perspectives-on-political-campaigns/ .[***]

 

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com